Terjemah Kitab Fathur-Rabbany wal Faidhur-Rahmany
Terjemahan
Kitab
Fathur-Rabbany
wal
Faidhur-Rahmany
Karya
Sulthanul
Auliya Al Qutb Ar Rabbani Al Ghautsyiah Azham
Tsaqalein
Muhyiddin Sayyidi As Syarif Habib
Syeikh
‘Abdul Qadir Al-Jailany RA.
Ketika hati diselimuti
kegelapan, hanya 'percikan cahaya Ilahi' sajalah yang meneranginya. Ketika
mata-hati telah dibutakan oleh nafsu dan hasrat telah menguasai jiwa, tak ada
lagi yang bisa ditunggu selain kehancuran. Hati hanya bisa dibersihkan dengan
cahaya tauhid. Jiwa akan merdeka bila selalu mengesakan Allah SWT. Jika hati
telah menjadi suci dan jiwa terbebaskan, maka keduanya akan terbang menuju ke
haribaan Allah SWT dan siap memperoleh kemenangan dari Ilahi (al-Fath
ar-Rabbani) dan limpahan cahaya dari Tuhan yang Maha Pengasih (al-Faidh
ar-Rahmani)
"Jika kau masih
takut dan berharap pada manusia, maka dia menjadi tuhanmu. Jika kau masih
menghadapkan hatimu pada harta dunia, maka kau adalah budaknya, dan dia menjadi
tuhanmu. Tak ada cinta yang paling abadi, kecuali cinta seorang hamba kepada
Allah SWT. Seorang pencinta tak akan meninggalkan kekasihnya, baik saat suka
maupun saat derita."
Petuah-petuah dari
pendiri dan pemuka Tharekat Qadiriyah ini, Syeikh ‘Abdul Qadir Jailani RA
sangat penting bagi para penempuh jalan ruhani (salik) yang selalu mengharapkan
kerindhaan Allah SWT. Petuah-petuah dalam buku ini bisa dijadikan sebagai
bimbingan yang sangat berharga dalam menapak jalan sufi, mencapai kebeningan
hati, dan meniti tangga pengetahuan tentang Ilahi.
MUQADDIMAH
Bissmillahirrahmaanirrahiim
Wahai Allah SWT, Wahai Dzat yang mengetahui
kelemahanku dari pemujian-Nya, daku mohon kepada-Mu kesempurnaan memuji-Mu yang
telah dibukakannya dari hakikat Asma dan Sifat-Mu, dan ketampanan Dzat-Mu yang
Mahalembut, maka ma’rifat Engkau kenalkan melalui kesempurnaan-Mu yang lembut,
dan ketika itu Engkau ilhamkan kepadanya dari sesuatu yang dipujikan kepada-Mu
yang tidak diilhamkan oleh lainnya, seperti apa yang akan diilhamkannya di hari
penampakkan secara berlipat ganda. Maka kesendiriannya yang menyempurnakan di
sana tampak akan memperjelas solawat dan salamnya, yaitu shalawat dan salam
yang sama bertemu dengan kesempurnaan-Mu yanng amat suci, melebihi keberadaan
jiwa, dan akan memakaikan sesuatu yang disampaikan oleh-Nya; dari kemuliaan
shalawat dan salam-Mu meliputi perwujudan ma’nawi (yang tidak bisa diraba), berserta
sesuatu yang bergantung dengan keduanya dari kealaman makhluq dan perintah.
Sehingga Engkau tidak meninggalkan wahai Tuhanku, seseorang pun dari jajaran
para Nabi-Mu, para Malaikat-Mu dan orang-orang shalih hamba-Mu, kecuali telah
dikenakan selimut dengan keutamaan dan keagungan itu.
NASAB
SYEIKH MUKHYIDDIN
Bernama
Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abu Shalih Musa bin Abdullah Al-Jiili bin Yahya
Az-Zahid bin Muhammad bin Dawud bin Musa bin Abdullah Al Mahdii bin Hasan Al
Mutsanna bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib r.a. (Semoga Allah SWT meridhai
mereka seluruhnya).
Daftar
Isi:
Majelis Ke 1: Jangan
Berpaling Dari Allah SWT
Majlis Ke 2: Faqir
Majlis
Ke 3: Jangan Berhayal Kaya
Majelis Ke 4: Taubat
Majelis Ke 5: Sebab Cinta Alloh
Kepada Hamba-Nya
Majelis Ke 6: Nasihat Seorang Mu'min
Kepada Saudaranya
Majelis Ke 7: Sabar
Majelis Ke 8: Jangan Hanya Lahirnya Yang
Di Perbaiki
Majelis Ke 9: Ujian Bagi Orang Beriman
Majelis Ke 10: Tidak Ada Beban
Majelis Ke 11: Ma’rifatulloh
Majelis Ke 12: Jangan Mencari Selain Allah SWT
Majelis Ke 13: Mandahulukan Akhirat Atas
Dunia
Majelis Ke 14: Jangan Munafiq
Majelis Ke 15: Mencari Bekal Untuk Akhirat
Majelis ke 16: Beramal
dengan Al-Qur’an
Majelis ke 17: Jangan
Mempermasalahkan Rizki
Majelis ke 18: Jihad
Terhadap Hawa Nafsu Dan Syaetan
Majelis ke 19: Takut
kepada Alloh
Majelis ke 20: Bicara
Tanpa Disertai Perbuatan
(Majelis ke 21) Janganlah
berpaling kepada makhluk
(Majelis ke 22) Usir rasa
cinta dunia dari hati
(Majelis ke 23)
Menjernihkan hati
(Majelis ke 24) Janganlah
menyukutan Allah SWT baik dalam angan-angan
(Majelis ke 25) Zuhud dalam
dunia
(Majelis ke 26) Jangan
mengadu pada makhluk
(Majelis ke 27) Jangan jadi
pendusta
(Majelis ke 28) Cinta
kepada Allah SWT
(Majelis ke 29) Jangan
menyanjung orang kaya karena kekayaannya
(Majelis ke 30) Mengenal
Allah SWT atas nikmat-Nya
Majelis
ke 31. Marah yang terpuji dan tercela
Majelis
ke 32. Melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan
Majelis
ke 33) MEMANDANG WAJAH ALLAH SWT DI HARI QIYAMAH
Majelis
ke 34 . MENCEGAH DARI PERKARA MUNKAR
Majelis
ke 35. MENENTANG ALLAH SWT
Majelis
ke 36. BERAMAL IKHLAS KARENA ALLAH SWT
Majelis
ke 37. MENJENGUK ORANG SAKIT
Majelis ke
Majelis ke 38
Majelis ke 39
Majelis ke 40
Majelis ke 41
Majelis ke 43
Majelis ke 44
Majelis ke 45
Majelis ke 46
Majelis ke 47
Majelis ke 48
Majelis ke 49
Majelis ke 50
Majelis ke 51
Majelis ke 52
Majelis ke 53
Majelis ke 54
Majelis ke 55
Majelis ke 56
Majelis ke 57
Majelis ke 58
Terjemah Kitab
Fathur-Rabbany
wal
Faidhur-Rahmany
Karya
Syeikh
Sulthanul Auliya ‘Abdul Qadir Al-Jailany RA.
(Majelis
ke 1) JANGAN BERPALING DARI ALLAH SWT (Fathur-Rabbany)
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ
ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ
ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ
Karya
Sulthanul
Auliya Al Qutb Ar Rabbani Al Ghautsyiah Tsaqalein Muhyiddin Sayyidi As Syarif
Syeikh ‘Abdul Qadir Al-Jailany RA
Majelis ke 1
JANGAN BERPALING DARI ALLAH SWT
Pengajian Syeikh Abdul
Qadir al-Jilany
(Hari Ahad Pagi tanggal 3
Syawal tahun 545 H)
Di Pesantrennya.
Berpaling dari Allah SWT Azza wa Jalla ketika
ketentuan TakdirNya turun, berarti pertanda matinya Agama, matinya Tauhid,
matinya Tawakkal dan matinya ke-Ikhlasan. Sedangkan qalbu orang-orang mukmin
tidak tahu, kenapa dan bagaimana sampai tidak tahu. Bahkan mengatakan, “Ya”
(atas tindakan menyimpang itu, pen).
Nafsu itu, secara keseluruhan selalu kontra
dan antagonis. Siapa yang ingin membaharui jiwanya, hendaknya ia memerangi
nafsunya sehingga aman dari kejahatannya. Karena nafsu itu semuanya adalah
buruk dalam keburukan. Bilamana anda telah memerangi, dan anda bisa tenang,
maka seluruh jiwa anda akan meraih kebaikan dalam kebaikan. Sehingga anda
selaras dalam seluruh kepatuhan kepada Allah SWT dan meninggalkan seluruh
kemaksiatan. Disinilah dikatakan dalam al-Qur’an:
“Wahai jiwa yang tenteram kembalilah kepada
Tuhanmu dengan jiwa yang ridlha dan diridlhai oleh Tuhan.”
Jiwa meraih keteguhan, dank arena itu telah
sirna keburukannya. Jiwa tidak lagi bergantung pada makhluk mana pun. Benarlah
jika hal ini dikaitkan dengan Nabiyullah Ibrahim as, dimana beliau telah keluar
dari nafsunya dan abadi dengan tanpa hawa nafsu, sementara qalbunya tenteram,
disaat itu berbagai ragam makhluk mendatanginya, menawarkan diri mereka
masing-masing untuk membantunya. Lalu Ibrahim as, menegaskan, “Aku tidak ingin
pertolongan kalian, karena KemahatahuanNya atas kondisiku sungguh telah cukup bagiku
untuk permintaanku.” Maka ketika kepasrahan dan tawakkalnya benar, lalu,
dikatakan pada api, “Jadilah dirimu dingin dan menyelamatkan pada Ibrahim.”
Sebagai pertolongan dari Allah SWT Azza wa-Jalla bagi mereka yang sabar di
dunia tanpa terhingga di dunia. Sedangkan kenikmatan di akhirat pun tanpa
terhitung pula. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang sabar akan
ditunaikan pahalanya tanpa terhingga.”
Segala hal tidak akan pernah tersembunyi di
Mata Allah SWT, karena itulah hendaknya kalian bersabar bersama Allah SWT
sesaat saja, anda akan melihat hasilnya berupa kelembutan dan kenikmatan
bertahun-tahun. Dan keberanian adalah sabar sesaat itu sendiri.
Allah SWT bersama orang-orang yang sabar.
Dengan pertolongan dan kebaikanNya, maka bersabarlah bersama Allah SWT.
Ingatlah selalu padaNya, dan jangan melupakanNya. Jangan sampai sampai anda
baru sadar ketika maut sudah tiba, karena sadar pada saat setelah maut adalah
tindakan sia-sia. Sadarlah sebelum anda menemuiNya. Sadarlah sebelum anda disadarkan
oleh kejutan yang membuat anda menyesal, diwaktu sebuah penyesalan tidak ada
artinya lagi. Perbaikilah hatimu, sebab jika hatimu baik seluruh dirimu dan
perilakumu akan baik pula. Karena itu Nabi SAW bersabda, “Dalam diri manusia
ada segumpal darah, manakala ia baik, akan baik seluruh tubuhnya, dan bila
rusak, rusaklah perilaku jasadnya. Ingatlah, (Tidak lain) adalah Qalbu.”
Memperbaiki (mensalehkan) qalbu itu dengan
ketaqwaan dan tawakkal pada Allah SWT, mentauhidkanNya, dan ikhlas dalam
beramal. Sebaliknya jika hal itu tidak dilakukan justru akan merusak qalbu.
Qalbu ibarat burung yang terbang dalam sangkar, seperti mutiara dalam bejana,
dan seperti harta dalam perbendaharaan. Ibarat ini memakai metafor burung bukan
dengan sangkar, dengan mutiara, bukan dengan bejana, dengan harta, bukan dengan
perbendaharaan.
Ya Allah SWT, sibukkanlah tubuhku dalam
kepatuhan padaMu, sibukkanlah hatiku dengan ma’rifatMu, dan sibukkanlah
sepanjang hayatku dalam malam-malam dan siang. Kumpulkanlah kami dengan orang-orang
dahulu yang shaleh, limpahilah kami rizki sebagaimana Engkau limpahi mereka,
dan semoga Engkau terhadap kami, seperti Engkau terhadap mereka. Amin.
Wahai kaum sufi! Jadilah kalian hanya untuk
Allah SWT, sebagaimana kaum shaleh kepadaNya. Sehingga kalian meraih apa yang
telah mereka raih. Bila kalian ingin agar Allah SWT semata bagi kalian, maka
sibukkanlah dengan ketaatan dan kesabaran bersamaNya, Ridlha atas
tindalakanNya, baik bagi diri kalian maupun orang lain. Kaum Sufi senantiasa
senantiasa zuhud di dunia, dan mereka meraih bagian mereka dari dunia dengan
tangan ketaqwaan dan kewara’an, kemudian meraih akhirat. Mereka beramal dengan
amaliyah yang menjaga jiwa mereka dan mereka patuh kepada Tuhannya. Mereka
menyadarkan jiwa mereka sendiri baru kemudian menyadarkan jiwa orang lain.
Anakku, nasihatilah dirimu baru nasihati
orang lain. Anda harus lebih dulu memperhatikan diri anda, dan jangan keburu
memperbaiki orang lain, karena masih banyak bongkahan jiwamu yang masih harus
diperbaiki. Celaka, jika anda merasa lebih tahu orang lain, sedangkan anda
buta, bagaimana anda menuntun orang lain? Orang yang menuntun orang lain
pastilah orang yang melihat hatinya. Bahwa sesungguhnya yang bisa membersihkan
jiwa mereka adalah orang yang telah menyelami lautan yang jernih dan terpuji.
Orang yang bisa menunjukkan jalan menuju Allah SWT adalah orang yang ma’rifat
kepada Allah SWT SWT. Sedangkan orang yang bodoh terhadap Allah SWT SWT,
bagaimana mereka bisa menunjukkan kepadaNya?.
Tak ada kalam bagi anda dalam melaksanakan
perintah Allah SWT SWT, anda mencintaiNya dan beramal kepadaNya, bukan untuk
yang lainNya. Anda harus takut padaNya bukan selainNya. Dan semua itu adanya
dalam hati, bukan dalam retorika ucapan. Semua itu tersembunyi, tidak dalam
publikasi.
Manakala Tauhid adalah pintu rumah, dan
syirik berada di dalam rumah, itulah munafiq yang sesungguhnya. Sungguh sial
anda, ucapan anda penuh dengan retorikan ketaqwaan, sednagkan hati anda penuh
dengan kecurangan. Ucapan anda berterimakasih kepadaNya, sedangkan hati anda
menentangNya. Allah SWT berfirman:
“Dan mereka tidak diperintah kecuali untuk
beribadah kepada Allah SWT SWT dengan penuh keikhlasan, demi keopatuhan pada
agama.”
Tinggalkanlah sekutu anda dengan makhluk, dan
manunggalkanlah diri anda dengan Allah SWT. Karena Dialah Pencipta segalanya,
semuanya. Dan di TanganNya-lah segala ini berada. Wahai para petualang dunia
yang memburu selain DiriNya, apakah anda tidak berfikir, adakah sesuatu yang
diluar gengaman perbendaharaan Allah SWT? “Dan tak ada sesuatu pun kecuali bagi
kami perbendaharaanNya.”
Wahai muridku, jika anda ingin selamat dalam
genggaman takdir, hendaknya anda bersandar pada kesabaran, mengikat pada
keselarasan aturan Ilahi, ibadah sembari menunggu jalan keluar. Jika demikian
anda telah meraih kebenaran dari Sang Kuasa Takdir, melaui Fadlal dan
anugerahNya, lebih dari kebajikan yang anda buru dan anda harapkan.
Wahai kaum Sufi. Selaraskanlah diri kalian
dengan ketentuan takdir. Dan terimalah dari Abdul Qadir yang terus berjuang
dalam berselaras dengan Qadar. Keselarasanku dengan ketentuan Takdir telah
melangkahkan diriku kepada Sang Kuasa.
Muridku, kemarilah. Tunduklah kepada Allah
SWT, terhadap takdir dan tindakanNya, dan seluruh tubuh kita harus berpijak
pada keselarasan takdir, lalu kita meniti jalan dengan kendaraan takdir itu.
Karena takdir itu adalah utusan dari Sang Raja, dan kita memuliakannya karena
siapa yang mengutusnya. Jika kita berbuat demikian, kita senantiasa bersanding
kepada Al-Qadir (Sang Kuasa Takdir).
Anda dipersilakan meminum dari lautan
ilmunya, memakan dari sajian keutamaannya, bergembira bersama dengan kemesraan
Ilahiyahnya dan berselubung dalam kasih sayangnya. Mereka (para wali itu)
adalah tokoh-tokoh Ilahi dari berbagai golongan dan kelompok.
Wahai para murid, hendaknya engkau bertaqwa,
berpijak pada aturan syariah, kontra terhadap kepentingan nafsu, hawa nafsu,
syetan dan pecundang-pecundang keburukan. Orang mukmin senantiasa perang
melawan semua itu, bahkan tegak kepalanya, tidak menyarungkan senjatanya, tidak
melepaskan pedal di atas kuda-kudanya. Mereka tidur karena lelap (bukan
menikmati tidur), dan mereka makan dari laparnya ucapan mereka. Bahwa mereka
berkata, karena kehendak Ilahi untuk berbuat demikian, dan kata-kata mereka
menggerakkan dunia, sebagaimana tubuh-tubuh kita berkata esok di hari kiamat,
bicara kepada Allah SWT, seakan-akan mereka berkata seperti benda-benda padat
ini semua berkata. Manakala Allah SWT menghendaki mereka, Allah SWT menyiapkan
mereka untuk tabligh kepada sesama dengan peringatan dan kabar gembira dengan
hujah-hujah yang meyakinkan. Maka demikianlah Allah SWT menggerakkan lisan para
Nabi dan Rasul, lalu ketika Allah SWT mewafatkan, maka para pewarisnya dari
para Ulama yang mengamalkan ilmunya, mewarisi kata-kata itu demi kebajikan
makhluk, sekaligus sebagai pewarisnya.
“Para Ulama adalah pewaris para Nabi”.
Wahai kaum Sufi, bersyukurlah kamu kepada
Allah SWT atas nikmat-nikmatNya, lihatlah betapa nikmat itu melimpah dari Allah
SWT. “Apa yang datang padamu dari nikmat itu sungguh dari Allah SWT SWT.”
Manakah syukur anda itu, wahai orang-orang
yang berselingkuh dari nikmatNya? Wahai orang yang memandang nikmatNya tetapi
menganggap datang dari selain DiriNya? Terkadang kalian melihat nikmat itu dari
Allah SWT SWT, terkadang bukan dari Allah SWT SWT, dan anda menunggu sesuatu
yang bukan dari Allah SWT SWT ? Terkadang pula anda meminta pertolongan lewat
nikmat itu, demi kepentingan hawa kemaksiatan anda?
Wahai muridku, anda sangat membutuhkn
kewara’an dalam khalwat anda, yang bisa mencerabutnya dari kemaksiatan anda dan
dosa-dosa anda. Anda membutuhkan muroqobah yang mengingatkan anda akan
Pandangan Allah SWT kepada anda. Anda sangat membutuhkan semua itu dalam
khalwat-khalwat anda, lalu kebutuhan untuk memerangi hawa nafsu anda dan
syetan-syetan. Karena runtuhnya kebesaran manusia oleh kesalahannya. Runtuhnya
ahli zuhud dengan syahwat- kesenangannya. Runtuhnya para wali Abdal karena
pikiran dan bisikan imajinatif dalam khalwatnya. Runtuhnya para Shiddiqin dalam
kejapan-kejapan hati (pada selainNya).
Mereka disibukkan memelihara hati mereka,
karena mereka tidur di pintu Allah SWT. Mereka tegak berdiri di panggung
dakwah, mengajak makhluk untuk ma’rifat kepada Allah SWT. Mereka terus menerus
memanggil hati sembari mengumandangkan, “Wahai masyarakat qalbu, wahai para
ruh, wahai manusia, wahai Jin, wahai penempuh jalan Ilahi,
kemarilah-kemarilah….menuju Pintu Sang Raja. Bergegaslah kepadaNya dengan
telapak kaki hatimu, dengan pijakan ketaqwaan dan tauhidmu, dengan ma’rifat dan
wara’mu yang luhur, dengan zuhud di dunia dan di akhirat, zuhud dari segala hal
selain Allah SWT. Itulah kesibukan sufi, cita-citanya adalah menata kebajiakn
makhluk, hasratnya membubung langit dan bumi, dari Arasy sampai bintang Tata
surya.
Wahai muridku, tinggalkan nafsumu dan
hawanya. Jadilah kalian ini sebagai tanah yang diinjak oleh para Sufi, menjadi
debu-debu yang menempel di tangan mereka. Allah SWT berfirman, “Allah SWT
mengeluarkan kehidupan dari kematian, dan mengeluarkan kematian dari
kehidupan.” Allah SWT mengeluarkan Ibrahim as, dari kedua orangtuanya yang mati
dalam kekafiran. Orang mukmin itu hidup, dan orang kafir itu mati. Orang
bertauhid itu hidup. Orang musyrik itu mati. Karena itu Allah SWT berfirman
dalam hadits Qudsi, “Yang pertama kali mati dari mahlukku adalah Iblis”. Karena
Iblis yang pertama maksiat kepadaKu, lalu ia mati dengan maksiat itu.
Inilah akhir zaman. Pasar kemunafikan telah
muncul, mall kedustaan telah bertebaran, karena itu janganlah anda bersanding
duduk dengan para munafiqin, pendusta, dan Dajjalin. Sungguh celaka anda jika
jiwa anda diselubungi kemunafikan, kedustaan, kekafiran, kelacutan dan
kemusyrikan. Bagaimana anda bisa bersanding dengan itu semua?
Karena itu jauhilah dan jangan berselaras
dengan kendali apalagi bergabung. Penjarakan semua kebusukan itu, sesuai dengan
wataknya. Tekanlah semua itu dengan perjuangan jiwa. Sedangkan hawa nafsu,
hendaklah kalian setir, jangan sampai engkau lepas. Sedikit engkau lepas engkau
akan dikendalikannya.
Anda juga jangan memanjakan seleramu, karena
selera alami itu seperti anak kecil yang belum memiliki kepandaian. Bagaimana
anda belajar pada anak kecil yang kurang ilmu dan anda menerimanya?
Sementara syetan adalah musuhmu dan musuh
bapakmu Nabi Adam as. Bagaimana anda bisa tenteram dengan syetan, anda
menerimanya, sedangkan antara diri anda dengan syetan ada dendam mendarah
daging, dan permusuhan primordial. Karena itu anda tidak bisa main dengan
syetan, sebab syetan telah membunuh ayah bundamu. Jika anda tenteram bersama
syetan anda akan dibunuh, sebagaimana syetan membunuh keduanya. Karena itu
jadikan Taqwa sebagai pedangmu, Tauhidullah Azza wa Jalla, Muraqabah, Khalwat,
Shidq, mohon pertolongan Allah SWT, semua sebagai bala tentaramu. Itulah
senjata, dan itulah pasukan dimana kamu harus mengusirnya, menyerangnya,
memporakporandakan pasukan syetan itu. Bagaimana anda tidak mengusirnya,
sedangkan Allah SWT bersama anda?
Jadikan kehidupan dunia dan akhirat dalam
satu wadah, lalu bersimpuhlah kepada Tuhanmu dengan ketelanjangan hatimu, tanpa
dunia dan tanpa akhirat. Janganlah anda terima di ruang hatimu apa pun selain
Allah SWT, jangan pula kamu mengikat hatimu dengan kemakhlukan. Putuskan semua
sebab akibat, dan lepaskan semuanya. Jika anda sudah bisa mandiri di sana, maka
dunia ini anda jadikan untuk nafsumu, akhirat untuk hatimu, Allah SWT untuk
Sirrmu (hakikat rahasia dirimu).
Wahai sahabat. Jangan sampai anda bersama
nafsu anda, bersama kesenangan nafsunya, jangan bersama dunia, juga jangan
bersama akhirat. Jangan. Janganlah bersama semua, melainkan hanya bersama Allah
SWT Azza wa Jalla. Anda jika demikian, benar-benar sampai pada
Kemahabendaharaan Ilahi yang abadi, dan pada saat yang sama, hidayah datang
dari Allah SWT, dimana tak ada lagi kegelapan setelah itu semua.
Taubatlah anda dari dosa anda, bergegaslah
menuju Tuhan anda. Jika kamu taubat, taubatlah dengan lahir dan batin anda.
Karena taubat itu adalah jantung kedaulatan.
Lepaskan baju-baju maksiatmu dengan taubat
yang murni dan rasa malu kepada Allah SWT secara hakiki. Bukan dengan kesemuan
dan kepura-puraan.
Itulah amaliyah qalbu setelah penyucian badan
dengan amaliyah syariat. Lahiriyah punya amaliyah, batiniyah juga punya
amaliyah. Qalbu, manakala telah keluar dari dari aturan sebab akibat (duniawi)
dan lepas dari ikatan dengan makhluk, maka Qalbu akan mengarungi lautan
tawakkal, lautan ma’rifat kepada Allah SWT, dam lautan IlmuNya bersamaNya.
Qalbu akan meningggalkan sebab akibat duniawi, dan menuju Sang Pencipta sebab
akibat. “Dialah yang menciptakan diriku dan memberi hidayah padaku.”
Allah SWT menunjukkan dari satu benua ke
benua lain. Dari satu tempat ke tempat lain, sampai berhenti di benua
kemandirian yang istiqomah.
Manakala disebut Tuhannya, langsung
memancarlah ekspressinya, dan terbukalah tirai-tirai, karena qalbu penempuh
hanya menuju kepada Allah SWT, menembus jarak dan meninggalkan semuanya di
belakangnya.
Apabila dalam perjalannan ada ketakutan dan
kekawatiran akan kehancuran, tiba-tiba muncul imannya, lalu membuatnya jadi
berani, lalu reduplah api ketakutan dan kekawatiran. Lalu bergantu dengan
cahaya kegembiraan, kebahagiaan dan kesenangan melalui taqarrubnya.
Wahai muridku. Jikalau telah tiba penyakit,
maka hadirlah dengan kesabaran, tenanglah, sampai obatnya tiba. Jika obatnya
ada di tangan anda, terimalah dengan tangan kesyukuran. Jika anda bisa
demikian, anda hidup dalam kehidupan masa depan. Ketakutan itu datangnya dari
api yang memotong nurani kaum beriman, membuat raut muka menguning, membuat
hati jadi gelisah. Jika terjadi demikian dari kaum beriman, Allah SWT SWT
menumpahkan air Kasih sayangNya dan kelembutanNya, lalu Allah SWT membukakan pintu
akhirat, sampai mereka melihat tempat tenteramnya.
Manakala mereka tenteram dan tenang, serta
riang jiwanya sejenak, Allah SWT membukakan pintu keagunganNya. Kemudian Allah
SWT menghadapkan hati dan sirr mereka pada Kebesaran itu, yang membuat mereka sangat
ketakutan dibanding yang pertama, tiba-tiba Allah SWT SWT membukakan pintu
KemahaindahanNya, lantas mereka tenang, tenteram dan bangkit mendaki
derajat-derajat keluhuran, satu demi satu.
Wahai sahabatku. Jangan sampai cita rasamu
hanyalah memenuhi hasrat makan dan minum, pakaian dan perkawinan, kesenangan
dan apa yang anda kumpulkan. Sebab semua itu hanayalah citarasa nafsu dan
watak. Lalu manakah citarasa qalbu dan sirrmu? Citarasanya adalah menuju Allah
SWT Tala.
Citarasamu adalah citarasa yang lebih penting
dari sekadarnya, yaitu Allah SWT SWT, Tuhanmu dan apa yang ada di sisiNya.
Dunia ini hanya sebagai pengganti belaka, yang sesungguhnya adalah kahirat.
Makhluk semua adalah kesemuan, yang hakiki adalah Khaliq. Ketika anda
meninggalkan kepentingan dunia, maka anda akan meraih gantinya, kenikmatan
akhirat. Ukurlah usia anda di dunia ini, untuk sebuah persiapan besar
menyongsong akhirat, karena anda akan menerima datangnya Malaikat maut.
Dunia adalah tempat dapur para Sufi. Akhirat
adalah pestanya. Jika datang kecemburuan Allah SWT SWT, maka segeralah beralih,
menuju maqam akhirat, lalu tidak lagi butuh dunia dan tidak lagi butuh akhirat.
Wahai para pendusta! Anda mencintai Allah SWT
SWT ketika mendapatkan nikmat, tetapi ketika mendapatkan bencana, anda telah
lari dari Allah SWT, seakan-akan anda putus cinta dengan Allah SWT. Seorang
hamba diukur dengan ujian, manakala anda tetap teguh bersama Allah SWT dalam
musibah bencana, berarti anda memang mencintai Allah SWT. Jika anda berubah,
sungguh anda ini dusta.
Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah
SAW, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh aku mencintaimu.” Rasulullah SAW,
menjawab, “Siapkan dirimu dengan kefakiran sebagai pakaianmu.”
Laki-laki lain datang kepada Nabi SAW, “Aku
mencintai Allah SWT Azza wa-Jalla.” Nabi SAW, menjawab, “Ambillah bencana
sebagai pakaian.”
Mencintai Allah SWT SWT dan mencintai
Rasulullah SAW, senantiasa disertai dengan kefakiran kepada Allah SWT dan
ujian. Karena itu sebagian orang saleh berkata, “Setiap bencana disertai
pertanda agar tidak mudah klaim pengakuan. Sebab jika tidak demikian, semua
orang bisa mengklaim mencintai Allah SWT. Lalu bencana dan kefakiran sebagai
pengokoh atas cinta ini.”
Tuhan, berikanlah kami kebajikan di dunia,
dan kebajikan di akhirat. Lindungilah kami dari azab neraka.