Kamis, 25 Juni 2020
Sabtu, 20 Juni 2020
Senin, 15 Juni 2020
Kamis, 14 Mei 2020
Jumat, 08 Mei 2020
Kamis, 16 April 2020
Rabu, 26 Februari 2020
CARA BERBAKTI KEPADA IBU
1. Pilihlah hadiah yang cocok untuk
setiap moment yang tepat, seperti di hari raya, pada saat pernikahan
putra-putrinya, ketika pulang dari safar, ketika sembuh dari penyakit, dll.
2. Membuatkan rekening khusus di
Bank atas nama ibu, kemudian anak-anak dapat bekerjasama untuk mentransfer uang
ke rekening tersebut setiap bulan agar segala kebutuhan ibu dapat terpenuhi.
3. Memahami kondisi kehidupan ibu,
kemudian memperlakukan ibu dengan perlakuan yang sesuai dengan kondisi saat
itu.
4. Berhati-hati dalam memilih
kalimat-kalimat yang akan dikatakan di hadapan ibu.
5. Berusahalah sekuat tenaga agar
ibu menjadi orang terakhir yang anda berpamitan kepadanya jika akan bepergian.
Jadikanlah ia orang terakhir yang anda lihat sebelum berangkat. Berpamitanlah
kepadanya dengan langsung berhadapan muka.
6. Pastikan bahwa ia adalah orang
pertama yang anda datangi jika pulang dari bepergian. Ucapkan salam kepadanya,
duduklah bersamanya, dan hiburlah ia. Sebelumnya, beritahukan rencana
kepulangan dan kedatangan anda, sehingga ia tidak kaget. Dan jangan menunda-nunda
untuk menemuinya, atau anda beranggapan bahwa waktunya belum tepat untuk
mengunjunginya.
7. Selama dalam perjalanan,
berusahalah untuk selalu berkomunikasi dengannya setiap hari, sekalipun hanya
sesaat dalam waktu singkat.
8. Berusaha keraslah untuk
menjumpainya setiap hari jika anda satu kota dengannya, Janganlah kesibukan
dunia menjauhkan anda darinya, dan dari beramah tamah dengannya.
9. Jika ibu tidak satu kota dengan
anda, maka hendaklah anda selalu berkomunikasi dengannya setiap hari.
10. Hendaknya anda mendekatkan diri
dan berkasih sayang dengan siapa pun yang ia cintai.
11. Kecuplah keningnya atau
tangannya atau kakinya ketika berjumpa dengannya.
12. Ajarilah anak-anak anda tentang
tingginya kedudukan ibu anda (yakni nenek mereka). Ajarkanlah itu dengan
perkataan dan perbuatan anda.
13. Berusaha keras untuk memenuhi
tuntutannya, dan berusaha keras untuk memenuhi keinginan-keinginan tepat pada
waktunya.
14. Janganlah anda berjanji
kepadanya kemudian tidak menepatinya.
15. Sandarkanlah segala kesuksesan
dalam hidup anda kepada Allah, kemudian katakanlah bahwa hal itu berkat didikan
dari ibu anda.
16. Janganlah anda membantahnya,
sekalipun anda benar. Akan tetapi gunakanlah cara yang ringan untuk
mengemukakan pendapat anda, itupun jika dalam hal itu terkandung suatu manfaat.
17. Jangan menyepelekan pendapatnya
di hadapan orang lain atau di hadapan saudara-saudara anda.
18. Janganlah ketidaktahuannya
terhadap sebagian urusan kehidupan menyebabkan anda kurang menghargainya atau
meremehkannya.
19. Janganlah anda tertawa
terbahak-bahak di hadapannya, atau mengeraskan suara di sisinya, atau memandang
dengan pandangan yang tajam di hadapannya, atau dengan pandangan kebencian,
atau dengan bermuka masam di depannya.
20. Pastikan bahwa ibu menjadi orang
pertama yang mendengar setiap berita gembira dalam hidup anda.
21. Jaga dan peliharalah
kesehatannya.
22. Buatlah jadwal bulanan untuk
medical check up lengkap, untuk memastikan kesehatannya yang membuatnya tenang.
23. Penuhilah kebutuhan-kebutuhannya
sesuai dengan tingkat usianya.
24. Ketika ia sakit dan ia merasa
kesakitan, maka rasakan pula kesakitannya oleh anda. Jika ia kembali sehat,
maka tampakkan kegembiraan anda. Lakukanlah ruqyah terus-menerus oleh anda.
25. Tenangkanlah ia ketika sakit.
Katakan bahwa ia akan sehat seperti sedia kala, Insya Allah. Dan jangan
beritahukan tentang dampak buruk apa pun dari penyakitnya.
26. Datangkanlah dokter-dokter
spesialis ke tempat tinggalnya.
27. Tolonglah ibu dalam
bersilaturrahim kepada kaum kerabatnya. Bawalah ia untuk mengunjungi
sahabat-sahabatnya serta sanak saudaranya yang dekat di hatinya.
28. Sediakan kotak khusus untuk ibu,
yang selalu diisi dengan berbagai macam biscuit, makanan yang manis-manis,
mainan-mainan, dan hadiah-hadiah kecil. Tujuannya agar ibu dapat memberikannya
kepada cucu-cucunya ketika mereka mengunjunginya.
29. Ketika ibu mengadakan safar atau
bepergian jauh, maka usahakanlah untuk selalu menghubunginya.
30. Janganlah anda mengungkapkan
kesedihan yang memilukan kepadanya. Jangan pula mengeluhkan rasa sakit
kepadanya, karena akan membuat ia sedih.
31. Janganlah anda membicarakan
kesulitan rumah tangga dihadapannya, karena urusan itu akan membuatnya sedih.
32. Janganlah anda sering memuji
isteri anda sendiri di hadapannya.
33. Demikian pula, janganlah anda
ceritakan setiap hubungan anda dengan ibu anda kepada isteri anda. Pereratlah
hubungan diantara isteri dan ibu.
34. Jauhilah dari menghakimi
permasalahan rumah tangga yang timbul antara ibu dan ayah.
35. Jangan mengkritik pakaiannya,
penampilannya, pilihannya, suasana hatinya, atau gaya bicaranya, atau cara
menangani sesuatu. Carilah jalan untuk mengingatkannya dengan cara yang tidak
melukai sehingga hatinya sakit.
36. Jalinlah hubungan anda bersama
saudara-saudara anda dengan kuat, meskipun diantara anda dan saudara anda
terdapat masalah, namun jangan anda menampakkannya di hadapan ibu.
37. Bagaimanapun keadaan rumah
tangga kedua orangtua anda, maka janganlah anda mendukung ayah anda untuk
menikah lagi. Jika anda terpaksa melakukannya untuk mendukung ayah anda menikah
lagi, maka jangan sampai ibu anda mengetahuinya.
38. Ajarilah ibu perkara-perkara
agama dengan bijaksana dan nasehat yang baik.
39. Janganlah anda menghalanginya
untuk menghadiri majelis-majelis ilmu.
40. Bersemangatlah beramal ketika
ibu sedang menunaikan ketaatan atau beribadah, seperti ketika sedang pergi
haji.
41. Ajukanlah permohonan maafmu
untuk saudara-saudaramu yang melakukan kesalahan.
42. Janganlah anda membesar-besarkan
kesalahan orang lain di hadapan ibu.
43. Janganlah anda membuatnya
terkejut dengan kabar berita yang menyedihkan atau bencana yang tiba-tiba,
tanpa membuat ibu anda siap untuk mendengarnya.
44. Wanita, tanpa memandang usia,
dia akan merindukan kata-kata yang emosional dan romantis. Maka jangan halangi
mereka dari mendengar kata-kata puitis yang segar dari suara anda yang manis.
45. Jangan anda katakan bahwa ia
telah tua, dan jangan anda katakan bahwa ia kini tidak mampu melaksanakan
tugas-tugasnya, akan tetapi berilah semangat kepadanya.
46. Janganlah anda mencegah ibu dari
menggunakan apa pun yang disukai wanita.
47. Jika ayah memiliki isteri-isteri
yang lain selain ibu, maka janganlah anda memuji mereka di hadapan ibu, dan
janganlah anda cenderung membela mereka dan mengorbankan ibu.
48. Janganlah anda banyak memuji
hasil didikan orang lain di depan ibu anda. jangan pula berangan-angan ingin
menjadi seperti mereka, atau ingin mencapai derajat seperti mereka.
49. Ketika ibu berbicara, pasanglah
pendengaran anda, juga penglihatan dan hati anda.
50. Datangilah ibu anda selalu
dengan senyum.
51. Ceritakanlah kejadian-kejadian
dunia di sekitarnya.
52. Pujilah didikannya selamanya,
berterima kasihlah atas segala pemberiannya, dan perbanyaklah menyebutkan
jasa-jasanya disertai ucapan terima kasih.
53. Sampaikanlah bahwa obsesi
terbesar dalam hidup anda adalah agar ibu anda hidup bahagia.
54. Berbuat baik kepada ayah dari
ibu jika masih hidup.
55. Wakaflah atas nama ibu untuk
menambah kebaikannya.
56. Ketika ibu menyebutkan kepada
anda sebagian dari angan-angannya, atau sesuatu yang berkaitan dengannya, maka
janganlah anda menunggu beliau memintanya kepada anda. Akan tetapi bersegeralah
anda untuk memenuhi dan mewujudkan angan-angannya itu sesuai dengan kemampuan
anda.
57. Dahulukanlah ibu anda di atas
seluruh kesibukan anda.
58. Hormatilah ibu di rumah anda.
Mintalah ia untuk berkunjung ke rumah anda kapan saja. Bujuk ia untuk bermalam
di rumah anda.
59. Bawalah ia bertamasya
bersama-sama dengan anda dan anak-anak anda, atau dengan saudara-saudara anda.
60. Di waktu yang lain,
sekali-sekali ajaklah ibu untuk bersama-sama dengan anda menikmati salah satu
makanan kesukaannya di restoran cukup baik.
61. Kunjungilah toko-toko atau
tempat belanja bersamanya, untuk mewujudkan keinginan-keinginannya.
62. Berikanlah hadiah yang cocok
untuk kaum pria, yang sekiranya dapat ibu berikan kepada ayah anda.
63. Memuji ayah anda dan
memperlakukannya dengan baik di hadapan ibu.
64. Memuji apa yang ibu lakukan.
65. (Jika anda wanita), maka
anak-anak wanita pada umumnya lebih dekat kepada ibu daripada anak-anak
laki-laki. Maka dari itu, jagalah rahasia ibu, dan biarkan ibu mengetahui
rahasia-rahasia anda.
66. Anak laki-laki akan dibutuhkan
oleh ibu dalam menghadapi ujian-ujian hidup dan kesulitan-kesulitan. Oleh
karena itu hendaklah mereka menjadi sandaran yang dapat melindunginya dalam
menghadapi kesusahan dan penderitaannya.
67. Kelembutan anda terhadap
saudara-saudara perempuan anda, keramahan anda kepada mereka, dan perilaku anda
yang baik ketika berurusan dengan mereka, serta memberikan hadiah di setiap
periode bagi mereka, semua itu akan memperkokoh kebahagiaan ibu.
68. Janganlah anda malu dengan
tindakan apa pun yang dilakukan oleh ibu yang sesuai dengan usianya, namun
tidak cocok dengan dunia di sekitarnya. Justeru berbanggalah dengannya.
69. Ajarkan kepada anak-anak anda
untuk bersikap lemah lembut terhadap ibu.
70. Peganglah tangannya di masa
tuanya, sodorkanlah sepatunya, tuntunlah ketika ia berjalan.
71. Sediakan hadiah atau penghargaan
bagi anak-anak anda yang memperlakukan ibu dengan baik.
72. Seorang ibu akan mementingkan
untuk tinggal di rumahnya. Oleh karena itu, bantulah ia untuk membuat rumahnya
nyaman dengan suasana yang terbaik.
73. Sediakan tempat khusus di kamar
tidur ibu.
74. Berbuat baiklah kepada kaum
kerabat ibu, dan bantulah ibu untuk berbuat baik kepada mereka.
75. Jika ibu anda memiliki hobi
tertentu, cobalah luangkan waktu anda bersamanya.
76. Dalam bidang apa pun hobi anda,
persembahkanlah untuk ibu satu karya dari anda sendiri.
77. Dalam beberapa komunitas masyarakat,
seorang ibu akan senang apabila namanya digunakan untuk menamai cucu-cucunya.
78. Ketika menaiki kendaraan,
dahulukanlah ibu anda sebelum anda dan orang-orang selainnya.
79. Ketika berbicara dengannya,
janganlah anda menggunakan kata-kata yang keras, kasar, atau berat (sulit
dipahami).
80. Adakanlah ajang lomba untuk
anak-anak anda yang masih kecil demi mendapatkan hadiah yang terbaik. Lalu
hadiah itu diserahkan kepada ibu. Hal itu akan melatih mereka untuk memuliakan
kedudukan ibu di mata mereka.
81. Pilihlah waktu-waktu mustajab
untuk berdoa, dengan doa yang dikhususkan untuk ibu.
82. Perlihatkanlah kesan-kesan dan
kekaguman teman-teman anda terhadap semua yang diberikan oleh ibu kepada anda.
83. Anda harus meluangkan waktu
khusus untuk duduk bersamanya sepenuhnya.
84. Kepada para gadis, hendaklah
mereka mempersilahkan ibunya untuk berkomunikasi dengan teman-teman mereka.
85. Banggakanlah ibu di setiap
tempat dan kesempatan.
86. Perdengarkanlah kepadanya
kisah-kisah tentang berbuat baik kepada orangtua.
87. Mintalah ibu untuk mendoakan
anda, semoga Allah memberikan rizki berupa dapat berbuat baik kepadanya.
88. Mintalah selalu keridhaan ibu
terhadap anda.
89. Berlombalah anda dengan semua
orang untuk berbuat baik kepadanya. Jadikanlah selalu diri anda sebagai
pemenang perlombaan itu.
90. Janganlah anda menaikkan suara
di sisinya. Merendahlah di hadapannya.
91. Jika anda satu kota dengannya,
namun masih dipisahkan oleh jarak yang cukup jauh antara anda dengannya, maka
perdekatlah jarak itu semampu anda.
92. Jika anda bekerja di kota lain,
berusahalah untuk menghubunginya dalam setiap kesempatan.
93. Jika anda berada di kota lain,
maka tidak cukup jika anda berkunjung sendirian. Karena anak-anak dari
anak-anak ibu anda pun menempati tempat yang sama (di hati ibu anda).
94. Dalam banyak hal, anda harus
mengalahkan diri anda sendiri dan keinginan nafsu anda pribadi dalam rangka
mendahulukan ibu anda.
95. Intropeksi diri anda sepanjang
waktu dan periksalah dengan teliti, apakah anda telah benar-benar berbuat baik
kepada ibu, atau masih melalaikannya?
96. Jadilah anda orang yang memiliki
keyakinan (yang tidak tergoyahkan) selamanya, bahwa apa yang anda perbuat
terhadap kedua orangtua anda, kelak akan kembali kepada anda, dengan kebaikan
anak-anak anda kepada anda, segera atau nanti.
97. Di saat ibu jatuh sakit,
tinggallah bersamanya, awasilah ia dengan segenap perhatian anda.
98. Pujilah selalu gaun yang ia
kenakan.
99. Ceritakanlah peristiwa-peristiwa
dalam perjalanan anda.
100. Sikapilah keprihatinannya dengan
lapang dada. Terimalah kritikannya dengan jiwa besar. Seraplah nasehat-nasehat
dan bimbingannya dengan kerendahan hati dan keridhaan.
101. Ajaklah ibu anda bermusyawarah
dalam urusan anda.
102. Jika duduk di majelisnya, maka
duduklah dengan sopan, sesuai dengan kedudukan dan derajatnya.
103. Pakailah etika makan di
hadapannya.
104. Pelajarilah kepribadiannya, dan
perlakukan ia sesuai dengan kepribadiannya.
105. Hendaklah anak-anak wanita
tidak terlalu sibuk dengan kehidupan keluarganya, sehingga tidak memperhatikan
ibunya.
106. Sebagian dari
kebutuhan-kebutuhan seorang ibu tidak akan diketahui oleh anak laki-lakinya,
maka alangkah baiknya jika anak-anak wanita memperhatikan hal itu, dan
memberikan kebutuhan-kebutuhan tersebut kepada ibunya.
107. Ketika anda mengunjungi
keluarga ibu, maka jagalah anak-anak anda agar tidak mengganggu perabotan
rumah.
108. Ketika anak anda menghancurkan
atau merusak beberapa perabotan rumah ibu, maka segeralah anda memohon maaf
atas kelalaian anda dalam mengawasi anak anda, dan gantilah barang tersebut
dengan yang lebih baik.
109. Selama ibu sakit, jiwanya akan
berubah, maka sebaiknya kita menengoknya dan membantu dia agar dapat melalui
ujian ini.
110. Jika anak cucu ibu anda banyak
maka alangkah baiknya disusun jadwal kunjungan kepadanya, agar tidak merepotkan
ibu anda.
111. Bagi orang yang memiliki
anak-anak yang banyak, hendaklah ia memilih tempat yang tepat (untuk
pertemuan).
112. Wakaf atas nama ibu.
113. Disarankan setiap anak
menyadari kelebihan masing-masing yang disukai oleh ibunya, lalu dengan
kelebihannya itu masing-masing melayani dan membantu ibu mereka dengan potensi
yang ada pada mereka.
114. Sering-seringlah
mengunjunginya, karena seorang ibu tidak akan bosan melihat anak-anaknya.
115. Berilah ibu anda perangkat
komunikasi modern.
116. Jika ibu anda memiliki HP,
kirimkanlah ungkapan yang indah melalui pesan atau SMS.
117. Ketika ibu telah berusia
lanjut, anda dapat mengumpulkan hadiah-hadiah untuk diberikan kepada sekelompok
teman-temannya.
118. Ketika menghubungi ibu melalui
telephon, maka ucapkanlah salam terlebih dahulu, jangan tergesa-gesa untuk
langsung berbicara.
119. Terapkanlah etika berbicara
ketika anda berada di majelisnya.
120. Ketika anda baru tiba dari
suatu perjalanan ke sebuah negeri, berikanlah kepada ibu anda suatu hadiah yang
anda beli dari negeri tersebut.
121. Bawalah ibu ke tempat-tempat di
mana ia lahir dan tumbuh dewasa, atau ke tempat-tempat khusus dimana ia meniti
hari-hari pertama pernikahannya.
122. Mendidik saudara-saudara kita
tentang keutamaan berbuat baik kepada ibu.
123. Ketika kedua orangtua anda
berpisah, dan salah satunya meninggalkan yang lain, maka janganlah anda berbuat
sesuatu yang tidak disukainya.
124. Ketika timbul beberapa masalah
keluarga dalam rumah tangga, maka berikanlah solusi praktis dengan cara
diplomatik untuk menyelamatkan biduk rumah tangga.
125. Ketika ibu menikah lagi setelah
berpisah dengan ayah, maka hormatilah suami ibu.
126. Ketika ibu menikah lagi setelah
berpisah dengan ayah, maka tinggikanlah kedudukannya.
127. Hubungilah orang-orang yang
sulit menghubungi ibu, dan biarkan ibu berkomunikasi dengan mereka.
128. Di usia lanjutnya, kasihilah ia
yang telah lemah.
129. Jika ibu mengungkapkan
pandangan yang berbeda dengan anda, janganlah anda memaksakan diri anda dan
pikiran anda sendiri kepadanya.
130. Jika ibu anda berlangganan
beberapa majalah, maka berlanggananlah majalah yang cocok dengannya, lalu
berikanlah kepadanya.
131. Berikanlah uang kepadanya
setiap waktu dan kesempatan, jangan biarkan beliau meminta dari anda.
132. Belikanlah barang-barang
keperluannya, dan jangan anda mengambil uang pembelian darinya.
133. Buatkanlah sebuah rekening bank
khusus untuknya, dan ajarkanlah bagaimana mengoperasikan mesin ATM.
134. Jika anda melakukan kesalahan
yang berkaitan dengan hak ibu anda, maka mintalah seseorang yang paling mulia
di sisi ibu untuk menjadi penengah antara anda dan ibu.
135. Ketika ibu memasuki usia tua,
janganlah anda melontarkan julukan-julukan baginya yang membuat ia merasakan
keuzuran, seperti julukan “nenek-nenek” atau “manula”.
136. Jika anda melihat perbuatan ibu
yang tidak pantas dalam kehidupan rumah tangga dengan ayah, maka janganlah anda
memberikan saran secara langsung.
137. Fikirkanlah selalu
sarana-sarana baru untuk mendapatkan keridhaan ibu anda.
138. Janganlah anda terpaku pada
satu cara tertentu saja dalam berbuat baik kepada ibu anda, akan tetapi jadikan
seluruh aktivitas anda untuk berbuat baik kepadanya.
139. Apapun tindakan, ide, atau
pandangan ibu, janganlah anda menyepelekannya, baik secara terang-terangan atau
diam.
140. Janganlah anda memutus
pembicaraannya atau menyela selama pembicaraan masih berlangsung. Janganlah
anda berkata-kata kepada orang lain sementara ibu anda sedang berbicara kepada
anda.
141. Tela’ahlah selalu hadits-hadits
yang menerangkan keutamaan berbuat baik kepada ibu, dan tela’ah pula riwayat
hidup mereka yang bebruat baik kepada ibu.
142. Jika anda melihat orang yang
telah tertimpa bencana dengan menyakiti ibunya, maka ucapkanlah:
Alhamdulillahil ladzi ‘aafaanii mimmaa ibtalaahu bih.
“Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan aku dari cobaan yang menimpanya.”
Alhamdulillahil ladzi ‘aafaanii mimmaa ibtalaahu bih.
“Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan aku dari cobaan yang menimpanya.”
143. Di majelisnya, janganlah anda
membelakangi ibu, atau menjauh dari hadapannya, atau rela menjadi orang
terakhir yang datang paling belakang.
144. Jika ibu anda ingin berjalan,
maka sodorkanlah sandalnya, dan berjalanlah anda di sampingnya.
145. Janganlah anda menjadi orang
yang terakhir mengetahui berita tentang ibu anda, atau orang terakhir yang
mengucapkan selamat kepadanya.
146. Ketika ibu memarahi anda atau
kesal kepada anda, maka janganlah anda menjawabnya, atau menjelaskan situasi
anda kepadanya saat itu juga.
147. Sebagian ibu ada yang cepat
marah, maka bersabarlah anda.
148. Tulislah sifat-sifat ibu anda
dalam sehelai kertas, kemudian tulislah cara yang baik dalam menyikapinya agar
berkenan di hatinya.
149. Renungkanlah orang-orang di
sekitar anda. Lihatlah bagaimana orang yang sudah tidak memiliki ibu.
150. Ketika ibu anda sakit,
tangguhkanlah perjalanan anda.
ASAL USUL KUMANDANG ADZAN
ASAL USUL KUMANDANG ADZAN
( Sebagai panggilan shalat )
( Riwayat : Anas r.a; Abu Dawud; Al Bukhari )
Seiring dengan berlalunya waktu, para pemeluk agama Islam yang semula sedikit, bukannya semakin surut jumlahnya. Betapa hebatnya perjuangan yang harus dihadapi untuk menegakkan syiar agama ini tidak membuatnya musnah. Kebenaran memang tidak dapat dmusnahkan. Semakin hari semakin bertambah banyak saja orang-orang yang menjadi penganutnya.
Demikian pula dengan penduduk dikota Madinah, yang merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam pada masa-masa awalnya. Sudah sebagian tersebar dari penduduk yang ada dikota itu sudah menerima Islam sebagai agamanya. Ketika orang-orang Islam masih sedikit jumlahnya, tidaklah sulit bagi mereka untuk bisa berkumpul bersama-sama untuk menunaikan shalat berjama`ah. Kini, hal itu tidak mudah lagi mengingat setiap penduduk tentu mempunyai ragam kesibukan yang tidak sama. Kesibukan yang tinggi pada setiap orang tentu mempunyai potensi terhadap kealpaan ataupun kelalaian pada masing-masing orang untuk menunaikan shalat pada waktunya. Dan tentunya, kalau hal ini dapat terjadi dan kemudian terus-menerus berulang, maka bisa dipikirkan bagaimana jadinya para pemeluk Islam. Ini adalah satu persoalan yang cukup berat yang perlu segera dicarikan jalan keluarnya.
Pada masa itu, memang belum ada cara yang tepat untuk memanggil orang shalat. Orang-orang biasanya berkumpul dimasjid masing-masing menurut waktu dan kesempatan yang dimilikinya. Bila sudah banyak terkumpul orang, barulah shalat jama`ah dimulai.
Atas timbulnya dinamika pemikiran diatas, maka timbul kebutuhan untuk mencari suatu cara yang dapat digunakan sebagai sarana untuk mengingatkan dan memanggil orang-orang untuk shalat tepat pada waktunya tiba. Ada banyak pemikiran yang diusulkan. Ada sahabat yang menyarankan bahwa manakala waktu sholat tiba, maka segera dinyalakan api pada tempat yang tinggi dimana orang-orang bisa dengan mudah melihat ketempat itu, atau setidak-tidaknya asapnya bisa dilihat orang walaupun ia berada ditempat yang jauh. Ada yang menyarankan untuk membunyikan lonceng. Ada juga yang mengusulkan untuk meniup tanduk kambing. Pendeknya ada banyak saran yang timbul.
Saran-saran diatas memang cukup representatif. Tapi banyak sahabat juga yang kurang setuju bahkan ada yang terang-terangan menolaknya. Alasannya sederhana saja : itu adalah cara-cara lama yang biasanya telah dipraktekkan oleh kaum Yahudi. Rupanya banyak sahabat yang mengkhawatirkan image yang bisa timbul bila cara-cara dari kaum kafir digunakan. Maka disepakatilah untuk mencari cara-cara lain.
Lantas, ada usul dari Umar r.a jikalau ditunjuk seseorang yang bertindak sebagai pemanggil kaum Muslim untuk shalat pada setiap masuknya waktu shalat. Saran ini agaknya bisa diterima oleh semua orang, Rasulullah SAW juga menyetujuinya. Sekarang yang menjadi persoalan bagaimana itu bisa dilakukan ? Abu Dawud mengisahkan bahwa Abdullah bin Zaid r.a meriwayatkan sbb : "Ketika cara memanggil kaum muslimin untuk shalat dimusyawarahkan, suatu malam dalam tidurku aku bermimpi. Aku melihat ada seseorang sedang menenteng sebuah lonceng. Aku dekati orang itu dan bertanya kepadanya apakah ia ada maksud hendak menjual lonceng itu. Jika memang begitu aku memintanya untuk menjual kepadaku saja.
Orang tersebut malah bertanya," Untuk apa ?
Aku menjawabnya,"Bahwa dengan membunyikan lonceng itu, kami dapat memanggil kaum muslim untuk menunaikan shalat."
Orang itu berkata lagi,"Maukah kau kuajari cara yang lebih baik ?"
Dan aku menjawab " Ya !"
Lalu dia berkata lagi, dan kali ini dengan suara yang amat lantang ," Allahu Akbar,…Allahu Akbar….."
Ketika esoknya aku bangun, aku menemui Rasulullah SAW dan menceritakan perihal mimpi itu kepada beliau. Dan beliau berkata,"Itu mimpi yang sebetulnya nyata. Berdirilah disamping Bilal dan ajarilah dia bagaimana mengucapkan kalimat itu. Dia harus mengumandangkan adzan seperti itu dan dia memiliki suara yang amat lantang." Lalu akupun melakukan hal itu bersama Bilal."
Rupanya, mimpi serupa dialami pula oleh Umar r.a, ia juga menceritakannya kepada Rasulullah SAW . Nabi SAW bersyukur kepada Allah SWT atas semua ini.
( Sebagai panggilan shalat )
( Riwayat : Anas r.a; Abu Dawud; Al Bukhari )
Seiring dengan berlalunya waktu, para pemeluk agama Islam yang semula sedikit, bukannya semakin surut jumlahnya. Betapa hebatnya perjuangan yang harus dihadapi untuk menegakkan syiar agama ini tidak membuatnya musnah. Kebenaran memang tidak dapat dmusnahkan. Semakin hari semakin bertambah banyak saja orang-orang yang menjadi penganutnya.
Demikian pula dengan penduduk dikota Madinah, yang merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam pada masa-masa awalnya. Sudah sebagian tersebar dari penduduk yang ada dikota itu sudah menerima Islam sebagai agamanya. Ketika orang-orang Islam masih sedikit jumlahnya, tidaklah sulit bagi mereka untuk bisa berkumpul bersama-sama untuk menunaikan shalat berjama`ah. Kini, hal itu tidak mudah lagi mengingat setiap penduduk tentu mempunyai ragam kesibukan yang tidak sama. Kesibukan yang tinggi pada setiap orang tentu mempunyai potensi terhadap kealpaan ataupun kelalaian pada masing-masing orang untuk menunaikan shalat pada waktunya. Dan tentunya, kalau hal ini dapat terjadi dan kemudian terus-menerus berulang, maka bisa dipikirkan bagaimana jadinya para pemeluk Islam. Ini adalah satu persoalan yang cukup berat yang perlu segera dicarikan jalan keluarnya.
Pada masa itu, memang belum ada cara yang tepat untuk memanggil orang shalat. Orang-orang biasanya berkumpul dimasjid masing-masing menurut waktu dan kesempatan yang dimilikinya. Bila sudah banyak terkumpul orang, barulah shalat jama`ah dimulai.
Atas timbulnya dinamika pemikiran diatas, maka timbul kebutuhan untuk mencari suatu cara yang dapat digunakan sebagai sarana untuk mengingatkan dan memanggil orang-orang untuk shalat tepat pada waktunya tiba. Ada banyak pemikiran yang diusulkan. Ada sahabat yang menyarankan bahwa manakala waktu sholat tiba, maka segera dinyalakan api pada tempat yang tinggi dimana orang-orang bisa dengan mudah melihat ketempat itu, atau setidak-tidaknya asapnya bisa dilihat orang walaupun ia berada ditempat yang jauh. Ada yang menyarankan untuk membunyikan lonceng. Ada juga yang mengusulkan untuk meniup tanduk kambing. Pendeknya ada banyak saran yang timbul.
Saran-saran diatas memang cukup representatif. Tapi banyak sahabat juga yang kurang setuju bahkan ada yang terang-terangan menolaknya. Alasannya sederhana saja : itu adalah cara-cara lama yang biasanya telah dipraktekkan oleh kaum Yahudi. Rupanya banyak sahabat yang mengkhawatirkan image yang bisa timbul bila cara-cara dari kaum kafir digunakan. Maka disepakatilah untuk mencari cara-cara lain.
Lantas, ada usul dari Umar r.a jikalau ditunjuk seseorang yang bertindak sebagai pemanggil kaum Muslim untuk shalat pada setiap masuknya waktu shalat. Saran ini agaknya bisa diterima oleh semua orang, Rasulullah SAW juga menyetujuinya. Sekarang yang menjadi persoalan bagaimana itu bisa dilakukan ? Abu Dawud mengisahkan bahwa Abdullah bin Zaid r.a meriwayatkan sbb : "Ketika cara memanggil kaum muslimin untuk shalat dimusyawarahkan, suatu malam dalam tidurku aku bermimpi. Aku melihat ada seseorang sedang menenteng sebuah lonceng. Aku dekati orang itu dan bertanya kepadanya apakah ia ada maksud hendak menjual lonceng itu. Jika memang begitu aku memintanya untuk menjual kepadaku saja.
Orang tersebut malah bertanya," Untuk apa ?
Aku menjawabnya,"Bahwa dengan membunyikan lonceng itu, kami dapat memanggil kaum muslim untuk menunaikan shalat."
Orang itu berkata lagi,"Maukah kau kuajari cara yang lebih baik ?"
Dan aku menjawab " Ya !"
Lalu dia berkata lagi, dan kali ini dengan suara yang amat lantang ," Allahu Akbar,…Allahu Akbar….."
Ketika esoknya aku bangun, aku menemui Rasulullah SAW dan menceritakan perihal mimpi itu kepada beliau. Dan beliau berkata,"Itu mimpi yang sebetulnya nyata. Berdirilah disamping Bilal dan ajarilah dia bagaimana mengucapkan kalimat itu. Dia harus mengumandangkan adzan seperti itu dan dia memiliki suara yang amat lantang." Lalu akupun melakukan hal itu bersama Bilal."
Rupanya, mimpi serupa dialami pula oleh Umar r.a, ia juga menceritakannya kepada Rasulullah SAW . Nabi SAW bersyukur kepada Allah SWT atas semua ini.
Khalid Bin Walid - Ksatria Islam yang Tangguh
"ORANG seperti dia, tidak dapat tanpa diketahui dibiarkan begitu saja. Dia harus diincar sebagai calon pemimpin Islam. Jika dia menggabungkan diri dengan kaum Muslimin dalam peperangan melawan orang-orang kafir, kita harus mengangkatnya kedalam golongan pemimpin" demikian keterangan Nabi ketika berbicara tentang Khalid sebelum calon pahlawan ini masuk Islam.
Khalid dilahirkan kira-kira 17 tahun sebelum masa pembangunan Islam. Dia anggota suku Banu Makhzum, suatu cabang dari suku Quraisy. Ayahnya bernama Walid dan ibunya Lababah. Khalid termasuk diantara keluarga Nabi yang sangat dekat. Maimunah, bibi dari Khalid, adalah isteri Nabi. Dengan Umar sendiri pun Khalid ada hubungan keluarga, yakni saudara sepupunya. Suatu hari pada masa kanak-kanaknya kedua saudara sepupu ini main adu gulat. Khalid dapat mematahkan kaki Umar. Untunglah dengan melalui suatu perawatan kaki Umar dapat diluruskan kembali dengan baik.
Ayah Khalid yang bernama Walid, adalah salah seorang pemimpin yang paling berkuasa diantara orang-orang Quraisy. Dia sangat kaya. Dia menghormati Ka'bah dengan perasaan yang sangat mendalam. Sekali dua tahun dialah yang menyediakan kain penutup Ka'bah. Pada masa ibadah Haji dia memberi makan dengan cuma-cuma bagi semua orang yang datang berkumpul di Mina.
Ketika orang Quraisy memperbaiki Ka'bah tidak seorang pun yang berani meruntuhkan dinding-dindingnya yang tua itu. Semua orang takut kalau-kalau jatuh dan mati. Melihat suasana begini Walid maju kedepan dengan bersenjatakan sekop sambil berteriak, "O, Tuhan jangan marah kepada kami. Kami berniat baik terhadap rumahMu".
Nabi mengharap-harap dengan sepenuh hati, agar Walid masuk Islam. Harapan ini timbul karena Walid seorang kesatria yang berani dimata rakyat. Karena itu dia dikagumi dan dihormati oleh orang banyak. Jika dia telah masuk Islam ratusan orang akan mengikutinya.
Dalam hati kecilnya Walid merasa, bahwa Al Qur-'an itu adalah kalimat-kalimat Allah. Dia pernah mengatakan secara jujur dan terang-terangan, bahwa dia tidak bisa berpisah dari keindahan dan kekuatan ayat-ayat suci itu.
Ucapan yang terus terang ini memberikan harapan bagi Nabi, bahwa Walid akan segera masuk Islam. Tetapi impian dan harapan ini tak pernah menjadi kenyataan. Kebanggaan atas diri sendiri membendung bisikan-bisikan hati nuraninya. Dia takut kehilangan kedudukannya sebagai pemimpin bangsa Quraisy. Kesangsian ini menghalanginya untuk menurutkan rayuan-rayuan hati nuraninya. Sayang sekali orang yang begini baik, akhirnya mati sebagai orang yang bukan Islam.
Suku Banu Makhzum mempunyai tugas-tugas penting. Jika terjadi peperangan, Banu Muhzum lah yang mengurus gudang senjata dan gudang tenaga tempur. Suku inilah yang mengumpulkan kuda dan senjata bagi prajurit-prajurit.
Tidak ada cabang suku Quraisy lain yang bisa lebih dibanggakan seperti Banu Makhzum. Ketika diadakan kepungan maut terhadap orang-orang Islam dilembah Abu Thalib, orang-orang Banu Makhzumlah yang pertama kali mengangkat suaranya menentang pengepungan itu.
Latihan Pertama
Kita tidak banyak mengetahui mengenai Khalid pada masa kanak-kanaknya. Tetapi satu hal kita tahu dengan pasti, ayah Khalid orang berada. Dia mempunyai kebun buah-buahan yang membentang dari kota Mekah sampai ke Taif. Kekayaan ayahnya ini membuat Khalid bebas dari kewajiban-kewajibannya.
Dia lebih leluasa dan tidak usah belajar berdagang. Dia tidak usah bekerja untuk menambah pencaharian orang tuanya. Kehidupan tanpa suatu ikatan memberi kesempatan kepada Khalid mengikuti kegemarannya. Kegemarannya ialah adu tinju dan berkelahi.
Saat itu pekerjaan dalam seni peperangan dianggap sebagai tanda seorang Satria. Panglima perang berarti pemimpin besar. Kepahlawanan adalah satu hal terhormat di mata rakyat.
Ayah Khalid dan beberapa orang pamannya adalah orang-orang yang terpandang dimata rakyat. Hal ini memberikan dorongan keras kepada Khalid untuk mendapatkan kedudukan terhormat, seperti ayah dan paman-pamanya. Satu-satunya permintaan Khalid ialah agar menjadi orang yang dapat mengatasi teman-temannya didalam hal adu tenaga. Sebab itulah dia menceburkan dirinya kedalam seni peperangan dan seni bela diri. Malah mempelajari keahlian mengendarai kuda, memainkan pedang dan memanah. Dia juga mencurahkan perhatiannya kedalam hal memimpin angkatan perang. Bakat-bakatnya yang asli, ditambah dengan latihan yang keras, telah membina Khalid menjadi seorang yang luar biasa. Kemahiran dan keberaniannya mengagumkan setiap orang.
Pandangan yang ditunjukkannya mengenai taktik perang menakjubkan setiap orang. Dengan gamblang orang dapat melihat, bahwa dia akan menjadi ahli dalam seni kemiliteran.
Dari masa kanak-kanaknya dia memberikan harapan untuk menjadi ahli militer yang luar biasa senialnya.
Menentang Islam
Pada masa kanak-kanaknya Khalid telah kelihatan menonjol diantara teman-temannya. Dia telah sanggup merebut tempat istimewa dalam hati rakyat. Lama kelamaan Khalid menanjak menjadi pemimpin suku Quraisy. Pada waktu itu orang-orang Quraisy sedang memusuhi Islam. Mereka sangat anti dan memusuhi agama Islam dan penganut-penganut Islam. Kepercayaan baru itu menjadi bahaya bagi kepercayaan dan adat istiadat orang-orang Quraisy. Orang-orang Quraisy sangat mencintai adat kebiasaannya. Sebab itu mereka mengangkat senjata untuk menggempur orang-orang Islam. Tunas Islam harus dihancurkan sebelum tumbuh berurat ber-berakar. Khalid sebagai pemuda Quraisy yang berani dan bersemangat berdiri digaris paling depan dalam penggempuran terhadap kepercayaan baru ini. Hal ini sudah wajardan seirama dengan kehendak alam.
Sejak kecil pemuda Khalid bertekad menjadi pahlawan Quraisy. Kesempatan ini diperolehnya dalam pertentangan-pertentangan dengan orang-orang Islam. Untuk membuktikan bakat dan kecakapannya ini, dia harus menonjolkan dirinya dalam segala pertempuran. Dia harus memperlihatkan kepada sukunya kwalitasnya sebagai pekelahi.
Peristiwa Uhud
Kekalahan kaum Quraisy didalam perang Badar membuat mereka jadi kegila-gilaan, karena penyesalan dan panas hati. Mereka merasa terhina. Rasa sombong dan kebanggaan mereka sebagai suku Quraisy telah meluncur masuk lumpur kehinaan Arang telah tercoreng dimuka orang-orang Quraisy. Mereka seolah-olah tidak bisa lagi mengangkat dirinya dari lumpur kehinaan ini. Dengan segera mereka membuat persiapan-persiapan untuk membalas pengalaman pahit yang terjadi di Badar.
Sebagai pemuda Quraisy, Khalid bin Walid pun ikut merasakan pahit getirnya kekalahan itu. Sebab itu dia ingin membalas dendam sukunya dalam peperangan Uhud. Khalid dengan pasukannya bergerak ke Uhud dengan satu tekad menang atau mati. Orang-orang Islam dalam pertempuran Uhud ini mengambil posisi dengan membelakangi bukit Uhud.
Sungguhpun kedudukan pertahanan baik, masih terdapat suatu kekhawatiran. Dibukit Uhud masih ada suatu tanah genting, dimana tentara Quraisy dapat menyerbu masuk pertahanan Islam. Untuk menjaga tanah genting ini, Nabi menempatkan 50 orang pemanah terbaik. Nabi memerintahkan kepada mereka agar bertahan mati-matian. Dalam keadaan bagaimana jua pun jangan sampai meninggalkan pos masing-masing.
Khalid bin Walid memimpin sayap kanan tentara Quraisy empat kali lebih besar jumlahnya dari pasukan Islam. Tetapi mereka jadi ragu-ragu mengingat kekalahant-kekalahan yang telah mereka alami di Badar. Karena kekalahan ini hati mereka menjadi kecil menghadapi keberanian orang-orang Islam.
Sungguh pun begitu pasukan-pasukan Quraisy memulai pertempuran dengan baik. Tetapi setelah orang-orang Islam mulai mendobrak pertahanan mereka, mereka telah gagal untuk mempertahankan tanah yang mereka injak.
Kekuatannya menjadi terpecah-pecah. Mereka lari cerai-berai. Peristiwa Badar berulang kembali di Uhud. Saat-saat kritis sedang mengancam orang-orang Quraisy. Tetapi Khalid bin Walid tidak goncang dan sarafnya tetap membaja. Dia mengumpulkan kembali anak buahnya dan mencari kesempatan baik guna melakukan pukulan yang menentukan.
Melihat orang-orang Quraisy cerai-berai, pemanah-pemanah yang bertugas ditanah genting tidak tahan hati. Pasukan Islam tertarik oleh harta perang, harta yang ada pada mayat-mayat orang-orang Quraisy. Tanpa pikir panjang akan akibatnya, sebagian besar pemanah-pemanah, penjaga tanah genting meninggalkan posnya dan menyerbu kelapangan.
Pertahanan tanah genting menjadi kosong. Khalid bin Walid dengan segera melihat kesempatan baik ini. Dia menyerbu ketanah genting dan mendesak masuk. Beberapa orang pemanah yang masih tinggal dikeroyok bersama-sama. Tanah genting dikuasai oleh pasukan Khalid dan mereka menjadi leluasa untuk menggempur pasukan Islam dari belakang.
Dengan kecepatan yang tak ada taranya Khalid masuk dari garis belakang dan menggempur orang Islam dipusat pertahanannya. Melihat Khalid telah masuk melalui tanah genting, orang-orang Quraisy yang telah lari cerai-berai berkumpul kembali dan mengikuti jejak Khalid menyerbu dari belakang. Pemenang-pemenang antara beberapa menit yang lalu, sekarang telah terkepung lagi dari segenap penjuru, dan situasi mereka menjadi gawat.
Khalid bin Walid telah merobah kemenangan orang Islam di Uhud menjadi suatu kehancuran. Mestinya orang-orang Quraisylah yang kalah dan cerai-berai. Tetapi karena gemilangnya Khalid sebagai ahli siasat perang, kekalahan-kekalahan telah disunglapnya menjadi satu kemenangan. Dia menemukan lobang-lobang kelemahan pertahanan orang Islam.
Hanya pahlawan Khalidlah yang dapat mencari saat-saat kelemahan lawannya. Dan dia pula yang sanggup menarik kembali tentara yang telah cerai-berai dan memaksanya untuk bertempur lagi. Seni perangnya yang luar biasa inilah yang mengungkap kekalahan Uhud menjadi suatu kemenangan bagi orang Quraisy.
Ketika Khalid bin Walid memeluk Islam Rasulullah sangat bahagia, karena Khalid mempunyai kemampuan berperang yang dapat digunakan untuk membela Islam dan meninggikan kalimatullah dengan perjuangan jihad. Dalam banyak kesempatan peperangan Islam Khalid bin Walid diangkat menjadi komandan perang dan menunjukan hasil gemilang atas segala upaya jihadnya. Betapapun hebatnya Khalid bin Walid di dalam medan pertempuran, dengan berbagai luka yang menyayat badannya, namun ternyata kematianya diatas ranjang. Betapa menyesalnya Khalid harapan untuk mati sahid dimedan perang ternyata tidak tercapai dan Allah menghendakinya mati di atas tempat tidur, sesudah perjuangan membela Islam yang luar biasa itu. Demikianlah kekuasaan Allah. Manusia berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya sesuai dengan kemaua-Nya.
Khalid dilahirkan kira-kira 17 tahun sebelum masa pembangunan Islam. Dia anggota suku Banu Makhzum, suatu cabang dari suku Quraisy. Ayahnya bernama Walid dan ibunya Lababah. Khalid termasuk diantara keluarga Nabi yang sangat dekat. Maimunah, bibi dari Khalid, adalah isteri Nabi. Dengan Umar sendiri pun Khalid ada hubungan keluarga, yakni saudara sepupunya. Suatu hari pada masa kanak-kanaknya kedua saudara sepupu ini main adu gulat. Khalid dapat mematahkan kaki Umar. Untunglah dengan melalui suatu perawatan kaki Umar dapat diluruskan kembali dengan baik.
Ayah Khalid yang bernama Walid, adalah salah seorang pemimpin yang paling berkuasa diantara orang-orang Quraisy. Dia sangat kaya. Dia menghormati Ka'bah dengan perasaan yang sangat mendalam. Sekali dua tahun dialah yang menyediakan kain penutup Ka'bah. Pada masa ibadah Haji dia memberi makan dengan cuma-cuma bagi semua orang yang datang berkumpul di Mina.
Ketika orang Quraisy memperbaiki Ka'bah tidak seorang pun yang berani meruntuhkan dinding-dindingnya yang tua itu. Semua orang takut kalau-kalau jatuh dan mati. Melihat suasana begini Walid maju kedepan dengan bersenjatakan sekop sambil berteriak, "O, Tuhan jangan marah kepada kami. Kami berniat baik terhadap rumahMu".
Nabi mengharap-harap dengan sepenuh hati, agar Walid masuk Islam. Harapan ini timbul karena Walid seorang kesatria yang berani dimata rakyat. Karena itu dia dikagumi dan dihormati oleh orang banyak. Jika dia telah masuk Islam ratusan orang akan mengikutinya.
Dalam hati kecilnya Walid merasa, bahwa Al Qur-'an itu adalah kalimat-kalimat Allah. Dia pernah mengatakan secara jujur dan terang-terangan, bahwa dia tidak bisa berpisah dari keindahan dan kekuatan ayat-ayat suci itu.
Ucapan yang terus terang ini memberikan harapan bagi Nabi, bahwa Walid akan segera masuk Islam. Tetapi impian dan harapan ini tak pernah menjadi kenyataan. Kebanggaan atas diri sendiri membendung bisikan-bisikan hati nuraninya. Dia takut kehilangan kedudukannya sebagai pemimpin bangsa Quraisy. Kesangsian ini menghalanginya untuk menurutkan rayuan-rayuan hati nuraninya. Sayang sekali orang yang begini baik, akhirnya mati sebagai orang yang bukan Islam.
Suku Banu Makhzum mempunyai tugas-tugas penting. Jika terjadi peperangan, Banu Muhzum lah yang mengurus gudang senjata dan gudang tenaga tempur. Suku inilah yang mengumpulkan kuda dan senjata bagi prajurit-prajurit.
Tidak ada cabang suku Quraisy lain yang bisa lebih dibanggakan seperti Banu Makhzum. Ketika diadakan kepungan maut terhadap orang-orang Islam dilembah Abu Thalib, orang-orang Banu Makhzumlah yang pertama kali mengangkat suaranya menentang pengepungan itu.
Latihan Pertama
Kita tidak banyak mengetahui mengenai Khalid pada masa kanak-kanaknya. Tetapi satu hal kita tahu dengan pasti, ayah Khalid orang berada. Dia mempunyai kebun buah-buahan yang membentang dari kota Mekah sampai ke Taif. Kekayaan ayahnya ini membuat Khalid bebas dari kewajiban-kewajibannya.
Dia lebih leluasa dan tidak usah belajar berdagang. Dia tidak usah bekerja untuk menambah pencaharian orang tuanya. Kehidupan tanpa suatu ikatan memberi kesempatan kepada Khalid mengikuti kegemarannya. Kegemarannya ialah adu tinju dan berkelahi.
Saat itu pekerjaan dalam seni peperangan dianggap sebagai tanda seorang Satria. Panglima perang berarti pemimpin besar. Kepahlawanan adalah satu hal terhormat di mata rakyat.
Ayah Khalid dan beberapa orang pamannya adalah orang-orang yang terpandang dimata rakyat. Hal ini memberikan dorongan keras kepada Khalid untuk mendapatkan kedudukan terhormat, seperti ayah dan paman-pamanya. Satu-satunya permintaan Khalid ialah agar menjadi orang yang dapat mengatasi teman-temannya didalam hal adu tenaga. Sebab itulah dia menceburkan dirinya kedalam seni peperangan dan seni bela diri. Malah mempelajari keahlian mengendarai kuda, memainkan pedang dan memanah. Dia juga mencurahkan perhatiannya kedalam hal memimpin angkatan perang. Bakat-bakatnya yang asli, ditambah dengan latihan yang keras, telah membina Khalid menjadi seorang yang luar biasa. Kemahiran dan keberaniannya mengagumkan setiap orang.
Pandangan yang ditunjukkannya mengenai taktik perang menakjubkan setiap orang. Dengan gamblang orang dapat melihat, bahwa dia akan menjadi ahli dalam seni kemiliteran.
Dari masa kanak-kanaknya dia memberikan harapan untuk menjadi ahli militer yang luar biasa senialnya.
Menentang Islam
Pada masa kanak-kanaknya Khalid telah kelihatan menonjol diantara teman-temannya. Dia telah sanggup merebut tempat istimewa dalam hati rakyat. Lama kelamaan Khalid menanjak menjadi pemimpin suku Quraisy. Pada waktu itu orang-orang Quraisy sedang memusuhi Islam. Mereka sangat anti dan memusuhi agama Islam dan penganut-penganut Islam. Kepercayaan baru itu menjadi bahaya bagi kepercayaan dan adat istiadat orang-orang Quraisy. Orang-orang Quraisy sangat mencintai adat kebiasaannya. Sebab itu mereka mengangkat senjata untuk menggempur orang-orang Islam. Tunas Islam harus dihancurkan sebelum tumbuh berurat ber-berakar. Khalid sebagai pemuda Quraisy yang berani dan bersemangat berdiri digaris paling depan dalam penggempuran terhadap kepercayaan baru ini. Hal ini sudah wajardan seirama dengan kehendak alam.
Sejak kecil pemuda Khalid bertekad menjadi pahlawan Quraisy. Kesempatan ini diperolehnya dalam pertentangan-pertentangan dengan orang-orang Islam. Untuk membuktikan bakat dan kecakapannya ini, dia harus menonjolkan dirinya dalam segala pertempuran. Dia harus memperlihatkan kepada sukunya kwalitasnya sebagai pekelahi.
Peristiwa Uhud
Kekalahan kaum Quraisy didalam perang Badar membuat mereka jadi kegila-gilaan, karena penyesalan dan panas hati. Mereka merasa terhina. Rasa sombong dan kebanggaan mereka sebagai suku Quraisy telah meluncur masuk lumpur kehinaan Arang telah tercoreng dimuka orang-orang Quraisy. Mereka seolah-olah tidak bisa lagi mengangkat dirinya dari lumpur kehinaan ini. Dengan segera mereka membuat persiapan-persiapan untuk membalas pengalaman pahit yang terjadi di Badar.
Sebagai pemuda Quraisy, Khalid bin Walid pun ikut merasakan pahit getirnya kekalahan itu. Sebab itu dia ingin membalas dendam sukunya dalam peperangan Uhud. Khalid dengan pasukannya bergerak ke Uhud dengan satu tekad menang atau mati. Orang-orang Islam dalam pertempuran Uhud ini mengambil posisi dengan membelakangi bukit Uhud.
Sungguhpun kedudukan pertahanan baik, masih terdapat suatu kekhawatiran. Dibukit Uhud masih ada suatu tanah genting, dimana tentara Quraisy dapat menyerbu masuk pertahanan Islam. Untuk menjaga tanah genting ini, Nabi menempatkan 50 orang pemanah terbaik. Nabi memerintahkan kepada mereka agar bertahan mati-matian. Dalam keadaan bagaimana jua pun jangan sampai meninggalkan pos masing-masing.
Khalid bin Walid memimpin sayap kanan tentara Quraisy empat kali lebih besar jumlahnya dari pasukan Islam. Tetapi mereka jadi ragu-ragu mengingat kekalahant-kekalahan yang telah mereka alami di Badar. Karena kekalahan ini hati mereka menjadi kecil menghadapi keberanian orang-orang Islam.
Sungguh pun begitu pasukan-pasukan Quraisy memulai pertempuran dengan baik. Tetapi setelah orang-orang Islam mulai mendobrak pertahanan mereka, mereka telah gagal untuk mempertahankan tanah yang mereka injak.
Kekuatannya menjadi terpecah-pecah. Mereka lari cerai-berai. Peristiwa Badar berulang kembali di Uhud. Saat-saat kritis sedang mengancam orang-orang Quraisy. Tetapi Khalid bin Walid tidak goncang dan sarafnya tetap membaja. Dia mengumpulkan kembali anak buahnya dan mencari kesempatan baik guna melakukan pukulan yang menentukan.
Melihat orang-orang Quraisy cerai-berai, pemanah-pemanah yang bertugas ditanah genting tidak tahan hati. Pasukan Islam tertarik oleh harta perang, harta yang ada pada mayat-mayat orang-orang Quraisy. Tanpa pikir panjang akan akibatnya, sebagian besar pemanah-pemanah, penjaga tanah genting meninggalkan posnya dan menyerbu kelapangan.
Pertahanan tanah genting menjadi kosong. Khalid bin Walid dengan segera melihat kesempatan baik ini. Dia menyerbu ketanah genting dan mendesak masuk. Beberapa orang pemanah yang masih tinggal dikeroyok bersama-sama. Tanah genting dikuasai oleh pasukan Khalid dan mereka menjadi leluasa untuk menggempur pasukan Islam dari belakang.
Dengan kecepatan yang tak ada taranya Khalid masuk dari garis belakang dan menggempur orang Islam dipusat pertahanannya. Melihat Khalid telah masuk melalui tanah genting, orang-orang Quraisy yang telah lari cerai-berai berkumpul kembali dan mengikuti jejak Khalid menyerbu dari belakang. Pemenang-pemenang antara beberapa menit yang lalu, sekarang telah terkepung lagi dari segenap penjuru, dan situasi mereka menjadi gawat.
Khalid bin Walid telah merobah kemenangan orang Islam di Uhud menjadi suatu kehancuran. Mestinya orang-orang Quraisylah yang kalah dan cerai-berai. Tetapi karena gemilangnya Khalid sebagai ahli siasat perang, kekalahan-kekalahan telah disunglapnya menjadi satu kemenangan. Dia menemukan lobang-lobang kelemahan pertahanan orang Islam.
Hanya pahlawan Khalidlah yang dapat mencari saat-saat kelemahan lawannya. Dan dia pula yang sanggup menarik kembali tentara yang telah cerai-berai dan memaksanya untuk bertempur lagi. Seni perangnya yang luar biasa inilah yang mengungkap kekalahan Uhud menjadi suatu kemenangan bagi orang Quraisy.
Ketika Khalid bin Walid memeluk Islam Rasulullah sangat bahagia, karena Khalid mempunyai kemampuan berperang yang dapat digunakan untuk membela Islam dan meninggikan kalimatullah dengan perjuangan jihad. Dalam banyak kesempatan peperangan Islam Khalid bin Walid diangkat menjadi komandan perang dan menunjukan hasil gemilang atas segala upaya jihadnya. Betapapun hebatnya Khalid bin Walid di dalam medan pertempuran, dengan berbagai luka yang menyayat badannya, namun ternyata kematianya diatas ranjang. Betapa menyesalnya Khalid harapan untuk mati sahid dimedan perang ternyata tidak tercapai dan Allah menghendakinya mati di atas tempat tidur, sesudah perjuangan membela Islam yang luar biasa itu. Demikianlah kekuasaan Allah. Manusia berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya sesuai dengan kemaua-Nya.
Balasan Kesabaran
Anas bin Malik radhiallahu anhu berkata : "Anak laki-laki Abu Thalhah dari Ummu Salamah meninggal dunia. Maka isterinya berkata kepada keluarganya, 'Jangan kalian beritakan kepada Abu Thalhah tentang kematiannya, sampai aku sendiri yang mengabarkannya!' Anas bin Malik berkata, 'Abu Thalhah datang dan dihidangkan kepadanya makan malam, maka ia pun makan dan minum', Anas berkata, 'Sang isteri kemudian berdandan indah bahkan lebih indah dari waktu-waktu yang sebelumnya. Setelah dia merasa bahwa Abu Thalhah telah kenyang dan puas dengan pelayanannya, sang isteri bertanya, 'Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu tentang suatu kaum yang meminjamkan sesuatu kepada sebuah keluarga, lalu mereka mengambil barang yang dipinjamkannya, apakah mereka berhak menolaknya?' Ia berkata, 'Tidak (berhak)!' 'Jika demikian, maka mintalah pahalanya kepada Allah tentang puteramu (yang telah diambilnya kembali)!, kata sang isteri. Suaminya menyergah, 'Engkau biarkan akau, sehingga aku tidak mengetahui apa-apa, lalu engkau beritakan tentang (kematian) anakku?' Setelah itu, ia berangkat mendatangi Rasulullah SAW lalu ia ceritakan apa yang telah terjadi. Maka Rasulullah SAW bersabda, 'Semoga Allah memberkahi kalian berdua tadi malam'. Anas berkata, 'Lalu isterinya mengandung dan melahirkan seorang anak. Kemudian Abu Thalhah berkata kepadaku, 'Bawalah dia kepada Nabi SAW'. Lalu aku bawakan untuknya beberapa buah kurma. Nabi SAW lalu mengambil anak itu seraya berkata, 'Apakah dia membawa sesuatu?' Mereka berkata, 'Ya, beberapa buah kurma', Nabi SAW kemudian mengambilnya dan mengunyahnya, lalu diambilnya dari mulutnya, kemudian diletakkannya di mulut bayi itu dan beliau menggosok-gosokkannya pada langit-langit mulut bayi tiu, dan beliau menamainya Abdullah." (HR. Al-Bukhari, 9/587 dalam Al-Aqiqah, Muslim no. 2144).
Dalam riwayat Al-Bukhari, Sufyan bin Uyainah berkata : "Seorang laki-laki dari shahabat Anshar berkata, 'Aku melihat mereka memiliki sembilan anak. Semuanya telah hafal Al-Qur'an, yakni dari anak-anak Abdullah, yang dilahirkan dari persetubuhan malam itu, yaitu malam wafatnya anak yang pertama, yaitu Abu Umair yang Nabi SAW mencandainya seraya berkata, 'Hai Abu Umair, apa yang sedang dilakukan anak burung pipit?''
Dalam riwayat lain (Riwayat ini disebutkan oleh Thahir bin Muhammad Al-Haddad dalam kitanya "Uyunul Majalis an Mu'awiyah bin Qurrah". Lihat Baradul Akbad, hal. 25) disebutkan : "Ia berkata, Maka isterinya pun hamil mengandung anaknya, lalu anak itu ia beri nama Abdullah, lalu Rasulullah SAW bersabda, 'Segala puji bagi Allah yang menjadikan dalam umatku orang yang memiliki kesabaran seperti kesabaran seorang wanita dari Bani Israil'. Kepada beliau ditanyakan, 'Bagaiman beritanya wahai Rasulullah?' Beliau bersabda, 'Dalam Bani Israil terdapat wanita bersuami yang memiliki dua anak. Suaminya memerintahkannya menyediakan makanan untuk orang-orang yang ia undang. Para undangan berkumpul di rumahnya. Ketika itu kedua anaknya keluar untuk bermain, tiba-tiba mereka terjatuh ke dalam sumur dekat rumahnya. Sang isteri tidak hendak mengganggu suaminya bersama para tamunya, maka keduanya ia masukkan ke dalam rumah dan ditutupinya dengan pakaian. Ketika para undangan sudah pulang, sang suami masuk seraya bertanya, 'di mana anak-anakku?' Isterinya menjawab, 'Di dalam rumah'. Ia lalu mengenakan minyak wangi dan menawarkan diri kepada suaminya, sehingga mereka melakukan jima'. Sang suami kembali bertanya, 'Di mana anak-anakku?' 'Di dalam rumah', jawab isterinya. Lalu sang ayah memanggil kedua anaknya. 'Tiba-tiba mereka keluar memenuhi panggilan. Sang isteri terperanjat, 'Subhanallah, Mahasuci Allah, demi Allah keduanya telah meninggal dunia, tetapi Allah menghidupkannya kembali sebagi balasan dari kesabaranku!"
Dalam riwayat Al-Bukhari, Sufyan bin Uyainah berkata : "Seorang laki-laki dari shahabat Anshar berkata, 'Aku melihat mereka memiliki sembilan anak. Semuanya telah hafal Al-Qur'an, yakni dari anak-anak Abdullah, yang dilahirkan dari persetubuhan malam itu, yaitu malam wafatnya anak yang pertama, yaitu Abu Umair yang Nabi SAW mencandainya seraya berkata, 'Hai Abu Umair, apa yang sedang dilakukan anak burung pipit?''
Dalam riwayat lain (Riwayat ini disebutkan oleh Thahir bin Muhammad Al-Haddad dalam kitanya "Uyunul Majalis an Mu'awiyah bin Qurrah". Lihat Baradul Akbad, hal. 25) disebutkan : "Ia berkata, Maka isterinya pun hamil mengandung anaknya, lalu anak itu ia beri nama Abdullah, lalu Rasulullah SAW bersabda, 'Segala puji bagi Allah yang menjadikan dalam umatku orang yang memiliki kesabaran seperti kesabaran seorang wanita dari Bani Israil'. Kepada beliau ditanyakan, 'Bagaiman beritanya wahai Rasulullah?' Beliau bersabda, 'Dalam Bani Israil terdapat wanita bersuami yang memiliki dua anak. Suaminya memerintahkannya menyediakan makanan untuk orang-orang yang ia undang. Para undangan berkumpul di rumahnya. Ketika itu kedua anaknya keluar untuk bermain, tiba-tiba mereka terjatuh ke dalam sumur dekat rumahnya. Sang isteri tidak hendak mengganggu suaminya bersama para tamunya, maka keduanya ia masukkan ke dalam rumah dan ditutupinya dengan pakaian. Ketika para undangan sudah pulang, sang suami masuk seraya bertanya, 'di mana anak-anakku?' Isterinya menjawab, 'Di dalam rumah'. Ia lalu mengenakan minyak wangi dan menawarkan diri kepada suaminya, sehingga mereka melakukan jima'. Sang suami kembali bertanya, 'Di mana anak-anakku?' 'Di dalam rumah', jawab isterinya. Lalu sang ayah memanggil kedua anaknya. 'Tiba-tiba mereka keluar memenuhi panggilan. Sang isteri terperanjat, 'Subhanallah, Mahasuci Allah, demi Allah keduanya telah meninggal dunia, tetapi Allah menghidupkannya kembali sebagi balasan dari kesabaranku!"
Bai’atur Ridwan
Perstiwa Baitur Ridwan
Dimulai saat Rasulullah SAW memanggil Umar
bin Khattab r.a dengan maksud mengutusnya ke negeri Mekkah untuk menyampaikan pesan
beliau kepada para pembesar Quraisy tentang keinginan beliau dan para
sahabatnya untuk berziarah ke Baitullah. Kemudian Umar mengatakan “Wahai
Rasulullah, aku takut orang-orang Quraisy akan menimpakan sesuatu terhadap
diriku. Sedangkan di kota Mekkah tidak ada seorang pun dari Bani Adi yang akan
menolongku. Sedangkan orang-orang Quraisy telah mengetahui bagaimana kebencian dan
amarahku pada mereka. Akan tetapi aku akan menunjukkan kepada engkau seseorang
yang lebih terhormat di kalangan mereka daripada aku, yaitu Utsman
bin Affan r.a. Kita utus dia untuk menemui Abu Sufyan dan para pembesar Quraisy lainnya
untuk memberi kabar kepada mereka bahwa dia tidak datang kepada mereka untuk
berperang, akan tetapi dia datang untuk menziarahi Baitullah dan mengagungkan
kehormatannya”. Maka Utsman pun pergi menuju kota Mekkah. Utsman bin Affan r.a
bertemu dengan Aban bin Sa`id bin Ash yang kemudian menemaninya hingga
beliau dapat menyampaikan surat dari Rasulullah SAW.
Kemudian Utsman bin Affan datang menjumpai Abu Sufyan dan para
pembesar Quraisy yang lain seraya memberitakan kepada mereka tentang surat yang
dikirimkan kepada mereka. Mereka lalu mengatakan kepada Utsman bin Affan “Bila
anda hendak berthawaf di Baitullah, maka berthawaflah”, Utsman mengatakan “Aku
tidak akan melakukannya hingga Rasulullah SAW berthawaf”. Orang-orang Quraisy
kemudian menahan Utsman bin Affan di sisi Kakbah. Maka sampailah berita kepada
Rasulullah SAW dan kaum muslimin bahwa Utsman telah dibunuh. Ibnu Ishaq
mengatakan”Abdullah bin Abu Bakar telah menceritakan kepadaku bahwa ketika
sampai berita terbunuhnya Utsman kepada Rasulullah SAW maka beliau bersabda
“Kita tidak akan tinggal diam sehingga kita berperang dengan kaum itu”
Ayat ini turun
karena suatu peristiwa
diatas.
Terjadinya Bai’atur Ridwan (Al-Fath. Ayat 8-10)
8 Sesungguhnya
Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan,
9 supaya
kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)-Nya,
membesarkan-Nya. Dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang.
10 Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia
kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah
di atas tangan mereka, maka barang siapa yang melanggar janjinya niscaya
akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barang siapa
menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.
Baitur Ridwan sebagai Janji Setia yang
Agung
Allah berfirman di QS Al Fath ayat 10 “Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu
sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan
mereka, maka barang siapa yang melanggar janjinya niscaya akibat dia melanggar
janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada
Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar”.
Janji setia yang disebutkan dalam ayat ini adalah janji Baitur Ridhwan yang dilakukan di bawah sebuah pohon yang terletak di Hudaibiyah. Dan para sahabat r.a yang ikut berjanji setia kepada Nabi Muhammad SAW ketika itu berjumlah 1400 orang.
Kemudian Rasulullah SAW berseru kepada orang banyak untuk
mengadakan janji setia. Janji mereka itu kemudian dinamakan Baitur Ridhwan yang
dilaksanakan di bawah pohon. Orang-orang pun mulai melaksanakan janji setia.
Dan tidak ada orang yang enggan untuk melaksanakannya kecuali Al Jad bin Qais,
saudara Bani Salamah. Jabir bin Abdillah mengatakan “Demi Allah, sungguh aku seolah-olah
melihatnya merapat dengan ketiak untanya yang dia tuju. Dengan untanya itu ia
bersembunyi dari orang banyak.Kemudian datanglah berita kepada Rasulullah SAW
bahwa berita tentang kematian Utsman itu dusta belaka. Sedangkan telah terdapat
di dalam perjanjian itu bahwa mereka yang berjanji tidak akan lari dari
berperang untuk selamanya. Hal itu telah membuat Kaum Musyrikin ketakutan. Dan
merekapun mengirimkan orang-orang muslim yang ada bersama mereka dan mereka
meminta untuk mengadakan gencatan senjata dan perdamaian”
Abu Bakar Al Hamidi meriwayatkan bahwa Jabir r.a berkata “Pada
peristiwa Hudaibiyah itu kami berjumlah 1400 orang. Maka bersabdalah Rasulullah
SAW kepada kami `Kalian semua adalah penduduk bumi yang paling baik`”
Imam Ahmad meriwayatkan dari Jabir r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda “Tidak akan masuk neraka seseorang yang pernah mengikat janji setia di bawah pohon ini”
Imam Muslim meriwayatkan dari Jabir r.a “Seorang budak kepunyaan Hathib bin Abi Balta`ah datang mengadukan tuannya yaitu Hathib. Si Budak berkata “Wahai Rasulullah, pastilah Hathib itu akan masuk neraka”, kemudian Rasulullah SAW bersabda”Engkau telah berdusta. Dia tidak akan masuk di didalamnya, karena dia telah ikut dalam Perang Badar dan Perjanjian Hudaibiyah.”
Imam Ahmad meriwayatkan dari Jabir r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda “Tidak akan masuk neraka seseorang yang pernah mengikat janji setia di bawah pohon ini”
Imam Muslim meriwayatkan dari Jabir r.a “Seorang budak kepunyaan Hathib bin Abi Balta`ah datang mengadukan tuannya yaitu Hathib. Si Budak berkata “Wahai Rasulullah, pastilah Hathib itu akan masuk neraka”, kemudian Rasulullah SAW bersabda”Engkau telah berdusta. Dia tidak akan masuk di didalamnya, karena dia telah ikut dalam Perang Badar dan Perjanjian Hudaibiyah.”
Itulah sebabnya Allah SWT berfirman dengan memberikan sanjungan
kepada mereka “Bahwasanya orang-orang yang berjanji
setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah
di atas tangan mereka, maka barang siapa yang melanggar janjinya niscaya akibat
dia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati
janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar”.
Allah juga berfirman di ayat yang lain “ Sesungguhnya Aku telah ridho
terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu dibawah
pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan
ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang
dekat”(QS Al Fath ayat 18)
Bismillah was
shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Ibnu Khaldun
dalam kitabnya, al-Muqadimah menyatakan,
البيعة هي العهد على الطاعة، كأن المبايع يعاهد
أميره على أنه يسلم له النظر في أمر نفسه وأمور المسلمين، لا ينازغه في شيء من
ذلك، ويطيعه فيما يكلفه به من الأمر على المنشط والمكره
”Bai’at
adalah janji untuk taat. Seolah orang yang berbai’at itu berjanji kepada
pemimpinnya untuk menyerahkan kepadanya segala kebijakan terkait urusan dirinya
dan urusan kaum muslimin. Tanpa sedikitpun berkeinginan menentangnya. Serta
taat kepada perintah pimpinan yang dibebankan kepadanya, suka maupun tidak.” (Mukadimah Ibnu Khaldun, 1/108).
Istilah baiat
telah dikenal sejaka masa silam, bahkan sebelum Islam. Masyarakat memberikan
baiatnya kepada masing-masing kepala kabilah mereka. Mentaati setiap perintah
dan larangan pimpinan kabilah.
Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus, setiap orang yang masuk islam, membaiat
beliau. Mereka berjanji setia untuk mendengar dan taat kepada semua aturan
beliau dan juga berbaiat untuk melindungi beliau.
Dalam sejarah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kita mengenal baiat aqabah pertama, baiat
aqabah kedua, kemudian ada juga baiat ridhwan, untuk menuntut darah Utsman.
Salah satu isi
baiat sahabat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dinyatakan dalam hadis dari Abbas bin Abdul Muthalib radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada beberapa orang Madinah yang membaiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka bertanya,
“Apa yang harus
kami Baiatkan?”
Lalu beliau
bersabda,
تبايعوني على السمع والطاعة في النشاط والكسل وعلى
النفقة في العسر واليسر وعلى الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر وعلى أن تقولوا في
الله لا يأخذكم في الله لومة لائم وعلى أن تنصروني إذا قدمت عليكم وتمنعوني ما
تمنعون منه أنفسكم وأزواجكم وأبناءكم فلكم الجنة
Kalian baiat aku
untuk mendengar dan taat, baik ketika sedang semangat maupun lagi malas. Untuk
memberi nafkah baik ketika sedang sulit maupun sedang longgar, untuk selalu
amar makruf nahi munkar, menyatakan kebenaran syariat Allah, tanpa takut dengan
celaan apapun. Dan baiat untuk membelaku jika aku datang ke negeri kalian, dan
melindungiku sebagaimana kalian melindungi diri kalian, istri kalian, dan anak
kalian. Sehingga kalian mendapat surga. (HR. Ibn Majah 7012 dan dishahihkan
Syuaib al-Arnauth).
Demikianlah para
khalifah, semuanya dibaiat oleh ahlul halli wal aqdi, sebagai wakil dari umat.
Wajib Baiat Kepada Pemerintah yang Sah
Islam sangat
antuasias untuk mewujudkan persatuan umatnya. Sementara persatuan tidak mungkin
terwujud, kecuali jika di sana ada satu imam yang memimpin semuanya. Karena itulah,
ketika di tengah kaum muslimin ada pemimpin dan pemerintah yang sah, maka kaum
muslimin diwajibkan membaiatnya.
مَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِي عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ
مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً
“Barangsiapa
yang mati, sedangkan di lehernya tidak ada ikatan bai’at, maka dia mati dalam
keadaan jahiliyah”. (HR.
Muslim 4899).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutnya mati dalam kondisi jahiliyah karena
manusia yang hidup di zaman jahiliyah, mereka tidak punya pemimin satu negara.
Adanya pemimpin kabilah-kabilah kecil. Sehingga peluang terjadinya peperangan
antar-suku sangat besar.
An-Nawawi
mengatakan,
(ميتة
جاهلية) أي على صفة موتهم من حيث هم فوضى لا إمام لهم
Mati dalam
keadaan jahiliyah artinya mati seperti orang jahiliyah, dimana mereka suka
perang, kacau, tidak punya pemimpin tunggal. (Syarh Shahih Muslim, 12/238).
Sehingga makna
hadis, orang yang tidak membaiat pemerintah yang sah, seperti orang jahiliyah.
Ini sejalan dengan keteragan di hadis lain, dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ خَرَجَ مِنَ الطَّاعَةِ، وَفَارَقَ
الْجَمَاعَةَ فَمَاتَ، مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً
“Siapa yang
tidak mau taat, memisahkan diri dari jamaah (di bawah imam), hingga dia mati
maka dia mati jahiliyah.” (HR. Muslim 1848).
Demikian pula
ketika dalam satu wilayah negara ada lebih dari satu pemimpin, maka salah
satunya harus dibunuh.
Dari Abu Said
al-Khudri radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda.
إِذَا بُويِعَ لِخَلِيفَتَيْنِ فَاقْتُلُوا
الْآخَرَ مِنْهُمَا
“Jika ada dua
khalifah dibaiat, maka bunuhlah yang dibaiat terakhir”. (HR. Muslim 4905)
Dalam hadis lain,
dari Abdullah bin Amar radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ بَايَعَ إِمَاماً فَأَعْطَاهُ صَفْقَةَ
يَدِهِ وَثَمَرَةَ قَلْبِهِ فَلْيُطِعْهُ مَا اسْتَطَاعَ َإِنْ جِاءَ آخَرُ
يُنَازِعُهُ فَاضْرِبُوا عُنُقَ الآخَرِ
“Barangsiapa
berbai’at kepada seorang imam (penguasa), ia memberikan telapak tangannya dan
buah hatinya, maka hendaklan ia mentaatinya sesuai dengan kemampuannya, jika
kemudian ada orang lain yang menentangnya, maka penggallah leher orang itu.” (HR. Ahmad 6657, Abu Daud 4250 dan dishahihkan
Syuaib al-Arnauth).
Bai’at adalah pelantikan, peresmian, penobatan (tahbis) seorang yang memiliki keseriusan dalam menempuh jalan pengetahuan (makrifat) Allah melalui seorang Mursyid yang diyakini memiliki hubungan khusus secara jasmani dan ruhani kepada Rasulullah Saw. Bai’at, talqin, pemberian ijazah atau inisiasi spiritual dikaitkan dengan peristiwa Bai’atur Ridwan yang pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw dan para sahabat. Ketika itu para sahabat menyatakan janji setia dalam kondisi apapun untuk mengabdi kepada Allah dan Rasul-Nya. Peristiwa ini dilukiskan dalam Al-Quran:
لَّقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ
الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي
قُلُوبِهِمْ فَأَنزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا ﴿الفتح:١٨
Sesungguhnya Allah
telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu
di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu
menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan
yang dekat (waktunya)
Di zaman Rasulullah
Saw, bai’at diberlakukan terhadap mereka yang hendak
masuk agama Islam serta bagi yang berkeinginan menunaikan
pekerjaan-pekerjaan (perintah) agama. Di antara bai’at yang
ada waktu itu adalah bai’at untuk taat dan patuh kepada
Rasulullah Saw.[2]
Berbai’at untuk
berlaku taat merupakan perintah syar’i dan Sunnah Rasulullah
Saw meskipun telah beriman terlebih dahulu. Karena bai’at merupakan
pembaharu janji setia serta penguat jalinan kepercayaan beragama
Ada yang memiliki
persepsi keliru bahwa bai’at hanya dilakukan di saat
peperangan sebagaimana yang terjadi pada masa Rasulullah Saw dan para sahabatnya
ketika menghadapi kaum kafir Mekah. Padahal asbabun nuzul (sebab
turunnya) kedua ayat tersebut menunjukkan disyari’atkannya bai’at dan
tidak ada penjelasan bahwa bai’at hanya dilakukan pada saat peperangan saja.
Kebijakan syari’at bai’at dilakukan pada setiap zaman untuk
membangun kepemimpinan.
Makna Bai’at
Secara etimologi Bai’at adalah
Isim mashdar dari baa-ya’a-yubaaya’a-bay’atun [بايع
– يبايع - بيعة]. Asalnya sama dengan baayi’un (transaksi)
Makna bai’at itu
sendiri adalah sumpah setia dengan suatu kepemimpinan. Sehingga ada jalinan
hubungan yang kuat antara yang memimpin dan yang dipimpin. Dengan prosesi
bai’at terjalinlah ikatan hukum berupa hak dan kewajiban serta tanggung jawab
kedua belah pihak secara adil dan proporsional. Adanya hak dan kewajiban ini
merupakan hasil dari bai’at.
Bai’at lebih merupakan
pernyataan komitmen spiritual secara formal di depan mursyid untuk menjalani
hidup yang benar dan lurus. Bai’at dapat menjadi terapi kaget
(shock theraphy) menuju untuk hijrah kepada susasana batin yang baru dan
memberikan motivasi berkomitmen dalam kehidupan yang benar.
Bai’at di dunia tarekat
bisa diperbarui seandainya seseorang memerlukan pengisian kembali (recharging )
energi spiritual dari mursyid. Namun perlu ditegaskan sekali lagi, bahwa
mursyid bukan tempat memberikan
pengampunan dosa terhadap jamaah. Fungsi mursyid sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya hanya berfungsi sebagai motivator dan tutor yang dipercayai
salik.
Langganan:
Postingan (Atom)
(Majelis ke 2) FAQIR (Fathur-Rabbany) بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورس...
-
PRINSIP PEMASANGAN TRAKSI 1. Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik. 2. Berat ekstremit...
-
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit...
-
Perstiwa Baitur Ridwan Dimulai saat Rasulullah SAW memanggil Umar bin Khattab r.a dengan maksud mengutusnya ke negeri Mekkah untuk men...