Api di Bawah Lautan, Bukti Kebenaran Al Qur’an dan
Hadits
MuslimahZone.com – Alam semesta tidak hentinya
menampakkan kekuasaan Allah dalam setiap detil keberadaannya. Bukti yang
menguatkan bahwa manusia hanyalah seorang hamba yang lemah. Allah lah Sang
Penguasa segala sesuatu di bumi. Semua terjadi sesuai kehendak-Nya, walau sering
kali logika dan pengetahuan manusia sulit menjangkaunya.
Beberapa waktu lalu, seperti
dilansir bringislam, terjadi sebuah fenomena retakan di dasar
lautan yang mengeluarkan lava. Lava ini menyebabkan air mendidih hingga suhunya
lebih dari seribu derajat Celcius. Meskipun suhu lava tersebut luar biasa
tingginya, ia tidak bisa membuat air laut menguap, dan walaupun air laut ini
berlimpah-luah, ia tidak bisa memadamkan api. Allah SWT. berfirman:
“Ada laut
yang di dalam tanahnya ada api” (Qs.
Ath-Thur 6).
Allah bersumpah dengan fenomena unik
ini bahwa di dalam laut memang benarlah terdapat api.
Bahkan Nabi SAW juga pernah
bersabda:
“Tidak ada
yang mengarungi lautan kecuali orang yang berhaji, berumrah atau orang yang
berperang di jalan Allah. Sesungguhnya di bawah lautan terdapat api dan di
bawah api terdapat lautan.”
(HR Abu Dawud)
Ulasan
Hadits Nabi
Gunung Api Bawah Laut
|
Hadits ini sangat sesuai dengan
sumpah Allah SWT dalam Al-Qur’an pada permulaan Surah Ath-Thur, di mana Allah
berfirman:
“Demi
bukit (Sinai), dan kitab yang ditulis; pada lembaran yang terbuka; dan demi
Baitul Ma’mur; dan atap yang ditinggikan (langit), dan laut yang di dalam
tanahnya ada api, sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi, tidak seorangpun
yang dapat menolaknya.”
(Qs. Ath-Thur: 1-8)
Bangsa Arab, pada waktu
diturunkannya Al-Qur’an tidak mampu menangkap dan memahami isyarat sumpah Allah
SWT demi lautan yang di dalam tanahnya ada api ini. Karena bangsa Arab (kala
itu) hanya mengenal makna “sajara” sebagai menyalakan tungku pembakaran hingga
membuatnya panas atau mendidih. Sehingga dalam persepsi mereka, panas dan air
adalah sesuatu yang bertentangan. Air mematikan panas sedangkan panas itu
menguapkan air. Lalu bagaimana mungkin dua hal yang berlawanan dapat hidup
berdampingan dalam sebuah ikatan yang kuat tanpa ada yang rusak salah satunya?
Tampak jelas bahwa gunung-gunung
tengah samudera tersebut sebagian besar terdiri dari bebatuan berapi (volcanic
rocks) yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi yang dahsyat.
Persepsi demikian mendorong mereka
untuk menisbatkan kejadian ini sebagai peristiwa di akhirat (bukan di dunia
nyata). Apalagi didukung dengan firman Allah SWT: “Dan apabila lautan
dipanaskan” (QS. At-Takwir 6).
Memang, ayat-ayat pada permulaan
Surah At-Takwir mengisyaratkan peristiwa-peristiwa futuristik yang akan terjadi
di akhirat kelak, namun sumpah Allah SWT dalam Surah Ath-Thur semuanya
menggunakan sarana-sarana empirik yang benar-benar ada dan dapat ditemukan
dalam hidup kita (di dunia).
Hal inilah yang mendorong sejumlah
ahli tafsir untuk meneliti makna dan arti bahasa kata kerja “sajara” selain
menyalakan sesuatu hingga membuatnya panas. Dan mereka ternyata menemukan makna
dan arti lain dari kata “sajara,” yaitu “mala’a” dan “kaffa” (memenuhi dan menahan).
Mereka tentu saja sangat gembira dengan penemuan makna dan arti baru ini karena
makna baru ini dapat memecahkan kemusykilan ini dengan pengertian baru bahwa
Allah SWT telah memberikan anugerah kepada semua manusia dengan mengisi dan
memenuhi bagian bumi yang rendah dengan air sambil menahannya agar tidak meluap
secara berlebihan ke daratan.
Namun, hadits Rasulullah SAW yang
sedang kita bahas ini secara singkat menegaskan bahwa: Sesungguhnya di bawah
lautan ada api dan di bawah api ada lautan.
Setelah Perang Dunia II, para
peneliti turun dan menyelam ke dasar laut dan samudera dalam rangka mencari
alternatif berbagai barang tambang yang sudah nyaris habis cadangannya di
daratan akibat konsumerisme budaya materialistik yang dijalani manusia sekarang
ini. Mereka dikejutkan dengan rangkaian gunung berapi (volcanic mountain
chain) yang membentang berpuluh-puluh ribu kilometer di tengah-tengah
seluruh samudera bumi yang kemudian mereka sebut sebagai ‘gunung-gunung tengah
samudera’.
