Senin, 09 Oktober 2023

 

Terjemah Kitab Fathur-Rabbany wal Faidhur-Rahmany

Terjemahan Kitab

 

Fathur-Rabbany

wal

Faidhur-Rahmany

Karya

Sulthanul Auliya Al Qutb Ar Rabbani Al Ghautsyiah Azham

Tsaqalein Muhyiddin Sayyidi As Syarif Habib

Syeikh ‘Abdul Qadir Al-Jailany RA.

 

Ketika hati diselimuti kegelapan, hanya 'percikan cahaya Ilahi' sajalah yang meneranginya. Ketika mata-hati telah dibutakan oleh nafsu dan hasrat telah menguasai jiwa, tak ada lagi yang bisa ditunggu selain kehancuran. Hati hanya bisa dibersihkan dengan cahaya tauhid. Jiwa akan merdeka bila selalu mengesakan Allah SWT. Jika hati telah menjadi suci dan jiwa terbebaskan, maka keduanya akan terbang menuju ke haribaan Allah SWT dan siap memperoleh kemenangan dari Ilahi (al-Fath ar-Rabbani) dan limpahan cahaya dari Tuhan yang Maha Pengasih (al-Faidh ar-Rahmani)

 

"Jika kau masih takut dan berharap pada manusia, maka dia menjadi tuhanmu. Jika kau masih menghadapkan hatimu pada harta dunia, maka kau adalah budaknya, dan dia menjadi tuhanmu. Tak ada cinta yang paling abadi, kecuali cinta seorang hamba kepada Allah SWT. Seorang pencinta tak akan meninggalkan kekasihnya, baik saat suka maupun saat derita."

 

Petuah-petuah dari pendiri dan pemuka Tharekat Qadiriyah ini, Syeikh ‘Abdul Qadir Jailani RA sangat penting bagi para penempuh jalan ruhani (salik) yang selalu mengharapkan kerindhaan Allah SWT. Petuah-petuah dalam buku ini bisa dijadikan sebagai bimbingan yang sangat berharga dalam menapak jalan sufi, mencapai kebeningan hati, dan meniti tangga pengetahuan tentang Ilahi.

 

 

MUQADDIMAH

 

Bissmillahirrahmaanirrahiim

Wahai Allah SWT, Wahai Dzat yang mengetahui kelemahanku dari pemujian-Nya, daku mohon kepada-Mu kesempurnaan memuji-Mu yang telah dibukakannya dari hakikat Asma dan Sifat-Mu, dan ketampanan Dzat-Mu yang Mahalembut, maka ma’rifat Engkau kenalkan melalui kesempurnaan-Mu yang lembut, dan ketika itu Engkau ilhamkan kepadanya dari sesuatu yang dipujikan kepada-Mu yang tidak diilhamkan oleh lainnya, seperti apa yang akan diilhamkannya di hari penampakkan secara berlipat ganda. Maka kesendiriannya yang menyempurnakan di sana tampak akan memperjelas solawat dan salamnya, yaitu shalawat dan salam yang sama bertemu dengan kesempurnaan-Mu yanng amat suci, melebihi keberadaan jiwa, dan akan memakaikan sesuatu yang disampaikan oleh-Nya; dari kemuliaan shalawat dan salam-Mu meliputi perwujudan ma’nawi (yang tidak bisa diraba), berserta sesuatu yang bergantung dengan keduanya dari kealaman makhluq dan perintah. Sehingga Engkau tidak meninggalkan wahai Tuhanku, seseorang pun dari jajaran para Nabi-Mu, para Malaikat-Mu dan orang-orang shalih hamba-Mu, kecuali telah dikenakan selimut dengan keutamaan dan keagungan itu.

 

 

NASAB SYEIKH MUKHYIDDIN

 

Bernama Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abu Shalih Musa bin Abdullah Al-Jiili bin Yahya Az-Zahid bin Muhammad bin Dawud bin Musa bin Abdullah Al Mahdii bin Hasan Al Mutsanna bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib r.a. (Semoga Allah SWT meridhai mereka seluruhnya).

Daftar Isi:

Majelis Ke 1: Jangan Berpaling Dari Allah SWT

Majlis Ke 2: Faqir

Majlis Ke 3: Jangan Berhayal Kaya

Majelis Ke 4: Taubat

Majelis Ke 5:  Sebab Cinta Alloh Kepada Hamba-Nya

Majelis Ke 6: Nasihat Seorang Mu'min Kepada Saudaranya

Majelis Ke 7:  Sabar

Majelis Ke 8: Jangan Hanya Lahirnya Yang Di Perbaiki

Majelis Ke 9: Ujian Bagi Orang Beriman

Majelis Ke 10: Tidak Ada Beban

Majelis Ke 11: Ma’rifatulloh

Majelis Ke 12: Jangan Mencari Selain Allah SWT

Majelis Ke 13: Mandahulukan Akhirat Atas Dunia

Majelis Ke 14: Jangan Munafiq

Majelis Ke 15: Mencari Bekal Untuk Akhirat

Majelis ke 16: Beramal dengan Al-Qur’an

Majelis ke 17: Jangan Mempermasalahkan Rizki

Majelis ke 18:  Jihad Terhadap Hawa Nafsu Dan Syaetan

Majelis ke 19:  Takut kepada Alloh 

Majelis ke 20: Bicara Tanpa Disertai Perbuatan 

(Majelis ke 21) Janganlah berpaling kepada makhluk

(Majelis ke 22) Usir rasa cinta dunia dari hati

(Majelis ke 23) Menjernihkan hati

(Majelis ke 24) Janganlah menyukutan Allah SWT baik dalam angan-angan

(Majelis ke 25) Zuhud dalam dunia

(Majelis ke 26) Jangan mengadu pada makhluk

(Majelis ke 27) Jangan jadi pendusta

(Majelis ke 28) Cinta kepada Allah SWT

(Majelis ke 29) Jangan menyanjung orang kaya karena kekayaannya

(Majelis ke 30) Mengenal Allah SWT atas nikmat-Nya

Majelis ke 31. Marah yang terpuji dan tercela

Majelis ke 32. Melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan

Majelis ke 33) MEMANDANG WAJAH ALLAH SWT DI HARI QIYAMAH

Majelis ke 34 . MENCEGAH DARI PERKARA MUNKAR

Majelis ke 35. MENENTANG ALLAH SWT

Majelis ke 36. BERAMAL IKHLAS KARENA ALLAH SWT

Majelis ke 37. MENJENGUK ORANG SAKIT

Majelis ke

Majelis ke 38

Majelis ke 39

Majelis ke 40

Majelis ke 41

Majelis ke 43

Majelis ke 44

Majelis ke 45

Majelis ke 46

Majelis ke 47

Majelis ke 48

Majelis ke 49

Majelis ke 50

Majelis ke 51

Majelis ke 52

Majelis ke 53

Majelis ke 54

Majelis ke 55

Majelis ke 56

Majelis ke 57

Majelis ke 58

 

 

 

Terjemah Kitab

Fathur-Rabbany

wal

Faidhur-Rahmany

Karya

 Syeikh Sulthanul Auliya ‘Abdul Qadir Al-Jailany RA.

 

(Majelis ke 1) JANGAN BERPALING DARI ALLAH SWT (Fathur-Rabbany)

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

 

اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ

 

Karya

Sulthanul Auliya Al Qutb Ar Rabbani Al Ghautsyiah Tsaqalein Muhyiddin Sayyidi As Syarif Syeikh ‘Abdul Qadir Al-Jailany RA

 

Majelis ke 1

JANGAN BERPALING DARI ALLAH SWT

 

Pengajian Syeikh Abdul Qadir al-Jilany

(Hari Ahad Pagi tanggal 3 Syawal tahun 545 H)

Di Pesantrennya.

 

Berpaling dari Allah SWT Azza wa Jalla ketika ketentuan TakdirNya turun, berarti pertanda matinya Agama, matinya Tauhid, matinya Tawakkal dan matinya ke-Ikhlasan. Sedangkan qalbu orang-orang mukmin tidak tahu, kenapa dan bagaimana sampai tidak tahu. Bahkan mengatakan, “Ya” (atas tindakan menyimpang itu, pen).

 

Nafsu itu, secara keseluruhan selalu kontra dan antagonis. Siapa yang ingin membaharui jiwanya, hendaknya ia memerangi nafsunya sehingga aman dari kejahatannya. Karena nafsu itu semuanya adalah buruk dalam keburukan. Bilamana anda telah memerangi, dan anda bisa tenang, maka seluruh jiwa anda akan meraih kebaikan dalam kebaikan. Sehingga anda selaras dalam seluruh kepatuhan kepada Allah SWT dan meninggalkan seluruh kemaksiatan. Disinilah dikatakan dalam al-Qur’an:

 

“Wahai jiwa yang tenteram kembalilah kepada Tuhanmu dengan jiwa yang ridlha dan diridlhai oleh Tuhan.”

 

Jiwa meraih keteguhan, dank arena itu telah sirna keburukannya. Jiwa tidak lagi bergantung pada makhluk mana pun. Benarlah jika hal ini dikaitkan dengan Nabiyullah Ibrahim as, dimana beliau telah keluar dari nafsunya dan abadi dengan tanpa hawa nafsu, sementara qalbunya tenteram, disaat itu berbagai ragam makhluk mendatanginya, menawarkan diri mereka masing-masing untuk membantunya. Lalu Ibrahim as, menegaskan, “Aku tidak ingin pertolongan kalian, karena KemahatahuanNya atas kondisiku sungguh telah cukup bagiku untuk permintaanku.” Maka ketika kepasrahan dan tawakkalnya benar, lalu, dikatakan pada api, “Jadilah dirimu dingin dan menyelamatkan pada Ibrahim.” Sebagai pertolongan dari Allah SWT Azza wa-Jalla bagi mereka yang sabar di dunia tanpa terhingga di dunia. Sedangkan kenikmatan di akhirat pun tanpa terhitung pula. Allah SWT berfirman:

 

“Sesungguhnya orang-orang yang sabar akan ditunaikan pahalanya tanpa terhingga.”

 

Segala hal tidak akan pernah tersembunyi di Mata Allah SWT, karena itulah hendaknya kalian bersabar bersama Allah SWT sesaat saja, anda akan melihat hasilnya berupa kelembutan dan kenikmatan bertahun-tahun. Dan keberanian adalah sabar sesaat itu sendiri.

 

Allah SWT bersama orang-orang yang sabar. Dengan pertolongan dan kebaikanNya, maka bersabarlah bersama Allah SWT. Ingatlah selalu padaNya, dan jangan melupakanNya. Jangan sampai sampai anda baru sadar ketika maut sudah tiba, karena sadar pada saat setelah maut adalah tindakan sia-sia. Sadarlah sebelum anda menemuiNya. Sadarlah sebelum anda disadarkan oleh kejutan yang membuat anda menyesal, diwaktu sebuah penyesalan tidak ada artinya lagi. Perbaikilah hatimu, sebab jika hatimu baik seluruh dirimu dan perilakumu akan baik pula. Karena itu Nabi SAW bersabda, “Dalam diri manusia ada segumpal darah, manakala ia baik, akan baik seluruh tubuhnya, dan bila rusak, rusaklah perilaku jasadnya. Ingatlah, (Tidak lain) adalah Qalbu.”

 

 

Memperbaiki (mensalehkan) qalbu itu dengan ketaqwaan dan tawakkal pada Allah SWT, mentauhidkanNya, dan ikhlas dalam beramal. Sebaliknya jika hal itu tidak dilakukan justru akan merusak qalbu. Qalbu ibarat burung yang terbang dalam sangkar, seperti mutiara dalam bejana, dan seperti harta dalam perbendaharaan. Ibarat ini memakai metafor burung bukan dengan sangkar, dengan mutiara, bukan dengan bejana, dengan harta, bukan dengan perbendaharaan.

 

Ya Allah SWT, sibukkanlah tubuhku dalam kepatuhan padaMu, sibukkanlah hatiku dengan ma’rifatMu, dan sibukkanlah sepanjang hayatku dalam malam-malam dan siang. Kumpulkanlah kami dengan orang-orang dahulu yang shaleh, limpahilah kami rizki sebagaimana Engkau limpahi mereka, dan semoga Engkau terhadap kami, seperti Engkau terhadap mereka. Amin.

 

Wahai kaum sufi! Jadilah kalian hanya untuk Allah SWT, sebagaimana kaum shaleh kepadaNya. Sehingga kalian meraih apa yang telah mereka raih. Bila kalian ingin agar Allah SWT semata bagi kalian, maka sibukkanlah dengan ketaatan dan kesabaran bersamaNya, Ridlha atas tindalakanNya, baik bagi diri kalian maupun orang lain. Kaum Sufi senantiasa senantiasa zuhud di dunia, dan mereka meraih bagian mereka dari dunia dengan tangan ketaqwaan dan kewara’an, kemudian meraih akhirat. Mereka beramal dengan amaliyah yang menjaga jiwa mereka dan mereka patuh kepada Tuhannya. Mereka menyadarkan jiwa mereka sendiri baru kemudian menyadarkan jiwa orang lain.

 

Anakku, nasihatilah dirimu baru nasihati orang lain. Anda harus lebih dulu memperhatikan diri anda, dan jangan keburu memperbaiki orang lain, karena masih banyak bongkahan jiwamu yang masih harus diperbaiki. Celaka, jika anda merasa lebih tahu orang lain, sedangkan anda buta, bagaimana anda menuntun orang lain? Orang yang menuntun orang lain pastilah orang yang melihat hatinya. Bahwa sesungguhnya yang bisa membersihkan jiwa mereka adalah orang yang telah menyelami lautan yang jernih dan terpuji. Orang yang bisa menunjukkan jalan menuju Allah SWT adalah orang yang ma’rifat kepada Allah SWT SWT. Sedangkan orang yang bodoh terhadap Allah SWT SWT, bagaimana mereka bisa menunjukkan kepadaNya?.

 

Tak ada kalam bagi anda dalam melaksanakan perintah Allah SWT SWT, anda mencintaiNya dan beramal kepadaNya, bukan untuk yang lainNya. Anda harus takut padaNya bukan selainNya. Dan semua itu adanya dalam hati, bukan dalam retorika ucapan. Semua itu tersembunyi, tidak dalam publikasi.

 

Manakala Tauhid adalah pintu rumah, dan syirik berada di dalam rumah, itulah munafiq yang sesungguhnya. Sungguh sial anda, ucapan anda penuh dengan retorikan ketaqwaan, sednagkan hati anda penuh dengan kecurangan. Ucapan anda berterimakasih kepadaNya, sedangkan hati anda menentangNya. Allah SWT berfirman:

 

“Dan mereka tidak diperintah kecuali untuk beribadah kepada Allah SWT SWT dengan penuh keikhlasan, demi keopatuhan pada agama.”

 

Tinggalkanlah sekutu anda dengan makhluk, dan manunggalkanlah diri anda dengan Allah SWT. Karena Dialah Pencipta segalanya, semuanya. Dan di TanganNya-lah segala ini berada. Wahai para petualang dunia yang memburu selain DiriNya, apakah anda tidak berfikir, adakah sesuatu yang diluar gengaman perbendaharaan Allah SWT? “Dan tak ada sesuatu pun kecuali bagi kami perbendaharaanNya.”

 

Wahai muridku, jika anda ingin selamat dalam genggaman takdir, hendaknya anda bersandar pada kesabaran, mengikat pada keselarasan aturan Ilahi, ibadah sembari menunggu jalan keluar. Jika demikian anda telah meraih kebenaran dari Sang Kuasa Takdir, melaui Fadlal dan anugerahNya, lebih dari kebajikan yang anda buru dan anda harapkan.

 

Wahai kaum Sufi. Selaraskanlah diri kalian dengan ketentuan takdir. Dan terimalah dari Abdul Qadir yang terus berjuang dalam berselaras dengan Qadar. Keselarasanku dengan ketentuan Takdir telah melangkahkan diriku kepada Sang Kuasa.

 

Muridku, kemarilah. Tunduklah kepada Allah SWT, terhadap takdir dan tindakanNya, dan seluruh tubuh kita harus berpijak pada keselarasan takdir, lalu kita meniti jalan dengan kendaraan takdir itu. Karena takdir itu adalah utusan dari Sang Raja, dan kita memuliakannya karena siapa yang mengutusnya. Jika kita berbuat demikian, kita senantiasa bersanding kepada Al-Qadir (Sang Kuasa Takdir).

 

Anda dipersilakan meminum dari lautan ilmunya, memakan dari sajian keutamaannya, bergembira bersama dengan kemesraan Ilahiyahnya dan berselubung dalam kasih sayangnya. Mereka (para wali itu) adalah tokoh-tokoh Ilahi dari berbagai golongan dan kelompok.

 

Wahai para murid, hendaknya engkau bertaqwa, berpijak pada aturan syariah, kontra terhadap kepentingan nafsu, hawa nafsu, syetan dan pecundang-pecundang keburukan. Orang mukmin senantiasa perang melawan semua itu, bahkan tegak kepalanya, tidak menyarungkan senjatanya, tidak melepaskan pedal di atas kuda-kudanya. Mereka tidur karena lelap (bukan menikmati tidur), dan mereka makan dari laparnya ucapan mereka. Bahwa mereka berkata, karena kehendak Ilahi untuk berbuat demikian, dan kata-kata mereka menggerakkan dunia, sebagaimana tubuh-tubuh kita berkata esok di hari kiamat, bicara kepada Allah SWT, seakan-akan mereka berkata seperti benda-benda padat ini semua berkata. Manakala Allah SWT menghendaki mereka, Allah SWT menyiapkan mereka untuk tabligh kepada sesama dengan peringatan dan kabar gembira dengan hujah-hujah yang meyakinkan. Maka demikianlah Allah SWT menggerakkan lisan para Nabi dan Rasul, lalu ketika Allah SWT mewafatkan, maka para pewarisnya dari para Ulama yang mengamalkan ilmunya, mewarisi kata-kata itu demi kebajikan makhluk, sekaligus sebagai pewarisnya.

 

“Para Ulama adalah pewaris para Nabi”.

 

Wahai kaum Sufi, bersyukurlah kamu kepada Allah SWT atas nikmat-nikmatNya, lihatlah betapa nikmat itu melimpah dari Allah SWT. “Apa yang datang padamu dari nikmat itu sungguh dari Allah SWT SWT.”

 

Manakah syukur anda itu, wahai orang-orang yang berselingkuh dari nikmatNya? Wahai orang yang memandang nikmatNya tetapi menganggap datang dari selain DiriNya? Terkadang kalian melihat nikmat itu dari Allah SWT SWT, terkadang bukan dari Allah SWT SWT, dan anda menunggu sesuatu yang bukan dari Allah SWT SWT ? Terkadang pula anda meminta pertolongan lewat nikmat itu, demi kepentingan hawa kemaksiatan anda?

 

Wahai muridku, anda sangat membutuhkn kewara’an dalam khalwat anda, yang bisa mencerabutnya dari kemaksiatan anda dan dosa-dosa anda. Anda membutuhkan muroqobah yang mengingatkan anda akan Pandangan Allah SWT kepada anda. Anda sangat membutuhkan semua itu dalam khalwat-khalwat anda, lalu kebutuhan untuk memerangi hawa nafsu anda dan syetan-syetan. Karena runtuhnya kebesaran manusia oleh kesalahannya. Runtuhnya ahli zuhud dengan syahwat- kesenangannya. Runtuhnya para wali Abdal karena pikiran dan bisikan imajinatif dalam khalwatnya. Runtuhnya para Shiddiqin dalam kejapan-kejapan hati (pada selainNya).

 

Mereka disibukkan memelihara hati mereka, karena mereka tidur di pintu Allah SWT. Mereka tegak berdiri di panggung dakwah, mengajak makhluk untuk ma’rifat kepada Allah SWT. Mereka terus menerus memanggil hati sembari mengumandangkan, “Wahai masyarakat qalbu, wahai para ruh, wahai manusia, wahai Jin, wahai penempuh jalan Ilahi, kemarilah-kemarilah….menuju Pintu Sang Raja. Bergegaslah kepadaNya dengan telapak kaki hatimu, dengan pijakan ketaqwaan dan tauhidmu, dengan ma’rifat dan wara’mu yang luhur, dengan zuhud di dunia dan di akhirat, zuhud dari segala hal selain Allah SWT. Itulah kesibukan sufi, cita-citanya adalah menata kebajiakn makhluk, hasratnya membubung langit dan bumi, dari Arasy sampai bintang Tata surya.

 

Wahai muridku, tinggalkan nafsumu dan hawanya. Jadilah kalian ini sebagai tanah yang diinjak oleh para Sufi, menjadi debu-debu yang menempel di tangan mereka. Allah SWT berfirman, “Allah SWT mengeluarkan kehidupan dari kematian, dan mengeluarkan kematian dari kehidupan.” Allah SWT mengeluarkan Ibrahim as, dari kedua orangtuanya yang mati dalam kekafiran. Orang mukmin itu hidup, dan orang kafir itu mati. Orang bertauhid itu hidup. Orang musyrik itu mati. Karena itu Allah SWT berfirman dalam hadits Qudsi, “Yang pertama kali mati dari mahlukku adalah Iblis”. Karena Iblis yang pertama maksiat kepadaKu, lalu ia mati dengan maksiat itu.

 

Inilah akhir zaman. Pasar kemunafikan telah muncul, mall kedustaan telah bertebaran, karena itu janganlah anda bersanding duduk dengan para munafiqin, pendusta, dan Dajjalin. Sungguh celaka anda jika jiwa anda diselubungi kemunafikan, kedustaan, kekafiran, kelacutan dan kemusyrikan. Bagaimana anda bisa bersanding dengan itu semua?

 

Karena itu jauhilah dan jangan berselaras dengan kendali apalagi bergabung. Penjarakan semua kebusukan itu, sesuai dengan wataknya. Tekanlah semua itu dengan perjuangan jiwa. Sedangkan hawa nafsu, hendaklah kalian setir, jangan sampai engkau lepas. Sedikit engkau lepas engkau akan dikendalikannya.

 

Anda juga jangan memanjakan seleramu, karena selera alami itu seperti anak kecil yang belum memiliki kepandaian. Bagaimana anda belajar pada anak kecil yang kurang ilmu dan anda menerimanya?

 

Sementara syetan adalah musuhmu dan musuh bapakmu Nabi Adam as. Bagaimana anda bisa tenteram dengan syetan, anda menerimanya, sedangkan antara diri anda dengan syetan ada dendam mendarah daging, dan permusuhan primordial. Karena itu anda tidak bisa main dengan syetan, sebab syetan telah membunuh ayah bundamu. Jika anda tenteram bersama syetan anda akan dibunuh, sebagaimana syetan membunuh keduanya. Karena itu jadikan Taqwa sebagai pedangmu, Tauhidullah Azza wa Jalla, Muraqabah, Khalwat, Shidq, mohon pertolongan Allah SWT, semua sebagai bala tentaramu. Itulah senjata, dan itulah pasukan dimana kamu harus mengusirnya, menyerangnya, memporakporandakan pasukan syetan itu. Bagaimana anda tidak mengusirnya, sedangkan Allah SWT bersama anda?

 

 

Jadikan kehidupan dunia dan akhirat dalam satu wadah, lalu bersimpuhlah kepada Tuhanmu dengan ketelanjangan hatimu, tanpa dunia dan tanpa akhirat. Janganlah anda terima di ruang hatimu apa pun selain Allah SWT, jangan pula kamu mengikat hatimu dengan kemakhlukan. Putuskan semua sebab akibat, dan lepaskan semuanya. Jika anda sudah bisa mandiri di sana, maka dunia ini anda jadikan untuk nafsumu, akhirat untuk hatimu, Allah SWT untuk Sirrmu (hakikat rahasia dirimu).

 

Wahai sahabat. Jangan sampai anda bersama nafsu anda, bersama kesenangan nafsunya, jangan bersama dunia, juga jangan bersama akhirat. Jangan. Janganlah bersama semua, melainkan hanya bersama Allah SWT Azza wa Jalla. Anda jika demikian, benar-benar sampai pada Kemahabendaharaan Ilahi yang abadi, dan pada saat yang sama, hidayah datang dari Allah SWT, dimana tak ada lagi kegelapan setelah itu semua.

 

Taubatlah anda dari dosa anda, bergegaslah menuju Tuhan anda. Jika kamu taubat, taubatlah dengan lahir dan batin anda. Karena taubat itu adalah jantung kedaulatan.

 

Lepaskan baju-baju maksiatmu dengan taubat yang murni dan rasa malu kepada Allah SWT secara hakiki. Bukan dengan kesemuan dan kepura-puraan.

 

Itulah amaliyah qalbu setelah penyucian badan dengan amaliyah syariat. Lahiriyah punya amaliyah, batiniyah juga punya amaliyah. Qalbu, manakala telah keluar dari dari aturan sebab akibat (duniawi) dan lepas dari ikatan dengan makhluk, maka Qalbu akan mengarungi lautan tawakkal, lautan ma’rifat kepada Allah SWT, dam lautan IlmuNya bersamaNya. Qalbu akan meningggalkan sebab akibat duniawi, dan menuju Sang Pencipta sebab akibat. “Dialah yang menciptakan diriku dan memberi hidayah padaku.”

 

Allah SWT menunjukkan dari satu benua ke benua lain. Dari satu tempat ke tempat lain, sampai berhenti di benua kemandirian yang istiqomah.

 

Manakala disebut Tuhannya, langsung memancarlah ekspressinya, dan terbukalah tirai-tirai, karena qalbu penempuh hanya menuju kepada Allah SWT, menembus jarak dan meninggalkan semuanya di belakangnya.

 

Apabila dalam perjalannan ada ketakutan dan kekawatiran akan kehancuran, tiba-tiba muncul imannya, lalu membuatnya jadi berani, lalu reduplah api ketakutan dan kekawatiran. Lalu bergantu dengan cahaya kegembiraan, kebahagiaan dan kesenangan melalui taqarrubnya.

Wahai muridku. Jikalau telah tiba penyakit, maka hadirlah dengan kesabaran, tenanglah, sampai obatnya tiba. Jika obatnya ada di tangan anda, terimalah dengan tangan kesyukuran. Jika anda bisa demikian, anda hidup dalam kehidupan masa depan. Ketakutan itu datangnya dari api yang memotong nurani kaum beriman, membuat raut muka menguning, membuat hati jadi gelisah. Jika terjadi demikian dari kaum beriman, Allah SWT SWT menumpahkan air Kasih sayangNya dan kelembutanNya, lalu Allah SWT membukakan pintu akhirat, sampai mereka melihat tempat tenteramnya.

 

Manakala mereka tenteram dan tenang, serta riang jiwanya sejenak, Allah SWT membukakan pintu keagunganNya. Kemudian Allah SWT menghadapkan hati dan sirr mereka pada Kebesaran itu, yang membuat mereka sangat ketakutan dibanding yang pertama, tiba-tiba Allah SWT SWT membukakan pintu KemahaindahanNya, lantas mereka tenang, tenteram dan bangkit mendaki derajat-derajat keluhuran, satu demi satu.

 

Wahai sahabatku. Jangan sampai cita rasamu hanyalah memenuhi hasrat makan dan minum, pakaian dan perkawinan, kesenangan dan apa yang anda kumpulkan. Sebab semua itu hanayalah citarasa nafsu dan watak. Lalu manakah citarasa qalbu dan sirrmu? Citarasanya adalah menuju Allah SWT Tala.

 

Citarasamu adalah citarasa yang lebih penting dari sekadarnya, yaitu Allah SWT SWT, Tuhanmu dan apa yang ada di sisiNya. Dunia ini hanya sebagai pengganti belaka, yang sesungguhnya adalah kahirat. Makhluk semua adalah kesemuan, yang hakiki adalah Khaliq. Ketika anda meninggalkan kepentingan dunia, maka anda akan meraih gantinya, kenikmatan akhirat. Ukurlah usia anda di dunia ini, untuk sebuah persiapan besar menyongsong akhirat, karena anda akan menerima datangnya Malaikat maut.

 

Dunia adalah tempat dapur para Sufi. Akhirat adalah pestanya. Jika datang kecemburuan Allah SWT SWT, maka segeralah beralih, menuju maqam akhirat, lalu tidak lagi butuh dunia dan tidak lagi butuh akhirat.

 

Wahai para pendusta! Anda mencintai Allah SWT SWT ketika mendapatkan nikmat, tetapi ketika mendapatkan bencana, anda telah lari dari Allah SWT, seakan-akan anda putus cinta dengan Allah SWT. Seorang hamba diukur dengan ujian, manakala anda tetap teguh bersama Allah SWT dalam musibah bencana, berarti anda memang mencintai Allah SWT. Jika anda berubah, sungguh anda ini dusta.

 

 

Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh aku mencintaimu.” Rasulullah SAW, menjawab, “Siapkan dirimu dengan kefakiran sebagai pakaianmu.”

 

Laki-laki lain datang kepada Nabi SAW, “Aku mencintai Allah SWT Azza wa-Jalla.” Nabi SAW, menjawab, “Ambillah bencana sebagai pakaian.”

 

Mencintai Allah SWT SWT dan mencintai Rasulullah SAW, senantiasa disertai dengan kefakiran kepada Allah SWT dan ujian. Karena itu sebagian orang saleh berkata, “Setiap bencana disertai pertanda agar tidak mudah klaim pengakuan. Sebab jika tidak demikian, semua orang bisa mengklaim mencintai Allah SWT. Lalu bencana dan kefakiran sebagai pengokoh atas cinta ini.”

 

Tuhan, berikanlah kami kebajikan di dunia, dan kebajikan di akhirat. Lindungilah kami dari azab neraka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  (Majelis ke 2) FAQIR (Fathur-Rabbany) بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ   اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورس...