Hiperparatiroid adalah suatu keadaan dimana
kelenjar-kelenjar paratiroid memproduksi lebih banyak hormon paratiroid dari
biasanya. Pada pasien dengan hiperparatiroid, satu dari keempat kelenjar
paratiroid yang tidak normal dapat membuat kadar hormon paratiroid tinggi tanpa
mempedulikan kadar kalsium. dengan kata lain satu dari keempat terus mensekresi
hormon paratiroid yang banyak walaupun kadar kalsium dalam darah normal atau
meningkat.
Jika jumlah hormon paratiroid yang disekresi lebih banyak daripada yang
dibutuhkan maka ini kita sebut hiperparatiroid primer. Jika jumlah yang
disekresi lebih banyak karena kebutuhan dari tubuh maka keadaan ini disebut
hiperparatiroid sekunder.
2.3.2 Etiologi
Salah satu penyebab hiperparatiroidisme dari banyaknya hiperfungsi kelenjar
paratiroid adalah adenoma soliter (penyakit von Recklinghausen). Secara umum
bahwa kelainan kelenjar yang biasanya tunggal ditemukan ± 80 %. Kelainan pada
kelenjar biasanya neoplasma yang benigna atau adenoma sedangkan paratiroid
karsinoma sangat jarang. Beberapa ahli bedah dan ahli patologis melaporkan
bahwa pembesaran dari kelenjar yang multiple umumnya jenis adenoma yang ganda.
Pada ± 15 % pasien semua kelenjar hiperfungsi, contohnya chief cell parathyroid
hyperplasia, biasanya herediter dan frekuensinya berhubungan dengan kelainan
endokrin lainnya, yaitu Multiple Endocrine Neoplasia (MEN). Hiperparatiroidisme
yang herediter dapat terjadi tanpa kelainan endokrin lainnya tetapi biasanya
bagian dari Multiple Endocrine Neoplasia syndrome. MEN 1 (Wermer’s syndrome)
terdiri dari hiperparatiroidisme dan tumor dari pituitary dan pancreas, juga
berhubungan dengan hipersekresi gaster dan ulkus peptikum (Zollinger-Ellison
syndrome).
2.3.3 Klasifikasi
Hiperparatirod dapat berupa hiperparatiroid primer, sekunder, tertier dan
intoksikasi paratiroid akut.
2.3.2.1 Hiperparatiroid primer
Gejala klinis hiperparatiroid primer dapat beraneka ragam dan dibagi dalam 4
kelompok, yaitu :
1. Sebagai akibat hiperkalsemia yang gejalanya berupa anoreksia, nausea,
muntah-muntah, konstipasi dan berat badan menurun, lekas lelah dan otot-otot
lemah, miopati proksimal, polidipsi dan poliuria (diabetes insipidus like
syndrome), perubahan mental (depresi, stupor, perubahan personalitas, koma,
konvulsi).
2. Sebagai akibat kalsifikasi visceral, kalsifikasi pada ginjal berupa kalkuli,
nefrokalsinosis. Kalsifikasi ocular terjadi karena deposit kalsium pada
konjungtiva dan kelopak mata, band keratopathy.
3. Sebagai akibat peningkatan resorbsi tulang, nyeri tulang dan deformitas,
fraktur patologis, osteoklastoma dan perubahan gambaran tulang pada foto x-ray.
4. Sebagai akibat hipertensi, gagal ginjal, ulkus peptic, sindrom Zollinger
Ellison, pankreatitis akut, pankreatitis menahun dan kalkuli, multiple
adenomatosis syndrome, hiperurisemia, gout.
Apabila ditemukan gambaran klinis, seperti tersebut di atas, maka harus curiga
akan kemungkinan hiperpatiroidisme. Jarang sekali teraba tumor pada kelenjar
paratiroid dan bila teraba umumnya adalah adenoma tiroid. Usaha selanjutnya
untuk menegakkan diagnosis adalah : Tentukan kadar kalsium dalam plasma;
Singkirkan penyebab-penyebab lain dari hiperkalsemia dan hiperkalsuria;
tentukan tempat dan lokalisasi kelainan paratiroid; teliti komplikasi dan
hubungannya dengan hiperparatiroid karena apabila pada seorang penderita
ditemukan kalkuli renal atau nefrokalsinosis, maka penting untuk meneliti
perubahan pada organ lain yang ada hubungannya dengan hiperkalsemia. Menurut
Hall and Anderson, kalkuli renal timbul pada 2/3 atau lebih penderita
hiperparatiroid. Apabila hiperparatiroid dan kegagalan ginjalterdapat pada saat
yang sama, maka akan sangat sukar untuk menentukan mana yang primer.
Pengobatan hiperparatiroid primer dilakukan apabila diagnosis sudah pasti,
penatalaksanaannya sebagai berikut :
1. Pembedahan yaitu dengan ekstirpasi tumor sedini mungkin . Kontra indikasi
operasi hanyalah pada keadaan Terminal anuric renal failure.
2. Medikamentosa : terapi ini terdiri atas diet banyak kalsium, serta cukup
vitamin D. Pada pascabedah, kadar kalsium serum menurun pada 24-48 jam pertama,
tapi akan menjadi normal kembali.
3. Prognosis cukup baik bila diagnosis penyakit cepat ditegakkan dan tumor di
ekstirpasi sedini mungkin. Setelah tumor diekstirpasi, tulang-tulang akan
menjadi normal kembali. Prognosis bergantung juga pada keadaan fungsi
ginjalnya. Terjadinya hiperparatiroid rekuren sesudah 5 tahun operasi,
rata-rata hanyalah 15 %.
2.3.2.2 Hiperparatiroid sekunder
Hiperparatiroid sekunder merupakan suatu keadaan dimana sekresi hormon
paratiroid meningkat lebih banyak dibanding dengan keadaan normal, karena
kebutuhan tubuh meningkat sebagai proses kompensasi. Pada keadaan ini terdapat
hiperplasi dan hiperfunsi merata pada keempat kelenjar paratiroid, terutama
dari chief cells. Biasanya penyebab primer adalah kegagalan ginjal menahun, dan
glomerulonefritis atau pyelonefritis menahun.
Penyakit lain yang juga dapat menyebabkan hiperparatiroid sekunder adalah
osteogenesis imperfekta, penyakit paget multiple mieloma, karsinoma dengan
metastase tulang. Gambaran klinis hiperparatiroid sekunder yang timbul
disebabkan oleh penyakit ginjal menahun, kadang-kadang dapat membaik setelah
dilakukan hemodialisis.
Dalam penatalaksanaan hiperparatiroid sekunder hal yang utama adalah manajemen
medis. Penyembuhan dengan calcitriol dan kalsium dapat mencegah atau
meminimalisir hiperparatiroid sekunder. Kontrol kadar cairan fosfat dengan diet
rendah fosfat juga penting. Pasien yang mengalami predialysis renal failure,
biasanya mengalami peningkatan kadar hormon paratiroid. Penekanan sekresi
hormon paratiroid dengan low-dose calcitriol mungkin dapat mencegah hiperplasia
kelenjar paratiroid dan hiperparatiroid sekunder.Pasien yang mengalami dialysis-dependent
chronic failure membutuhkan calcitriol, suplemen kalsium, fosfat bebas
aluminium, dan cinacalcet (sensipar) untuk memelihara level cairan kalsium dan
fosfat. Karena pasien dialysis relatif rentan terhadap hormon paratiroid.
Pasien yang mengalami nyilu tulang atau patah tulang, pruritus, dan
calciphylaxis perlu perawatan dengan jalan operasi. Kegagalan pada terapi medis
untuk mengontrol hiperparatiroid juga mengindikasikan untuk menjalani operasi.
Umumnya, jika level hormon paratiroid lebih tinggi dari 400-500 pg/mL setelah
pengoreksian kadar kalsium dan level fosfor dan terbukti adanya kelainan pada
tulang, pengangkatan kelenjar paratiroid sebaiknya dipertimbangkan.
2.3.2.3 Hiperparatiroid tersier
Istilah hiperparatiroid tersier digunakan untuk menunjukkan perkembangan lanjut
tipe sekunder, dimana terjadi autonomi kelenjar paratiroid. Seperti
hiperparatiroid primer, maka bentuk tersier memerlukan tindakan pembedahan
ekstirpasi adenoma, kecuali bila kegagalan ginjal sudah terlalu berat, maka
dilakukan hemodialisis terlebih dahulu kemudian disusul ekstirpasi adenoma.
Pemberian vitamin D kadang-kadang masih diperlukan untuk mencegah terjadinya
hipokalsemia.
Pengobatan penyakit hiperparatiroid tersier adalah dengan cara pengangkatan
total kelenjar paratiroid disertai pencangkokan atau pengangkatan sebagian
kelenjar paratiroid
2.3.2.4 Intoksikasi paratiroid akut
Intoksikasi paratiroid akut jarang sekali ditemukan dan bila ada biasanya
sebagai akibat komplikasi hiperparatiroid. Keadaan penderita tampak lemah.
Nausea, vomitus, letargi. Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan kadar
kalsium serum yang sangat meninggi dan kadar fosfor meninggi secara bertahap
gradual. Penderita biasanya akan jatuh ke dalam koma dan meninggal.
Penatalaksanaan medis pada intoksikasi paratiroid akut yaitu diberikan infus
dekstrosa dalam larutan garam untuk mengganti elektrolit yang hilang; pemberian
natrium sitrat untuk menurunkan kadar kalsium ion ; ekstirpasi tumor
paratiroid.
2.3.4 Asuhan keperawatan pada klien dengan hiperparatiroid
2.1.3.1 Pengkajian
Tidak terdapat manifestasi yang jelas tentang hiperparatiroid dan hiperkalsemia
resultan. Kumpulkan riwayat kesehatan yang lengkap dan klien untuk mencari
apakah terdapat risiko. Klien mungkin menunjukkan perubahan psikologis, seperti
letargi, mengantuk, penurunan memori, dan labilitas emosional, semua
manifestasi yang tampak pada hiperkalsemia.
1. Riwayat kesehatan klien
2. Riwayat penyakit dalam keluarga
3. Keluhan utama antara lain:
akit kepala, kelemahan, lethargi dan kelelahan otot, gangguan pencernaan
seperti mual, muntah, anorexia, obstipasi, dan nyeri lambung yang akan disertai
penurunan berat badan, depresi, nyeri tulang dan sendi.
4. Riwayat Trauma/fraktur tulang
5. Riwayat radiasi daerah leher dan kepala
6. Pemeriksaan fisik yang mencakup:
Observasi dan palpasi adanya deformitas tulang, amati warna kulit, apakah
tampak pucat, perubahan tingkat kesadaran.
7. Bila kadar kalsium tetap tinggi, maka akan tampak tanda psikosis organik
seperti bingung bahkan koma dan bila tidak ditangani kematian akan mengancam.
8. Pemeriksaan diagnostik termasuk:
- Pemeriksaan laboratorim: dilakukan untuk menentukan kadar kal¬sium dalam
plasma yang merupakan pemeriksaan terpenting dalam menegakkan kondisi
hiperparatiroid. Hasil pemeriksaan laboratorium pada hiperparatiroid primer
akan ditemukan peningkatan kadar kalsium serum; kadar serum posfat anorganik
menurun sementara kadar kalsium dan posfat urine meningkat.
- Pemeriksaan radiologi, akan tampak penipisan tulang dan terbentuk kista dan
trabekula pada tulang
2.1.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan
hiperparatiroid antara lain:
1. Risiko cedera berhubungan dengan demineralisasi tulang yang mengakibatkan
fraktur patologi.
2. Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan keterlibatan ginjal
sekunder terhadap hiperkalsemia dan hiperfosfatemia.
3. Perubahan nutrisi yang berhubungan dengan anoreksia dan mual.
4. Konstipasi yang berhubungan dengan efek merugikan dari hiper¬kalsemia pada
saluran gastrointestinal.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
2.1.3.3 Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa keperawatan I :
Risiko terhadap cedera yang berhubungan dengan demineralisasi tulang yang
mengakibatkan fraktur patologi.
Tujuan:
Klien tidak akan menderita cedera, seperti yang ditunjukkan oleh tidak
terdapatnya fraktur patologis.
Intervensi keperawatan:
1. Lindungi klien dari kecelakaan jatuh, karena klien rentan untuk mengalami
fraktur patologis bahkan oleh benturan ringan sekalipun.
2. Bila klien mengalami penurunan kesadaran pasanglah tirali tempat tidurnya.
3. Hindarkan klien dari satu posisi yang menetap, ubah posisi klien dengan
hati-hati.
4. Bantu klien memenuhi kebutuhan seharihari selama terjadi kelemahan fisik.
5. Atur aktivitas yang tidak melelahkan klien.
6. Ajarkan cara melindungi diri dari trauma fisik seperti cara mengubah posisi
tubuh, dan cara berjalan serta menghindari perubahan posisi yang tiba-tiba.
7. Ajarkan klien cara menggunakan alat bantu berjalan bila dibutuhkan
8. Anjurkan klien agar berjalan secara perlahanlahan.
Diagnosa keperawatan II:
Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan keterlibatan ginjal sekunder
terhadap hiperkalsemia dan hiperfosfatemia.
Tujuan:
Klien akan kembali pada haluaran urine normal, seperti yang ditunjukkan oleh
tidak terbentuknya batu dan haluaran urine 30 sampai 60 ml/jam.
Intervensi keperawatan:
1. Perbanyak asupan klien sampai 2500 ml cairan per hari. Dehidrasi merupakan
hal yang berbahaya bagi klien dengan hiperparatiroid karena akan meningkatkan
kadar kalsium serum dan memudahkan terbentuknya batu ginjal.
2. Berikan sari buah canbery atau prune untuk membantu agar urine lebih
bersifat asam. Keasaman urine yang tinggi membantu mencegah pembentukkan batu
ginjal, karena kalsium lebih mudah larut dalam urine yang asam dari pada urine
yang basa.
Diagnosa keperawatan III:
Perubahan nutrisi yang berhubungan dengan anoreksia dan mual.
Tujuan:
Klien akan mendapat masukan makanan yang mencukupi, seperti yang dibuktikan
oleh tidak adanya mual dan kembali pada atau dapat memper-tahankan berat badan
ideal.
Intervensi keperawatan:
1. Berikan dorongan pada klien untuk mengkonsumsi diet rendah kalsium untuk
memperbaiki hiperkalsetnia.
2. Jelaskan pada klien bahwa tidak mengkonsumsi susu dan produk susu dapat
menghilangkan sebagian manifestasi gastrointestinal yang tidak menyenangkan.
3. Bantu klien untuk mengembangkan diet yang mencakup tinggi kalori tanpa
produk yang mengandung susu.
4. Rujuk klien ke ahli gizi untuk membantu perencanaan diet klien.
Diagnosa keperawatan IV:
Konstipasi yang berhubungan dengan efek merugikan dari hiperkalsemia pada
saluran gastrointestinal.
Tujuan:
Klien akan mempertahankan pola BAB normal, seperti yang dibuktikan oleh BAB
setiap hari (sesuai dengan kebiasaan klien).
Intervensi keperawatan:
1. Upayakan tindakan yang dapat mencegah konstipasi dan pengerasan fekal yang
diakibatkan oleh hiperkalsemia.
2. Bantu klien untuk tetap dapat aktif sesuai dengan kondisi yang memungkinkan.
3. Tingkatkan asupan cairan dan serat dalam diet. Klien harus minum sedikitnya
enam sampai 8 gelas air per hari kecuali bila ada kontra indikasi.
4. Jika konstipasi menetap meski sudah dilakukan tindakan, mintakan pada dokter
pelunak feses atau laksatif
Diagnosa keperawatan V :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat melakukan aktivitas dalam
waktu 1 x 24 jam dengan
Intervensi keperawatan
1. Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
2. Hindari menjadwalkan aktivitas perawatan selama periode istirahat
3. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika
dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
4. Evaluasi respon pasien terhadap aktivias, perhatikan frekuensi nadi cepat
lebih dari 20 x/mnt diatas peningkatan TD yang nyata, penurunan atau
peningkatan TD, pusing dan nyeri dada.
Diagnosa keperawatan VI
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan rasa cemas yang dirasakan klien hilang
dalam waktu 1 x 60 menit dengan
Intervensi keperawatan
1. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan
2. Berikan informasi tentang penyakit yang di derita pasien
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi yang menyebabkan timbulnya cemas
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk menurunkan cemas
5. Gunakan pendekatan untuk menyakinkan klien tidak sendiri dan mengajukan
pertanyaan.
Kamis, 27 September 2012
Askep Hipoparathyroid
Hipoparatiroid adalah defisiensi
kelenjar paratiroid dengan tetani sebagai gejala utama
b. Hipoparatiroid adalah hipofungsi
kelenjar paratiroid sehingga tidak dapat mensekresi hormon paratiroid dalam
jumlah yang cukup. (Guyton).
c. Hipoparatiroidisme adalah kondisi
dimana tubuh tidak membuat cukup hormon paratiroid atau parathyroid hormone
(PTH).
Dari pengertian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa hipoparatiroid hipofungsi dari kelenjar paratiroid sehingga
hormon paratiroid tidak dapat disekresi dalam jumlah yang cukup, dengan gejala
utamanya yaitu tetani.
Hipoparatiroid terjadi akibat
hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar paratiroid sehingga
menyebabkan gangguan metabolisme kalsium dan fosfor; serum kalsium menurun
(bisa sampai 5 mg %), serum fosfor meninggi (9,5-12,5 mg%). Keadaan ini jarang
sekali ditemukan dan umumnya sering disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan
kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang lebih
jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid (secara congenital).
2.4 Etiologi
Penyebab spesifik dari penyakit
hipoparatiroid belum dapat diketahui secara pasti. Adapun etiologi yang dapat
ditemukan pada penyakit hipoparatiroid, antara lain :
1)
Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama:
- Post operasi pengangkatan kelenjar paratiroid dan total tiroidektomi
- Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat congenital atau didapat (acquired)
2)
Hipomagnesemia
3)
Sekresi hormone paratiroid yang tidak aktif
4) Resistensi
terhadap hormone paratiroid (pseudohipoparatiroidisme)
Penyebab yang paling umum dari
hipoparatiroidisme adalah luka pada kelenjar-kelenjar paratiroid, seperti
selama operasi kepala dan leher.
Pada kasus-kasus lain,
hipoparatiroidisme hadir waktu kelahiran atau mungkin berhubungan dengan
penyakit autoimun yang mempengaruhi kelenjar-kelenjar paratiroid bersama dengan
kelenjar-kelenjar lain dalam tubuh, seperti kelenjar-kelenjar tiroid, ovari,
atau adrenal.
Hipoparatiroidisme adalah sangat
jarang. Ini berbeda dari hiperparatiroidisme, kondisi yang jauh lebih umum
dimana tubuh membuat terlalu banyak PTH.
2.5 Patofisiologis
Pada hipoparatiroidisme terdapat
gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat, yakni kalsium serum menurun (bisa
sampai 5 mgr%) dan fosfat serum meninggi (bisa sampai 9,5 – 12,5 mgr%).
Pada yang post operasi disebabkan
tidak adekuat produksi hormon paratiroid karena pengangkatan kelenjar
paratiroid pada saat operasi. Operasi yang pertama adalah untuk mengatasi
keadaan hiperparatiroid dengan mengangkat kelenjar paratiroid. Tujuannya adalah
untuk mengatasi sekresi hormon paratiroid yang berlebihan, tetapi biasanya
terlalu banyak jaringan yang diangkat. Operasi kedua berhubungan dengan operasi
total tiroidektomi. Hal ini disebabkan karena letak anatomi kelenjar tiroid dan
paratiroid yang dekat (diperdarahi oleh pembuluh darah yang sama) sehingga
kelenjar paratiroid dapat terkena sayatan atau terangkat. Hal ini sangat jarang
dan biasanya kurang dari 1 % pada operasi tiroid. Pada banyak pasien tidak
adekuatnya produksi sekresi hormon paratiroid bersifat sementara sesudah
operasi kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid, jadi diagnosis tidak dapat
dibuat segera sesudah operasi.
Pada pseudohipoparatiroidisme timbul
gejala dan tanda hipoparatiroidisme tetapi kadar PTH dalam darah normal atau
meningkat. Karena jaringan tidak berespons terhadap hormon, maka penyakit ini
adalah penyakit reseptor. Terdapat dua bentuk: (1) pada bentuk yang lebih
sering, terjadi pengurangan congenital aktivitas Gs sebesar 50 %, dan PTH tidak
dapat meningkatkan secara normal konsentrasi AMP siklik, (2) pada bentuk yang
lebih jarang, respons AMP siklik normal tetapi efek fosfaturik hormon
terganggu.
2.6 Manifestasi Klinis
Gejala-gejala utama adalah
reaksi-reaksi neuromuscular yang berlebihan yang disebabkan oleh kalsium serum
yang sangat rendah. Keluhan-keluhan dari penderita (70 %) adalah tetani atau
tetanic aequivalent. Tetani menjadi manifestasi sebagai spasmus corpopedal
dimana tangan berada dalam keadaan fleksi sedangkan ibu jari dalam adduksi dan
jari-jari lain dalam keadaan ekstensi. Juga sering didapatkan articulatio
cubitti dalam keadaan fleksi dan tungkai bawah dan kaki dalam keadaan ekstensi.
Dalam tetanic aequivalent:
1)
Konvulsi-konvulsi yang tonis atau klonis
2)
Stridor laryngeal (spasme ) yang bisa menyebabkan kematian
3)
Parestesia
4)
Hipestesia
5)
Disfagia dan disartria
6)
Kelumpuhan otot-otot
7)
Aritmia jantung
8)
Gangguan pernapasan
9)
Epilepsi
10) Gangguan emosi
seperti mudah tersinggung, emosi tidak stabil
11) Gangguan
ingatan dan perasaan kacau
12) Perubahan
kulit rambut, kuku gigi, dan lensa mata
13) Kulit kering
dan bersisik
14) Rambut alis
dan bulu mata yang bercak-bercak atau hilang
15) Kuku tipis dan
rapuh
16) Erupsi gigi
terlambat dan tampak hipoplastik
Pada pemeriksaan kita bisa menemukan
beberapa refleks patologis:
- Erb’s sign: Dengan stimulasi listrik kurang dari 5 milli-ampere sudah ada kontraksi dari otot (normal pada 6 milli-ampere)
- Chvostek’s sign: Ketokan ringan pada nervus fasialis (didepan telinga tempat keluarnya dari foramen sylomastoideus) menyebabkan kontraksi dari otot-otot muka.
- Trousseau’s sign: Jika sirkulasi darah dilengan ditutup dengan manset (lebih dari tekanan sistolik) maka dalam tiga menit tangan mengambil posisi sebagai pada spasme carpopedal.
- Peroneal sign: Dengan mengetok bagian lateral fibula di bawah kepalanya akan terjadi dorsofleksi dan adduksi dari kaki
Pada ± 40 % dari penderita-penderita
kita mencurigai adanya hipoparatiroidisme karena ada kejang-kejang epileptik.
Sering pula terdapat keadaan psikis yang berubah, diantaranya psikosis.
Kadang-kadang terdapat pula perubahan-perubahan trofik pada ektoderm:
- Rambut : tumbuhnya bisa jarang dan lekas putih.
- Kulit : kering dan permukaan kasar, mungkin terdapat pula vesikula dan bulla.
- Kuku : tipis dan kadang-kadang ada deformitas.
Pada anak-anak badan tumbuh kurang
sempurna, tumbuhnya gigi-gigi tidak baik dan keadaan mental bisa tidak sempurna.
Juga agak sering terdapat katarak pada hipoparatiroidisme.
2.7 Klasifikasi
Hipoparatiroid dapat berupa
hipoparatiroid neonatal, simpel idiopatik hipoparatiroid, dan hipoparatiroid
pascabedah.
2.7.1
Hipoparatiroid neonatal
Hipoparatiroid neonatal dapat
terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sedang menderita
hiperparatiroid. Aktivitas paratiroid fetus sewaktu dalam uterus ditekan oleh
maternal hiperkalsemia.
2.7.2 Simpel
idiopatik hipoparatiroid
Gangguan ini dapat ditemukan pada
anak-anak atau orang dewasa. Terjadinya sebagai akibat pengaruh autoimun yang
ada hubungannya dengan antibodi terhadap paratiroid, ovarium, jaringan lambung
dan adrenal. Timbulnya gangguan ini dapat disebabkan karena menderita
hipoadrenalisme, hipotiroidisme, diabetes mellitus, anemia pernisiosa,
kegagalan ovarium primer, hepatitis, alopesia dan kandidiasis.
2.7.3
Hipoparatiroid pascabedah
Kelainan ini terjadi sebagai akibat
operasi kelenjar tiroid, atau paratiroid atau sesudah operasi radikal karsinoma
faring atau esofagus. Kerusakan yang terjadi sewaktu operasi tiroid, biasanya
sebagai akibat putusnya aliran darah untuk kelenjar paratiroidisme karena
pengikatan arteri tiroid inferior. Hipoparatiroid yang terjadi bersifat
sementara atau permanen. Karena itu kadar kalsium serum harus diperiksa sesudah
melakukan operasi-operasi tersebut, tiga bulan kemudian dan sewaktu-waktu bila
ada kelainan klinis walaupun tak khas yang menjurus pada diagnosis
hipoparatiroid.
2.8
Pemeriksaan Diagnostik
- Elektrokardiografi : ditemukan interval QT yang lebih panjang.
- Foto Rontgen : sering terlihat klasifikasi bilateral pada ganglion basalis di tengkorak, kadang-kadang juga serebellum dan pleksus koroid, densitas tulang normal/bertambah.
- Laboratorium : Kadar kalsium serum rendah, kadar fosfor anorganik tinggi, fosfatase alkali normal atau rendah.
2.9
Penatalaksanaan Medis
- Hipoparatiroid akut
Serangan tetani akut paling baik
pengobatannya adalah dengan pemberian intravena 10-20 ml larutan kalsium glukonat
10% (atau chloretem calcium) atau dalam infus. Di samping kalsium intravena,
disuntikkan pula parathormon (100-200 U) dan vitamin D 100.000 U per oral.
- Hipoparatiroid menahun
Tujuan pengobatan yang dilakukan
untuk hipoparatiroid menahun ialah untuk meninggikan kadar kalsium dan
menurunkan fosfat dengan cara diet dan medikamentosa. Diet harus banyak
mengandung kalsium dan sedikit fosfor. Medikamentosa terdiri atas pemberian
alumunium hidroksida dengan maksud untuk menghambat absorbsi fosfor di usus.
Di samping itu diberikan pula
ergokalsiferol (vitamin D2), dan yang lebih baik bila ditambahkan
dihidrotakisterol. Selama pengobatan hipoparatiroid, harus waspada terhadap
kemungkinan terjadi hiperkalsemia. Bila ini terjadi, maka kortisol diperlukan
untuk menurunkan kadar kalsium serum.
2.10 Komplikasi
- Hipokalsemia
Keadaan klinis yang disebabkan oleh
kadar kalsium serum kurang dari 9 mg/100ml. Kedaan ini mungkin disebabkan oleh
terangkatnya kelenjar paratiroid waktu pembedahan atau sebagai akibat destruksi
autoimun dari kelenjar-kelenjar tersebut.
- Insufisiensi ginjal kronik
Pada keadaan ini kalsium serum
rendah, fosfor serum sangat tinggi, karena retensi dari fosfor dan ureum
kreatinin darah meninggi. Hal ini disebabkan tidak adanya kerja hormon
paratiroid yang diakibatkan oleh keadaan seperti diatas (etiologi).
3.3 Diagnosa Keperawatan
- Resiko cedera berhubungan dengan resiko kejang atau tetani yang diakibatkan oleh hipokalsemia.
- Potensial tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan spasme laring akibat aktivitas kejang.
- Intoleran aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiak output.
- Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen teraupetik berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang regimen diet dan medikasi.
3.4 Intervensi
- Resiko cedera berhubungan dengan resiko kejang atau tetani yang diakibatkan oleh hipokalsemia.
Tujuan:
Klien tidak mengalami cedera dengan
kriteria: reflek normal, tanda vital stabil, makan diet dan obat seperti yang
dianjurkan, kadar kalsium serum normal.
Intervensi:
Intervensi
|
Rasional
|
a. Pantau tanda-tanda vital dan
reflek tiap 2 jam sampai 4 jam.
b. Pantau fungsi jantung secara
terus menerus/gambaran EKG.
c. Bila pasien dalam tirah baring
berikan bantalan paga tempat tidur dan pertahakan tempat tidur dalam posisi rendah.
d. Bila aktivitas kejang terjadi
ketika pasien bangun dari tempat tidur, bantu pasien untuk berjalan,
singkirkan benda-benda yang membahayakan, bantu pasien dalam menangani kejang
dan reorientasikan bila perlu.
e. Kolaborasi dengan dokter dalam
menangani gejala dini dengan memberikan dan memantau efektifitas cairan
parenteral dan kalsium.
f. Pemberian kalsium dengan
hati-hati.
g. Berikan suplemen vitamin D dan
kalsium sesuai program.
h. Kaji ulang pemeriksaan kadar
kalsium.
|
a. untuk mengetahui kelainan
sedini mungkin.
b. Untuk mengetahui abnormalitas
dari gambaran EKG.
c. Untuk mencegah terjadinya
injuri/jatuh.
d. Untuk menghindari cedera yang
terjadi akibat benda yang terdapat di lingkungan sekitar klien dan mencegah
kerusakan lebih berat akibat kejang.
e. Antisifasi terhadap
hipokalsemia dengan cara penanganan medis.
f. Pemberian kalsium yang terlalu
cepat akan mengakibatkan tromboflebitis hipotensi.
g. Untuk membantu memenuhi
kekurangan kalsium dalam tubuh.
h. Untuk mengontrol kadar kalsium
serum.
|
- Potensial tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan spasme laring akibat aktivitas kejang.
Tujuan:
Jalan nafas efektif dengan kriteria:
a) Frekwensi, irama, dan kedalaman
pernafasan normal.
b) Auskultasi paru menunjukan bunyi
yang bersih.
Intervensi:
Intervensi
|
Rasional
|
a. Siapkan peralatan penghisap dan
jalan nafas oral di dekat tempat tidur sepanjang waktu.
b. Siapkan tali tracheostomi,
oksigen, dan peralatan resusitasi manual siap pakai sepanjang waktu.
Edema laring:
c. Kaji upaya pernafasan dan
kualitas suara setiap 2 jam.
d. Auskultasi untuk mendengarkan
stridor laring setiap 4 jam.
e. Laporkan gejala dini pada
dokter dan kolaborasi untuk mempertahankan jalan nafas tetap terbuka.
f. Intruksikan pasien agar
menginformasikan pada perawat atau dokter saat pertama terjadi tanda kekakuan
pada tenggorok atau sesak nafas.
g. Baringkan pasien untuk
mengoptimalkan bersihan jalan nafas, pertahankan kepala dalam posisi kepala
dalam posisi alamiah, garis tengah.
Kejang:
h. Bila terjadi kejang:
pertahankan jalan nafas, penghisapan orofaring sesuai indikasi, berikan O2
sesuai pesanan, pantau tensi, nadi, pernafasan dan tanda-tanda
neurologis, periksa setelah terjadi kejang, catat frekwensi, waktu, tingkat
kesadaran, bagian tubuh yang terlibat dan lamanya aktivitas kejang.
i. Siapkan untuk berkolaborasi
dengan dokter dalam mengatasi status efileptikus misalnya: intubasi,
pengobatan.
j. Lanjutkan perawatan untuk
kejang.
|
a. Supaya memudahkan karena
serangan bisa secara tiba-tiba.
b. Untuk memudahkan dalam tindakan
apabila terjadi sumbatan jalan nafas.
c. Untuk mengetahui suara dan
keadaan jalan nafas.
d. Adanya stridor suatu tanda
adanya oedema laring.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk
mempertahankan jalan nafas tetap terbuka karena perawat terbatas akan hak dan
wewenang.
f. Agar perawat bisa siap-siap
untuk melakukan suatu tindakan.
g. Untuk mencegah penekanan jalan
nafas/mempertahankan jalan nafas untuk tetap terbuka.
h. Bila terjadi kejang otomatis O2
ke otak menurun sehingga bisa berakibat fatal ke seluruh jaringan tubuh
termasuk pernafasan.
i. Kolaborasi dengan dokter dalam
hal tindakan wewenang dokter (pengobatan dan tindakan).
j. Untuk mencegah terjadinya
serangan berulang.
|
- Intoleran aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiak output.
Tujuan:
Kien dapat memenuhi kebutuhan
aktivitas dengan kriteria:
a) Tingkat aktivitas meningkat tanpa
dispnoe, tachicardi atau peningkatan tekanan darah.
b) Melakukan aktivitas tanpa
bersusah payah.
Intervensi:
Intervensi
|
Rasional
|
a. Kaji pola aktivitas yang lalu.
b. Kaji terhadap perubahan dalam
gejala muskuloskeletal setiap 8 jam.
c. Kaji respon terhadap aktivitas:
Catat perubahan tensi, nadi, pernafasan, hentikan aktivitas bila terjadi
perubahan, tingkatkan keikutsertaan dalam kegiatan kecil sesuai dengan peningkatan
toleransi, ajarkan pasien untuk memantau respon terhadap aktivitas dan untuk
mengurangi, menghentikan atau meminta bantuan ketika terjadi perubahan.
d. Rencanakan perawatan bersama
pasien untuk menentukan aktivitas yang ingin pasien selesaikan: Jadwalkan
bantuan dengan orang lain.
e. Seimbangkan antara waktu
aktivitas dengan waktu istirahat.
f. Simpan benda-benda dan barang
lainnya dalam jangkauan yang mudah bagi pasien.
|
a. Untuk membandingkan aktivitas
sebelum sakit dan yang akan diharapkan setelah perawatan.
b. Untuk memantau keberhasilan
perawatan.
c. Untuk melihat suatu
perkembangan perawatan terhadap aktivitas secara bertahap.
d. Dengan merencanakan perawatan,
perawat dengan klien dapat mempermudah suatu keberhasilan karena datangnya
kemauan dari klien.
e. Untuk mengatasi kelelahan
akibat latihan.
f. Untuk menghemat penggunaan
energi klien.
|
- Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen teraupetik berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang regimen diet dan medikasi.
Tujuan:
Klien mengerti tentang diet dan
medikasinya, dengan kriteria:
Klien dan orang terdekat
mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit dan prinsip perawatan tindak
lanjut dan perawatan di rumah serta pengobatan dan diet yang diperlukan.
Intervensi:
Intervensi
|
Rasional
|
a. Jelaskan tentang konsep dasar
tentang proses penyakit.
b. Diskusikan alasan tentang
terjadinya perubahan fisik dan emosional.
c. Ajarkan pasien untuk
memeriksakan dan melaporkan gejala dini tetani, kesemutan, tremor, tanda
chvostek’s atau trusseaus positif perubahan dalam upaya pernafasan.
d. Ajarkan orang terdekat untuk
mengenali aktivitas kejang pasien dan menentukan cara yang harus dilakukan
menghindari restrain atau menghentikan prilaku, observasi dan mencatat
prilaku yang diperlihatkan sebelum dan selama kejang.
e. Tekankan aktivitas sehari-hari
dan latihan sesuai toeransi dan untuk melaporkan peningkatan keletihan atau
kelemahan otot.
f. Diskusikan tentang pentingnya
mempertahankan lingkungan yang aman.
g. Ajarkan nama obat-obatan, dosis,
waktu dan metode pemberian, tujuan, efek smping dan toxik.
h. Ajarkan klien tentang diet
tinggi kalsium rendah fosfat, seperti mengurangi susu dan keju karena banyak
mengandung fosfor.
|
a. Penyuluhan tentang penyakitnya
sangat penting karena klien membutuhkan medikasi dan modifikasi diet
sepanjang hidupnya.
b. Agar klien mengerti akan
keadaan dirinya sehingga klien tahu tentang penanggulangannya.
c. Agar klien bisa mengontrolkan
dirinya secara berkala sehingga penyakitnya bisa tertanggulangi dan tidak mengakibatkan
lebih parah.
d. Orang terdekat adalah orang
yang selalu berada dan tahu persis tentang pasien sehingga bila terjadi
sesuatu terhadap diri klien dia bisa melakukan sesuatu dan apa yang tidak
boleh dilakukan sehingga bisa memperingan penyakitnya.
e. Untuk melatih mobilisasi
sehingga klien bisa melakukan ADLnya.
f. Untuk mencegah cedra akibat
dari lingkungan.
g. Obat-obat tersebut penting
untuk mempertahankan hidupnya.
h. Asupan diet yang seimbang akan
meningkatkan kadar kalsium darah.
|
Langganan:
Postingan (Atom)
(Majelis ke 2) FAQIR (Fathur-Rabbany) بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورس...
-
PRINSIP PEMASANGAN TRAKSI 1. Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik. 2. Berat ekstremit...
-
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit...
-
Perstiwa Baitur Ridwan Dimulai saat Rasulullah SAW memanggil Umar bin Khattab r.a dengan maksud mengutusnya ke negeri Mekkah untuk men...