Dengan mengkaji rangkaian
gunung-gunung tengah samudera ini tampak jelas bahwa gunung-gunung tengah
samudera tersebut sebagian besar terdiri dari bebatuan berapi (volcanic rocks)
yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi yang dahsyat melalui sebuah
jaring retak yang sangat besar. Jaring retak ini dapat merobek lapisan bebatuan
bumi dan ia melingkupi bola bumi kita secara sempurna dari segala arah dan
terpusat di dalam dasar samudera dan beberapa lautan. sedangkan kedalamannya
mencapai 65 km. Kedalaman jaring retak ini menembus lapisan bebatuan bumi
secara penuh hingga menyentuh lapisan lunak bumi (lapisan bumi ketiga) yang
memiliki unsur bebatuan yang sangat elastis, semi cair, dan memiliki tingkat
kepadatan dan kerekatan tinggi.
Bebatuan lunak ini didorong oleh
arus muatan yang panas ke dasar semua samudera dan beberapa lautan semacam Laut
Merah dengan suhu panas yang melebihi 1.000 derajat Celcius. Batuan-batuan
elastis yang beratnya mencapai jutaan ton ini mendorong kedua sisi samudera
atau laut ke kanan dan ke kiri yang kemudian disebut oleh para ilmuwan dengan
“fenomena perluasan dasar laut dan samudera.” Dengan terus berlangsungnya
proses perluasan ini, maka wilayah-wilayah yang dihasilkan oleh proses
perluasan itupun penuh dengan magma bebatuan yang mampu menimbulkan pendidihan
di dasar samudera dan beberapa dasar laut.
Meskipun sebegitu banyak, air laut
atau samudera tetap tidak mampu memadamkan bara api magma tersebut. Dan magma
yang sangat panas pun tidak mampu memanaskan air laut dan samudera.
Salah satu fenomena yang
mencengangkan para ilmuwan saat ini adalah bahwa meskipun sebegitu banyak, air
laut atau samudera tetap tidak mampu memadamkan bara api magma tersebut. Dan
magma yang sangat panas pun tidak mampu memanaskan air laut dan samudera.
Keseimbangan dua hal yang berlawanan: air dan api di atas dasar samudera bumi,
termasuk di dalamnya Samudera Antartika Utara dan Selatan, dan dasar sejumlah
lautan seperti Laut Merah merupakan saksi hidup dan bukti nyata atas kekuasaan
Allah SWT yang tiada batas. Subhanallah…
Laut Merah misalnya, merupakan laut
terbuka yang banyak mengalami guncangan gunung berapi secara keras sehingga
sedimen dasar laut ini pun kaya dengan beragam jenis barang tambang. Atas dasar
pemikiran ini, dilakukanlah proyek bersama antara Pemerintah Kerajaan Saudi
Arabia, Sudan, dan salah satu negara Eropa untuk mengeksploitasi beberapa
kekayaan tambang yang menggumpal di dasar Laut Merah.
Kapal-kapal proyek ini melemparkan
stapler barang tambang untuk mengumpulkan sampel tanah dasar Laut Merah
tersebut. Stapler pengeruk sampel tanah itu diangkat dalam batang air yang
ketebalannya mencapai 3.000 m. Dan jika stapler sampai ke permukaan kapal,
tidak ada seorang pun yang berani mendekat karena sangat panasnya. Begitu
dibuka, maka keluarlah tanah dan uap air panas yang suhunya mencapai 3.000
derajat Celcius. Dengan demikian, sudah terbukti nyata di kalangan ilmuwan
kontemporer, bahwa ledakan gunung vulkanik di atas dasar setiap samudera dan
dasar sejumlah laut jauh melebihi ledakan vulkanik serupa yang terjadi di
daratan.
Kemudian terbukti pula dengan
beragam dalil dan bukti bahwa semua air yang ada di bumi dikeluarkan oleh Allah
SWT dari dalam bumi melalui ledakan-ledakan vulkanik dari setiap moncong gunung
berapi. Pecahan-pecahan lapisan berbatu bumi menembus lapisan ini hingga
kedalaman tertentu mampu mencapai lapisan lunak bumi. Di dalam lapisan lunak
bumi dan lapisan bawahnya, magma vulkanik menyimpan air yang puluhan kali lipat
lebih banyak dibanding debit air yang ada di permukaan bumi.
Dari sini tampaklah kehebatan hadits
Nabi SAW ini yang menetapkan sejumlah fakta-fakta bumi yang mencengangkan
dengan sabda:
“Sesungguhnya
di bawah lautan ada api dan di bawah api ada lautan.”
Sebab fakta-fakta ini baru terungkap
dan baru bisa diketahui oleh umat manusia pada beberapa tahun terakhir.
Pelansiran fakta-fakta ini secara detail dan sangat ilmiah dalam hadits
Rasulullah SAW menjadi bukti tersendiri akan kenabian dan kerasulan Muhammad
SAW, sekaligus membuktikan bahwa ia selalu terhubung dengan wahyu langit dan
diberitahu oleh Allah Sang maha Pencipta langit dan bumi. Maha benar Allah yang
menyatakan:
“Dan
tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang
diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, Yang mempunyai akal yang
cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli, sedang dia
berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi,
maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih
dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah
Allah wahyukan” (QS.
An-Najm : 3-10).
Wallahu ‘alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar