Jumat, 07 September 2012

Askep multipel Fraktur


I.       Pengertian.
Adalah terputuisnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berubah trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berubah trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. 
Akibat trauma pada tulang tergantuing pada jenis trauma,kekuatan, dan arahnya.Taruma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan  luka terbuka  sampai ketulang  yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang yang didekat sendi atau yang mengenai sendi dapat menyebabkan  patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.

III.              Patofisiologi.
      
Patah Tulang


                                           Beban lama / Trauma ringan yang kontinyu

 
                                                                                               Tertutup                                                                                                                  Terbuka
 
  Infeksi                                                      Potensial infeksi,adanya emboli lemak
fraktur tulang panjang & sindroma kompatemen
          
 
                                  Trauma Penetrasi
 

 
Perdarahan              Cidera Vaskuler                         Trombosis Pembuluh
 



 
                                      Komplikasi
 
Penyebab kematian dini                                      Penyebab lambat kematian(Stl 3 hr)
 

 
 


Hemoragi & Cidera Kepala           Gangguan Organ Multipel          Sepsis
 

Terjadi ARDS &  DIC                                                              Pelepasan Toksin
 

Syok Hipovolemik                                                                    Dilatasi pemb. Darah
 
 

Penurunan Perfusi  organ                                                       Terkumpulnya Venosa
 


   Peningkatan Curah jantung                                                        Penurunan tahanan
                                                                                                 Vaskular sistemik
 


   Penurunan Curah Jantung,Tensi,                                                    Perfusi jaringan
 
                                      
           Syok Sepsis
 
 ( Tirah baring, Ulkus, Emboli pulmunal, penyusutan Otot )  


IV.    Klasifikasi patah tulang.
Patah tulang dapat dibagi menurut  ada tidanya hubungan antara patahan tulang  denga dunia luar, yaitu patah tulang tertutup dan patah tulang terbuka yang memungkinkan kuman dari luar dapat masuk kedalam luka  sampai ke tulang yang patah.
Patah tulang terbuka dibagi menjadi tiga derajat yang ditentukan oleh berat ringannya  luka dan berat ringannya patah tulang.
Patang tulang juga  dapat dibagi menurut garis fraktrunya misanya fisura, patah tulang sederhana, patah tulang kominutif ( pengecilan, patah tulang segmental,patah tulang impaksi ),  patah tulang kompresi,   impresi dan patah tulang patologis.
Derajat patah tulang  terbuka  terbagi atas 3 macam yaitu :
1.      laserasi < 2 cm bentuknya sederhana, dislokasi,fragmen, minimal.
2.      Laserasi > 2 cm  kontusi otot diserkitarnya bentuknya dislokasi, fragmen jelas
3.      Luka lebar, rusak hebat atau hilangnya jaringan disekitarnya bentuknya kominutif, segmental,fragmen tulang ada yang hilang
       Jenis patah tulang dapat digolongkan  menjadi :
1.      Visura ( Diafisis metatarsal
2.      Serong sederhana ( Diaphisis metacarpal )
3.      Lintang sederhana ( diafisis tibia )
4.      Kominutif ( Diafisis femur )
5.      Segmental ( Diafisis tibia )
6.      Dahan hijau ( diafisis radius pada anak )
7.      Kompresi ( Korpus vertebral  th. XII )
8.      Impaksi ( epifisis radius distal,kolum femur lateral )
9.      Impresi ( tulang tengkorak )
10.  Patologis ( Tomur diafisi humerus,kurpus  vertebral) 

V.    Komplikasi patah tulang .
Komplikasi patah tulang meliputi :
1.                              Komplikasi segera
Lokal :
·         Kulit( abrasi l;acerasi, penetrasi)         
·         Pembuluh darah ( robek )
·         Sistem saraf ( Sumssum tulang belakang, saraf tepi motorik dan   sensorik)
·         Otot
·         Organ dalam ( jantung,paru,hepar, limpha(pada Fr.kosta),kandung kemih (Fr.Pelvics)
Umum :
·                                 Ruda paksa multiple
·                                 Syok ( hemoragik, neurogenik )
2.                              Komplikas Dini :
Lokal  :
·         Nekrosis kulit, gangren, sindroma kopartemen,trombosis vena, infeksi sendi,osteomelisis )
Umum :
·         ARDS,emboli paru, tetanus.
3.                              Kompliasi lama
Lokal :
·                                 Sendi (ankilosis fibrosa, ankilosis osal )
·         Tulang ( gagal taut/lama dan salah taut,distropi reflek,osteoporosisi paskah    trauma,ggn pertumbuhan,osteomelisis,patah tulang ulang)
·                                 Otot atau tendon ( penulangan otot, ruptur tendon )
·                                 Saraf ( kelumpuhan saraf lambat
Umum :
·                                 Batu ginjal ( akibat mobilisasi lama ditempat tidur)
    

VI.       Penatalaksanaan patah tulang.
Penatalaksanaan patah tulang mengikuti prinsip pengobatan kedokteran pada umumnya yang meliputi :
a.       Jangan ciderai pasien( Primum  Non Nocere).
b.      Pengobatan yang tepat berdasarkanb diagnosis dan prognosisnya
c.       Sesuai denga hokum alam
d.      Sesuai dengan kepribadian individu
Khusus untuk patah tulang meliputi :
4.      Reposisi
5.      Imobilisasi
6.      Mobilisasi berupa latihan seluruh system tubuh.


VII.                      Asuhan keperawatan.

ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Riwayat perjalanan penyakit.
2.      Riwayat pengobatan sebelumnya.
3.      Pertolongan pertama yang dilakukan

4.      Pemeriksaan fisik :
§  Identifikasi fraktur
§  Inspeksi
§  Palpasi (bengkak, krepitasi, nadi, dingin)
§  Observasi spasme otot.

5.      Pemeriksaan diagnostik :
§  Laboratorium (HCt, Hb, Leukosit, LED)
§  RÖ
§  CT-Scan

6.      Obat-obatan : golongan antibiotika gram (+) dan gram (-)
§  Penyakit yang dapat memperberat dan mempermudah terjadinya fraktur :
a.        Osteomyelitis acut
b.        Osteomyelitis kronik
c.        Osteomalacia
d.       Osteoporosis
e.        Gout
f.         Rhematoid arthritis
PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
DATA SUBYEKTIF
§  Data biografi
§  Adanya nyeri, kekakuan, kram, sakit pinggang, kemerahan, pembengkakan, deformitas, ROM, gangguan sensasi.

§  Cara PQRST :
o   Provikatif (penyebab)
o   Quality (bagaimana rasanya, kelihatannya)
o   Region/radiation (dimana dan apakah menyebar)
o   Severity (apakah mengganggu aktivitas sehari-hari)
o   Timing (kapan mulainya)

§  Pengkajian pada sistem lain
o   Riwayat sistem muskuloskeletal, tanyakan juga tentang riwayat kesehatan masa lalu.
o   Riwayat dirawat di RS
o   Riwayat keluarga, diet.
o   Aktivitas sehari-hari, jenis pekerjaan, jenis alas kaki yang digunakan
o   Permasalahan dapat saja baru diketahui setelah klien ganti baju, membuka kran dll.

DATA OBYEKTIF
§  Inspeksi dan palpasi ROM dan kekuatan otot
§  Bandingakan dengan sisi lainnya.
§  Pengukuran kekuatan otot (0-5)
§  Duduk, berdiri dan berjalan kecuali ada kontra indikasi.
§  Kyposis, scoliosis, lordosis.

PROSEDUR DIAGNOSTIK
1.         X-ray dan radiography
2.         Arthrogram (mendiagnosa trauma pada kapsul di persendian atau ligamen). Anestesi lokal sebelum dimasukkan cairan kontras/udara ke daerah yang akan diperiksa.
3.         Lamnograph (untuk mengetahui lokasi yang mengalami destruksi atau mengevaluasi bone graf).
4.         Scanograph (mengetahui panjang dari tulang panjang, sering dilakukan pada anak-anak sebelum operasi epifisis).
5.         Bone scanning (cairan radioisotop dimasukkan melalui vena, sering dilakukan pada tumor ganas, osteomyelitis dan fraktur).
6.         MRI
7.         Arthroscopy (tindakan peneropongan di daerah sendi)
8.         Arthrocentesis (metode pengambilan cairan sinovial)

MASALAH-MASALAH YANG UMUM TERJADI
1.         Gangguan dalam melakukan ambulasi.
·         Berdampak luas pada aspek psikososial klien.
·         Klien membutuhkan imobilisasi → menyebabkan spasme otot dan kekakuan sendi
·         Perlu dilakukan ROM untuk menguragi komplikasi :
-  Kaki (fleksi, inverse, eversi, rotasi)
-  Pinggul (abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, rotasi)
-  Lutut (ekstensi)
-  Jari-jari kaki (ektensi, fleksi)

2.         Nyeri; tindakan keperawatan :
·         Merubah posisi pasien
·         Kompres hangat, dingin
·         Pemijatan
·         Menguragi penekanan dan support social

·         Apabila nyeri di sendi, perlu dikaji :
-          Kejadian sebelum terjadinya nyeri
-          Derajat nyeri pada saat nyeri pertama timbul
-          Penyebaran nyeri
-          Lamanya nyeri
-          Intensitas nyeri, apakah menyertai pergerakan
-          Sumber nyeri
-          Hal-hal yang dapat mengurangi nyeri.

3.         Spasme otot
·         Spasme otot (kram/kontraksi otot involunter)
·         Spasme otot dapat disebabkan iskemi jaringan dan hipoksia.

·         Tindakan keperawatan :
a.         Rubah posisi
b.         Letakkan guling kecil di bawah pergelangan kaki dan lutut
c.         Berikan ruangan yang cukup hangat
d.        Hindari pemberian obat sedasi berat → dapat menurunkan aktivitas pergerakan selama tidur
e.         Beri latihan aktif dan pasif sesuai program

INTERVENSI
1.      Istirahat
·         Istirahat adalah intervensi utama
·         Membantu proses penyembuhan dan meminimalkan inflamasi, pembengkakan dan nyeri.
·         Pemasangan bidai/gips.

1.      Kompres hangat
·         Rendam air hangat/kantung karet hangat
·         Diikuti dengan latihan pergerakan/pemijatan

·         Dampak fisiologis dari kompres hangat adalah :
o   Perlunakan jaringan fibrosa
o   Membuat relaks otot dan tubuh
o   Menurunkan atau menghilangkan nyeri
o   Meningkatkan suplai darah/melancarkan aliran darah.

2.      Kompres dingin
·         Metoda tidak langsung seperti cold pack
·         Dampak fisiologis adalah vasokonstriksi dan penerunan metabolic
·         Membantu mengontrol perdarahan dan pembengkakan karena trauma
·         Nyeri dapat berkurang, dapat menurunkan aktivitas ujung saraf pada otot
·         Harus hati-hati, dapat menyebabkan jaringan kulit nekrosis
·         Tidak sampai > 30 menit.


TANDA KLASIK FRAKTUR
1.         Nyeri
2.         Deformitas
3.         Krepitasi
4.         Bengkak
5.         Peningkatan temperatur lokal
6.         Pergerakan abnormal
7.         Ecchymosis
8.         Kehilangan fungsi
9.         Kemungkinan lain.
PATOFISIOLOGI


Fraktur
Periosteum, pembuluh darah di kortek
dan jaringan sekitarnya rusak
·         Perdarahan
·         Kerusakan jaringan di ujung tulang
Terbentuk hematom di canal medula
Jaringan mengalami nekrosis
Nekrosis merangsang terjadinya peradangan, ditandai :
1.      Vasodilatasi
2.      Pengeluaran plasma
3.      Infiltrasi sel darah putih


TAHAP PENYEMBUHAN TULANG
1.      Haematom :
§  Dalam 24 jam mulai pembekuan darah dan haematom
§  Setelah 24 jam suplay darah ke ujung fraktur meningkat
§  Haematom ini mengelilingi fraktur dan tidak diabsorbsi selama penyembuhan tapi berubah dan berkembang menjadi granulasi.

2.      Proliferasi sel :
§  Sel-sel dari lapisan dalam periosteum berproliferasi pada sekitar fraktur
§  Sel ini menjadi prekusor dari osteoblast, osteogenesis berlangsung terus, lapisan fibrosa    periosteum melebihi tulang.
§  Beberapa hari di periosteum meningkat dengan fase granulasi membentuk collar di ujung fraktur.

3.      Pembentukan callus :
§  Dalam 6-10 hari setelah fraktur, jaringan granulasi berubah dan terbentuk callus.
§  Terbentuk kartilago dan matrik tulang berasal dari pembentukan callus.
§  Callus menganyam massa tulang dan kartilago sehingga diameter tulang melebihi normal.
§  Hal ini melindungi fragmen tulang tapi tidak memberikan kekuatan, sementara itu terus meluas melebihi garis fraktur.

4.      Ossification
§  Callus yang menetap menjadi tulang kaku karena adanya penumpukan garam kalsium dan bersatu di ujung tulang.
§  Proses ossifikasi dimulai dari callus bagian luar, kemudian bagian dalam dan berakhir pada bagian tengah
§  Proses ini terjadi selama 3-10 minggu.

5.      Consolidasi dan Remodelling
§  Terbentuk tulang yang berasal dari callus dibentuk dari aktivitas osteoblast dan osteoklast.

KOMPLIKASI
1.      Umum :
§  Shock
§  Kerusakan organ
§  Kerusakan saraf
§  Emboli lemak

2.      D i n i :
§  Cedera arteri
§  Cedera kulit dan jaringan
§  Cedera partement syndrom.

3.      Lanjut :
§  Stffnes (kaku sendi)
§  Degenerasi sendi

§  Penyembuhan tulang terganggu :
o   Mal union
o   Non union
o   Delayed union
o   Cross union

TATA LAKSANA
1.      Reduksi untuk memperbaiki kesegarisan tulang (menarik).

2.      Immobilisasi untuk mempertahankan posisi reduksi, memfasilitasi union :
§  Eksternal → gips, traksi
§  Internal    → nail dan plate

3.      Rehabilitasi, mengembalikan ke fungsi semula.

ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Riwayat perjalanan penyakit.
2.      Riwayat pengobatan sebelumnya.
3.      Pertolongan pertama yang dilakukan

4.      Pemeriksaan fisik :
§  Identifikasi fraktur
§  Inspeksi
§  Palpasi (bengkak, krepitasi, nadi, dingin)
§  Observasi spasme otot.

5.      Pemeriksaan diagnostik :
§  Laboratorium (HCt, Hb, Leukosit, LED)
§  RÖ
§  CT-Scan

6.      Obat-obatan : golongan antibiotika gram (+) dan gram (-)
§  Penyakit yang dapat memperberat dan mempermudah terjadinya fraktur :
a.        Osteomyelitis acut
b.        Osteomyelitis kronik
c.        Osteomalacia
d.       Osteoporosis
e.        Gout
f.         Rhematoid arthritis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  (Majelis ke 2) FAQIR (Fathur-Rabbany) بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ   اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورس...