Selasa, 11 September 2012

Fraktur





DEFINISI :
Hilangnya kesinambungan substansi tulang dengan atau tanpa pergeseran fragmen-fragmen fraktur.
Terputusnya hubungan/kontinuitas jaringan tulang.

SEBAB :
a.       Trauma :          
       _Langsung (kecelakaan lalulintas)
Tidak langsung (jatuh dari ketinggian dengan posisi berdiri/duduk sehingga terjadi fraktur tulang belakang )
b.       Patologis        : Metastase dari tulang
c.        Degenerasi
d.       Spontan         : Terjadi tarikan otot yang sangat kuat.

JENIS FRAKTUR
a.        Menurut jumlah garis fraktur :
         Simple fraktur (terdapat satu garis fraktur)
         Multiple fraktur (terdapat lebih dari satu garis fraktur)
         Comminutive fraktur (banyak garis fraktur/fragmen kecil yang lepas)

b.       Menurut luas garis fraktur :
         Fraktur inkomplit (tulang tidak terpotong secara langsung)
         Fraktur komplit (tulang terpotong secara total)
         Hair line fraktur (garis fraktur hampir tidak tampak sehingga tidak ada perubahan bentuk tulang)

c.        Menurut bentuk fragmen :
         Fraktur transversal (bentuk fragmen melintang)
         Fraktur obligue (bentuk fragmen miring)
         Fraktur spiral (bentuk fragmen melingkar)

d.       Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar :
         Fraktur terbuka (fragmen tulang menembus kulit), terbagi 3 :
I.           Pecahan tulang menembus kulit, kerusakan jaringan sedikit, kontaminasi ringan, luka <1 cm.
II.        Kerusakan jaringan sedang, resiko infeksi lebih besar, luka >1 cm.
III.     Luka besar sampai ± 8 cm, kehancuran otot, kerusakan neurovaskuler, kontaminasi besar.
         Fraktur tertutup (fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar).



TANDA KLASIK FRAKTUR
1.         Nyeri
2.         Deformitas
3.         Krepitasi
4.         Bengkak
5.         Peningkatan temperatur lokal
6.         Pergerakan abnormal
7.         Ecchymosis
8.         Kehilangan fungsi
9.         Kemungkinan lain.

PATOFISIOLOGI


Fraktur
Periosteum, pembuluh darah di kortek
dan jaringan sekitarnya rusak
         Perdarahan
         Kerusakan jaringan di ujung tulang
Terbentuk hematom di canal medula
Jaringan mengalami nekrosis
Nekrosis merangsang terjadinya peradangan, ditandai :
1.      Vasodilatasi
2.      Pengeluaran plasma
3.      Infiltrasi sel darah putih


TAHAP PENYEMBUHAN TULANG
1.      Haematom :
  Dalam 24 jam mulai pembekuan darah dan haematom
  Setelah 24 jam suplay darah ke ujung fraktur meningkat
  Haematom ini mengelilingi fraktur dan tidak diabsorbsi selama penyembuhan tapi berubah dan berkembang menjadi granulasi.

2.      Proliferasi sel :
  Sel-sel dari lapisan dalam periosteum berproliferasi pada sekitar fraktur
  Sel ini menjadi prekusor dari osteoblast, osteogenesis berlangsung terus, lapisan fibrosa    periosteum melebihi tulang.
  Beberapa hari di periosteum meningkat dengan fase granulasi membentuk collar di ujung fraktur.

3.      Pembentukan callus :
  Dalam 6-10 hari setelah fraktur, jaringan granulasi berubah dan terbentuk callus.
  Terbentuk kartilago dan matrik tulang berasal dari pembentukan callus.
  Callus menganyam massa tulang dan kartilago sehingga diameter tulang melebihi normal.
  Hal ini melindungi fragmen tulang tapi tidak memberikan kekuatan, sementara itu terus meluas melebihi garis fraktur.

4.      Ossification
  Callus yang menetap menjadi tulang kaku karena adanya penumpukan garam kalsium dan bersatu di ujung tulang.
  Proses ossifikasi dimulai dari callus bagian luar, kemudian bagian dalam dan berakhir pada bagian tengah
  Proses ini terjadi selama 3-10 minggu.

5.      Consolidasi dan Remodelling
  Terbentuk tulang yang berasal dari callus dibentuk dari aktivitas osteoblast dan osteoklast.

KOMPLIKASI
1.      Umum :
  Shock
  Kerusakan organ
  Kerusakan saraf
  Emboli lemak

2.      D i n i :
  Cedera arteri
  Cedera kulit dan jaringan
  Cedera partement syndrom.

3.      Lanjut :
  Stffnes (kaku sendi)
  Degenerasi sendi

  Penyembuhan tulang terganggu :
o   Mal union
o   Non union
o   Delayed union
o   Cross union

TATA LAKSANA
1.      Reduksi untuk memperbaiki kesegarisan tulang (menarik).

2.      Immobilisasi untuk mempertahankan posisi reduksi, memfasilitasi union :
  Eksternal            → gips, traksi
  Internal               → nail dan plate

3.      Rehabilitasi, mengembalikan ke fungsi semula.

ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Riwayat perjalanan penyakit.
2.      Riwayat pengobatan sebelumnya.
3.      Pertolongan pertama yang dilakukan

4.      Pemeriksaan fisik :
  Identifikasi fraktur
  Inspeksi
  Palpasi (bengkak, krepitasi, nadi, dingin)
  Observasi spasme otot.

5.      Pemeriksaan diagnostik :
  Laboratorium (HCt, Hb, Leukosit, LED)
  RÖ
  CT-Scan

6.      Obat-obatan : golongan antibiotika gram (+) dan gram (-)
  Penyakit yang dapat memperberat dan mempermudah terjadinya fraktur :
a.        Osteomyelitis acut
b.        Osteomyelitis kronik
c.        Osteomalacia
d.       Osteoporosis
e.        Gout
f.         Rhematoid arthritis
PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
DATA SUBYEKTIF
  Data biografi
  Adanya nyeri, kekakuan, kram, sakit pinggang, kemerahan, pembengkakan, deformitas, ROM, gangguan sensasi.

  Cara PQRST :
o   Provikatif (penyebab)
o   Quality (bagaimana rasanya, kelihatannya)
o   Region/radiation (dimana dan apakah menyebar)
o   Severity (apakah mengganggu aktivitas sehari-hari)
o   Timing (kapan mulainya)

  Pengkajian pada sistem lain
o   Riwayat sistem muskuloskeletal, tanyakan juga tentang riwayat kesehatan masa lalu.
o   Riwayat dirawat di RS
o   Riwayat keluarga, diet.
o   Aktivitas sehari-hari, jenis pekerjaan, jenis alas kaki yang digunakan
o   Permasalahan dapat saja baru diketahui setelah klien ganti baju, membuka kran dll.

DATA OBYEKTIF
  Inspeksi dan palpasi ROM dan kekuatan otot
  Bandingakan dengan sisi lainnya.
  Pengukuran kekuatan otot (0-5)
  Duduk, berdiri dan berjalan kecuali ada kontra indikasi.
  Kyposis, scoliosis, lordosis.

PROSEDUR DIAGNOSTIK
1.         X-ray dan radiography
2.         Arthrogram (mendiagnosa trauma pada kapsul di persendian atau ligamen). Anestesi lokal sebelum dimasukkan cairan kontras/udara ke daerah yang akan diperiksa.
3.         Lamnograph (untuk mengetahui lokasi yang mengalami destruksi atau mengevaluasi bone graf).
4.         Scanograph (mengetahui panjang dari tulang panjang, sering dilakukan pada anak-anak sebelum operasi epifisis).
5.         Bone scanning (cairan radioisotop dimasukkan melalui vena, sering dilakukan pada tumor ganas, osteomyelitis dan fraktur).
6.         MRI
7.         Arthroscopy (tindakan peneropongan di daerah sendi)
8.         Arthrocentesis (metode pengambilan cairan sinovial)

MASALAH-MASALAH YANG UMUM TERJADI
1.         Gangguan dalam melakukan ambulasi.
         Berdampak luas pada aspek psikososial klien.
         Klien membutuhkan imobilisasi → menyebabkan spasme otot dan kekakuan sendi
         Perlu dilakukan ROM untuk menguragi komplikasi :
-  Kaki (fleksi, inverse, eversi, rotasi)
-  Pinggul (abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, rotasi)
-  Lutut (ekstensi)
-  Jari-jari kaki (ektensi, fleksi)
2.         Nyeri; tindakan keperawatan :
         Merubah posisi pasien
         Kompres hangat, dingin
         Pemijatan
         Menguragi penekanan dan support social

         Apabila nyeri di sendi, perlu dikaji :
-          Kejadian sebelum terjadinya nyeri
-          Derajat nyeri pada saat nyeri pertama timbul
-          Penyebaran nyeri
-          Lamanya nyeri
-          Intensitas nyeri, apakah menyertai pergerakan
-          Sumber nyeri
-          Hal-hal yang dapat mengurangi nyeri.
3.         Spasme otot
         Spasme otot (kram/kontraksi otot involunter)
         Spasme otot dapat disebabkan iskemi jaringan dan hipoksia.

         Tindakan keperawatan :
a.         Rubah posisi
b.         Letakkan guling kecil di bawah pergelangan kaki dan lutut
c.         Berikan ruangan yang cukup hangat
d.        Hindari pemberian obat sedasi berat → dapat menurunkan aktivitas pergerakan selama tidur
e.         Beri latihan aktif dan pasif sesuai program

INTERVENSI
1.      Istirahat
         Istirahat adalah intervensi utama
         Membantu proses penyembuhan dan meminimalkan inflamasi, pembengkakan dan nyeri.
         Pemasangan bidai/gips.

2.      Kompres hangat
         Rendam air hangat/kantung karet hangat
         Diikuti dengan latihan pergerakan/pemijatan

         Dampak fisiologis dari kompres hangat adalah :
o   Perlunakan jaringan fibrosa
o   Membuat relaks otot dan tubuh
o   Menurunkan atau menghilangkan nyeri
o   Meningkatkan suplai darah/melancarkan aliran darah.

3.      Kompres dingin
         Metoda tidak langsung seperti cold pack
         Dampak fisiologis adalah vasokonstriksi dan penerunan metabolic
         Membantu mengontrol perdarahan dan pembengkakan karena trauma
         Nyeri dapat berkurang, dapat menurunkan aktivitas ujung saraf pada otot
         Harus hati-hati, dapat menyebabkan jaringan kulit nekrosis
         Tidak sampai > 30 menit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  (Majelis ke 2) FAQIR (Fathur-Rabbany) بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ   اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورس...