Hipoparatiroid adalah defisiensi
kelenjar paratiroid dengan tetani sebagai gejala utama
b. Hipoparatiroid adalah hipofungsi
kelenjar paratiroid sehingga tidak dapat mensekresi hormon paratiroid dalam
jumlah yang cukup. (Guyton).
c. Hipoparatiroidisme adalah kondisi
dimana tubuh tidak membuat cukup hormon paratiroid atau parathyroid hormone
(PTH).
Dari pengertian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa hipoparatiroid hipofungsi dari kelenjar paratiroid sehingga
hormon paratiroid tidak dapat disekresi dalam jumlah yang cukup, dengan gejala
utamanya yaitu tetani.
Hipoparatiroid terjadi akibat
hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar paratiroid sehingga
menyebabkan gangguan metabolisme kalsium dan fosfor; serum kalsium menurun
(bisa sampai 5 mg %), serum fosfor meninggi (9,5-12,5 mg%). Keadaan ini jarang
sekali ditemukan dan umumnya sering disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan
kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang lebih
jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid (secara congenital).
2.4 Etiologi
Penyebab spesifik dari penyakit
hipoparatiroid belum dapat diketahui secara pasti. Adapun etiologi yang dapat
ditemukan pada penyakit hipoparatiroid, antara lain :
1)
Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama:
- Post operasi pengangkatan kelenjar paratiroid dan total tiroidektomi
- Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat congenital atau didapat (acquired)
2)
Hipomagnesemia
3)
Sekresi hormone paratiroid yang tidak aktif
4) Resistensi
terhadap hormone paratiroid (pseudohipoparatiroidisme)
Penyebab yang paling umum dari
hipoparatiroidisme adalah luka pada kelenjar-kelenjar paratiroid, seperti
selama operasi kepala dan leher.
Pada kasus-kasus lain,
hipoparatiroidisme hadir waktu kelahiran atau mungkin berhubungan dengan
penyakit autoimun yang mempengaruhi kelenjar-kelenjar paratiroid bersama dengan
kelenjar-kelenjar lain dalam tubuh, seperti kelenjar-kelenjar tiroid, ovari,
atau adrenal.
Hipoparatiroidisme adalah sangat
jarang. Ini berbeda dari hiperparatiroidisme, kondisi yang jauh lebih umum
dimana tubuh membuat terlalu banyak PTH.
2.5 Patofisiologis
Pada hipoparatiroidisme terdapat
gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat, yakni kalsium serum menurun (bisa
sampai 5 mgr%) dan fosfat serum meninggi (bisa sampai 9,5 – 12,5 mgr%).
Pada yang post operasi disebabkan
tidak adekuat produksi hormon paratiroid karena pengangkatan kelenjar
paratiroid pada saat operasi. Operasi yang pertama adalah untuk mengatasi
keadaan hiperparatiroid dengan mengangkat kelenjar paratiroid. Tujuannya adalah
untuk mengatasi sekresi hormon paratiroid yang berlebihan, tetapi biasanya
terlalu banyak jaringan yang diangkat. Operasi kedua berhubungan dengan operasi
total tiroidektomi. Hal ini disebabkan karena letak anatomi kelenjar tiroid dan
paratiroid yang dekat (diperdarahi oleh pembuluh darah yang sama) sehingga
kelenjar paratiroid dapat terkena sayatan atau terangkat. Hal ini sangat jarang
dan biasanya kurang dari 1 % pada operasi tiroid. Pada banyak pasien tidak
adekuatnya produksi sekresi hormon paratiroid bersifat sementara sesudah
operasi kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid, jadi diagnosis tidak dapat
dibuat segera sesudah operasi.
Pada pseudohipoparatiroidisme timbul
gejala dan tanda hipoparatiroidisme tetapi kadar PTH dalam darah normal atau
meningkat. Karena jaringan tidak berespons terhadap hormon, maka penyakit ini
adalah penyakit reseptor. Terdapat dua bentuk: (1) pada bentuk yang lebih
sering, terjadi pengurangan congenital aktivitas Gs sebesar 50 %, dan PTH tidak
dapat meningkatkan secara normal konsentrasi AMP siklik, (2) pada bentuk yang
lebih jarang, respons AMP siklik normal tetapi efek fosfaturik hormon
terganggu.
2.6 Manifestasi Klinis
Gejala-gejala utama adalah
reaksi-reaksi neuromuscular yang berlebihan yang disebabkan oleh kalsium serum
yang sangat rendah. Keluhan-keluhan dari penderita (70 %) adalah tetani atau
tetanic aequivalent. Tetani menjadi manifestasi sebagai spasmus corpopedal
dimana tangan berada dalam keadaan fleksi sedangkan ibu jari dalam adduksi dan
jari-jari lain dalam keadaan ekstensi. Juga sering didapatkan articulatio
cubitti dalam keadaan fleksi dan tungkai bawah dan kaki dalam keadaan ekstensi.
Dalam tetanic aequivalent:
1)
Konvulsi-konvulsi yang tonis atau klonis
2)
Stridor laryngeal (spasme ) yang bisa menyebabkan kematian
3)
Parestesia
4)
Hipestesia
5)
Disfagia dan disartria
6)
Kelumpuhan otot-otot
7)
Aritmia jantung
8)
Gangguan pernapasan
9)
Epilepsi
10) Gangguan emosi
seperti mudah tersinggung, emosi tidak stabil
11) Gangguan
ingatan dan perasaan kacau
12) Perubahan
kulit rambut, kuku gigi, dan lensa mata
13) Kulit kering
dan bersisik
14) Rambut alis
dan bulu mata yang bercak-bercak atau hilang
15) Kuku tipis dan
rapuh
16) Erupsi gigi
terlambat dan tampak hipoplastik
Pada pemeriksaan kita bisa menemukan
beberapa refleks patologis:
- Erb’s sign: Dengan stimulasi listrik kurang dari 5 milli-ampere sudah ada kontraksi dari otot (normal pada 6 milli-ampere)
- Chvostek’s sign: Ketokan ringan pada nervus fasialis (didepan telinga tempat keluarnya dari foramen sylomastoideus) menyebabkan kontraksi dari otot-otot muka.
- Trousseau’s sign: Jika sirkulasi darah dilengan ditutup dengan manset (lebih dari tekanan sistolik) maka dalam tiga menit tangan mengambil posisi sebagai pada spasme carpopedal.
- Peroneal sign: Dengan mengetok bagian lateral fibula di bawah kepalanya akan terjadi dorsofleksi dan adduksi dari kaki
Pada ± 40 % dari penderita-penderita
kita mencurigai adanya hipoparatiroidisme karena ada kejang-kejang epileptik.
Sering pula terdapat keadaan psikis yang berubah, diantaranya psikosis.
Kadang-kadang terdapat pula perubahan-perubahan trofik pada ektoderm:
- Rambut : tumbuhnya bisa jarang dan lekas putih.
- Kulit : kering dan permukaan kasar, mungkin terdapat pula vesikula dan bulla.
- Kuku : tipis dan kadang-kadang ada deformitas.
Pada anak-anak badan tumbuh kurang
sempurna, tumbuhnya gigi-gigi tidak baik dan keadaan mental bisa tidak sempurna.
Juga agak sering terdapat katarak pada hipoparatiroidisme.
2.7 Klasifikasi
Hipoparatiroid dapat berupa
hipoparatiroid neonatal, simpel idiopatik hipoparatiroid, dan hipoparatiroid
pascabedah.
2.7.1
Hipoparatiroid neonatal
Hipoparatiroid neonatal dapat
terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sedang menderita
hiperparatiroid. Aktivitas paratiroid fetus sewaktu dalam uterus ditekan oleh
maternal hiperkalsemia.
2.7.2 Simpel
idiopatik hipoparatiroid
Gangguan ini dapat ditemukan pada
anak-anak atau orang dewasa. Terjadinya sebagai akibat pengaruh autoimun yang
ada hubungannya dengan antibodi terhadap paratiroid, ovarium, jaringan lambung
dan adrenal. Timbulnya gangguan ini dapat disebabkan karena menderita
hipoadrenalisme, hipotiroidisme, diabetes mellitus, anemia pernisiosa,
kegagalan ovarium primer, hepatitis, alopesia dan kandidiasis.
2.7.3
Hipoparatiroid pascabedah
Kelainan ini terjadi sebagai akibat
operasi kelenjar tiroid, atau paratiroid atau sesudah operasi radikal karsinoma
faring atau esofagus. Kerusakan yang terjadi sewaktu operasi tiroid, biasanya
sebagai akibat putusnya aliran darah untuk kelenjar paratiroidisme karena
pengikatan arteri tiroid inferior. Hipoparatiroid yang terjadi bersifat
sementara atau permanen. Karena itu kadar kalsium serum harus diperiksa sesudah
melakukan operasi-operasi tersebut, tiga bulan kemudian dan sewaktu-waktu bila
ada kelainan klinis walaupun tak khas yang menjurus pada diagnosis
hipoparatiroid.
2.8
Pemeriksaan Diagnostik
- Elektrokardiografi : ditemukan interval QT yang lebih panjang.
- Foto Rontgen : sering terlihat klasifikasi bilateral pada ganglion basalis di tengkorak, kadang-kadang juga serebellum dan pleksus koroid, densitas tulang normal/bertambah.
- Laboratorium : Kadar kalsium serum rendah, kadar fosfor anorganik tinggi, fosfatase alkali normal atau rendah.
2.9
Penatalaksanaan Medis
- Hipoparatiroid akut
Serangan tetani akut paling baik
pengobatannya adalah dengan pemberian intravena 10-20 ml larutan kalsium glukonat
10% (atau chloretem calcium) atau dalam infus. Di samping kalsium intravena,
disuntikkan pula parathormon (100-200 U) dan vitamin D 100.000 U per oral.
- Hipoparatiroid menahun
Tujuan pengobatan yang dilakukan
untuk hipoparatiroid menahun ialah untuk meninggikan kadar kalsium dan
menurunkan fosfat dengan cara diet dan medikamentosa. Diet harus banyak
mengandung kalsium dan sedikit fosfor. Medikamentosa terdiri atas pemberian
alumunium hidroksida dengan maksud untuk menghambat absorbsi fosfor di usus.
Di samping itu diberikan pula
ergokalsiferol (vitamin D2), dan yang lebih baik bila ditambahkan
dihidrotakisterol. Selama pengobatan hipoparatiroid, harus waspada terhadap
kemungkinan terjadi hiperkalsemia. Bila ini terjadi, maka kortisol diperlukan
untuk menurunkan kadar kalsium serum.
2.10 Komplikasi
- Hipokalsemia
Keadaan klinis yang disebabkan oleh
kadar kalsium serum kurang dari 9 mg/100ml. Kedaan ini mungkin disebabkan oleh
terangkatnya kelenjar paratiroid waktu pembedahan atau sebagai akibat destruksi
autoimun dari kelenjar-kelenjar tersebut.
- Insufisiensi ginjal kronik
Pada keadaan ini kalsium serum
rendah, fosfor serum sangat tinggi, karena retensi dari fosfor dan ureum
kreatinin darah meninggi. Hal ini disebabkan tidak adanya kerja hormon
paratiroid yang diakibatkan oleh keadaan seperti diatas (etiologi).
3.3 Diagnosa Keperawatan
- Resiko cedera berhubungan dengan resiko kejang atau tetani yang diakibatkan oleh hipokalsemia.
- Potensial tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan spasme laring akibat aktivitas kejang.
- Intoleran aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiak output.
- Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen teraupetik berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang regimen diet dan medikasi.
3.4 Intervensi
- Resiko cedera berhubungan dengan resiko kejang atau tetani yang diakibatkan oleh hipokalsemia.
Tujuan:
Klien tidak mengalami cedera dengan
kriteria: reflek normal, tanda vital stabil, makan diet dan obat seperti yang
dianjurkan, kadar kalsium serum normal.
Intervensi:
Intervensi
|
Rasional
|
a. Pantau tanda-tanda vital dan
reflek tiap 2 jam sampai 4 jam.
b. Pantau fungsi jantung secara
terus menerus/gambaran EKG.
c. Bila pasien dalam tirah baring
berikan bantalan paga tempat tidur dan pertahakan tempat tidur dalam posisi rendah.
d. Bila aktivitas kejang terjadi
ketika pasien bangun dari tempat tidur, bantu pasien untuk berjalan,
singkirkan benda-benda yang membahayakan, bantu pasien dalam menangani kejang
dan reorientasikan bila perlu.
e. Kolaborasi dengan dokter dalam
menangani gejala dini dengan memberikan dan memantau efektifitas cairan
parenteral dan kalsium.
f. Pemberian kalsium dengan
hati-hati.
g. Berikan suplemen vitamin D dan
kalsium sesuai program.
h. Kaji ulang pemeriksaan kadar
kalsium.
|
a. untuk mengetahui kelainan
sedini mungkin.
b. Untuk mengetahui abnormalitas
dari gambaran EKG.
c. Untuk mencegah terjadinya
injuri/jatuh.
d. Untuk menghindari cedera yang
terjadi akibat benda yang terdapat di lingkungan sekitar klien dan mencegah
kerusakan lebih berat akibat kejang.
e. Antisifasi terhadap
hipokalsemia dengan cara penanganan medis.
f. Pemberian kalsium yang terlalu
cepat akan mengakibatkan tromboflebitis hipotensi.
g. Untuk membantu memenuhi
kekurangan kalsium dalam tubuh.
h. Untuk mengontrol kadar kalsium
serum.
|
- Potensial tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan spasme laring akibat aktivitas kejang.
Tujuan:
Jalan nafas efektif dengan kriteria:
a) Frekwensi, irama, dan kedalaman
pernafasan normal.
b) Auskultasi paru menunjukan bunyi
yang bersih.
Intervensi:
Intervensi
|
Rasional
|
a. Siapkan peralatan penghisap dan
jalan nafas oral di dekat tempat tidur sepanjang waktu.
b. Siapkan tali tracheostomi,
oksigen, dan peralatan resusitasi manual siap pakai sepanjang waktu.
Edema laring:
c. Kaji upaya pernafasan dan
kualitas suara setiap 2 jam.
d. Auskultasi untuk mendengarkan
stridor laring setiap 4 jam.
e. Laporkan gejala dini pada
dokter dan kolaborasi untuk mempertahankan jalan nafas tetap terbuka.
f. Intruksikan pasien agar
menginformasikan pada perawat atau dokter saat pertama terjadi tanda kekakuan
pada tenggorok atau sesak nafas.
g. Baringkan pasien untuk
mengoptimalkan bersihan jalan nafas, pertahankan kepala dalam posisi kepala
dalam posisi alamiah, garis tengah.
Kejang:
h. Bila terjadi kejang:
pertahankan jalan nafas, penghisapan orofaring sesuai indikasi, berikan O2
sesuai pesanan, pantau tensi, nadi, pernafasan dan tanda-tanda
neurologis, periksa setelah terjadi kejang, catat frekwensi, waktu, tingkat
kesadaran, bagian tubuh yang terlibat dan lamanya aktivitas kejang.
i. Siapkan untuk berkolaborasi
dengan dokter dalam mengatasi status efileptikus misalnya: intubasi,
pengobatan.
j. Lanjutkan perawatan untuk
kejang.
|
a. Supaya memudahkan karena
serangan bisa secara tiba-tiba.
b. Untuk memudahkan dalam tindakan
apabila terjadi sumbatan jalan nafas.
c. Untuk mengetahui suara dan
keadaan jalan nafas.
d. Adanya stridor suatu tanda
adanya oedema laring.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk
mempertahankan jalan nafas tetap terbuka karena perawat terbatas akan hak dan
wewenang.
f. Agar perawat bisa siap-siap
untuk melakukan suatu tindakan.
g. Untuk mencegah penekanan jalan
nafas/mempertahankan jalan nafas untuk tetap terbuka.
h. Bila terjadi kejang otomatis O2
ke otak menurun sehingga bisa berakibat fatal ke seluruh jaringan tubuh
termasuk pernafasan.
i. Kolaborasi dengan dokter dalam
hal tindakan wewenang dokter (pengobatan dan tindakan).
j. Untuk mencegah terjadinya
serangan berulang.
|
- Intoleran aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiak output.
Tujuan:
Kien dapat memenuhi kebutuhan
aktivitas dengan kriteria:
a) Tingkat aktivitas meningkat tanpa
dispnoe, tachicardi atau peningkatan tekanan darah.
b) Melakukan aktivitas tanpa
bersusah payah.
Intervensi:
Intervensi
|
Rasional
|
a. Kaji pola aktivitas yang lalu.
b. Kaji terhadap perubahan dalam
gejala muskuloskeletal setiap 8 jam.
c. Kaji respon terhadap aktivitas:
Catat perubahan tensi, nadi, pernafasan, hentikan aktivitas bila terjadi
perubahan, tingkatkan keikutsertaan dalam kegiatan kecil sesuai dengan peningkatan
toleransi, ajarkan pasien untuk memantau respon terhadap aktivitas dan untuk
mengurangi, menghentikan atau meminta bantuan ketika terjadi perubahan.
d. Rencanakan perawatan bersama
pasien untuk menentukan aktivitas yang ingin pasien selesaikan: Jadwalkan
bantuan dengan orang lain.
e. Seimbangkan antara waktu
aktivitas dengan waktu istirahat.
f. Simpan benda-benda dan barang
lainnya dalam jangkauan yang mudah bagi pasien.
|
a. Untuk membandingkan aktivitas
sebelum sakit dan yang akan diharapkan setelah perawatan.
b. Untuk memantau keberhasilan
perawatan.
c. Untuk melihat suatu
perkembangan perawatan terhadap aktivitas secara bertahap.
d. Dengan merencanakan perawatan,
perawat dengan klien dapat mempermudah suatu keberhasilan karena datangnya
kemauan dari klien.
e. Untuk mengatasi kelelahan
akibat latihan.
f. Untuk menghemat penggunaan
energi klien.
|
- Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen teraupetik berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang regimen diet dan medikasi.
Tujuan:
Klien mengerti tentang diet dan
medikasinya, dengan kriteria:
Klien dan orang terdekat
mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit dan prinsip perawatan tindak
lanjut dan perawatan di rumah serta pengobatan dan diet yang diperlukan.
Intervensi:
Intervensi
|
Rasional
|
a. Jelaskan tentang konsep dasar
tentang proses penyakit.
b. Diskusikan alasan tentang
terjadinya perubahan fisik dan emosional.
c. Ajarkan pasien untuk
memeriksakan dan melaporkan gejala dini tetani, kesemutan, tremor, tanda
chvostek’s atau trusseaus positif perubahan dalam upaya pernafasan.
d. Ajarkan orang terdekat untuk
mengenali aktivitas kejang pasien dan menentukan cara yang harus dilakukan
menghindari restrain atau menghentikan prilaku, observasi dan mencatat
prilaku yang diperlihatkan sebelum dan selama kejang.
e. Tekankan aktivitas sehari-hari
dan latihan sesuai toeransi dan untuk melaporkan peningkatan keletihan atau
kelemahan otot.
f. Diskusikan tentang pentingnya
mempertahankan lingkungan yang aman.
g. Ajarkan nama obat-obatan, dosis,
waktu dan metode pemberian, tujuan, efek smping dan toxik.
h. Ajarkan klien tentang diet
tinggi kalsium rendah fosfat, seperti mengurangi susu dan keju karena banyak
mengandung fosfor.
|
a. Penyuluhan tentang penyakitnya
sangat penting karena klien membutuhkan medikasi dan modifikasi diet
sepanjang hidupnya.
b. Agar klien mengerti akan
keadaan dirinya sehingga klien tahu tentang penanggulangannya.
c. Agar klien bisa mengontrolkan
dirinya secara berkala sehingga penyakitnya bisa tertanggulangi dan tidak mengakibatkan
lebih parah.
d. Orang terdekat adalah orang
yang selalu berada dan tahu persis tentang pasien sehingga bila terjadi
sesuatu terhadap diri klien dia bisa melakukan sesuatu dan apa yang tidak
boleh dilakukan sehingga bisa memperingan penyakitnya.
e. Untuk melatih mobilisasi
sehingga klien bisa melakukan ADLnya.
f. Untuk mencegah cedra akibat
dari lingkungan.
g. Obat-obat tersebut penting
untuk mempertahankan hidupnya.
h. Asupan diet yang seimbang akan
meningkatkan kadar kalsium darah.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar